NGGAK ada yang ngelarang
orang mau ngeband, bercita-cita jadi musisi, atau pingin
terkenal dan ngetop. bebas-bebas saja selama karyanya
diterima masyarakat. Pemikiran itulah yang diamini oleh
Shindu [vokal], Catur [kibord], Aldo [gitar], Aldy
[drum], dan Erick [bass] ketika mereka ngebentuk band
bernama FREZIA.
Yup, satu nama yang mereka
yakini bisa melambungkan mereka ke deretan band-band
terkena di Indonesia. Tapi ngomong-ngomong, apa modal
mereka yakin bakal sukses? "Kita punya musik yang fresh
dan tidak sama dengan musik yang sekarang sedang trend,"
ujar Aldo, menjawab pertanyaan soal
kesiapan mereka di industri musik.
Dari sisi
musikalitas, FREZIA memang tidak buruk. Mereka punya
skill dan tongkrongan yang dalam bahasa marketing, bisa
dijual! "Kita memang persiapkan semuanya dengan detil,
dari sisi aransemen termasuk soal fashion yang bakal
kita gunakan di panggung,' ujar Shindu menambahkan
ketika merilis album pertama self-titled di
HardRock Cafe Jakarta, Selasa [18/12/2007].
Yang
membedakan dengan band pop biasa, FREZIA menggunakan
synthezer untuk meramu musik yang mereka sebut
dance-rock. Musik yang mereka mainkan terdengar seperti
menyimak The Killers, Jagostu atau Overload Romance.
"Ada musikalitas yang mungkin sama, tapi tentu kita beda
dan punya ciri sendiri mas," elak Aldy.
Album
pertama ini diedarkan oleh satu label baru bernama T en
T Musik. Trend label baru untuk band baru ini cukup
menarik. Tapi hati-hati, banyak label baru yang mati,
ketika band orbitannya juga mati. "Kita sadar itu, tapi
tenang mas, kita sudah siapkan tiga band baru lagi untuk
rilis, sampai pertengahan tahun 2009 nanti," ujar Artist
& Repertoire T en T Musik, Nawang Utomo. Keyakinan
yang bagus, meski kadang-kadang spirit itu "hanya"
muncul di awal.
FREZIA sendiri awalnya bernama
The Saints sampai akhirnya pada tanggal 23 Juni 2004,
FREZIA terbentuk. Frezia yang diambil dari nama seorang
dewi nordic (norwegia), freja, yang merupakan dewi cinta
dan dewi perang. Ini pula yang menjadi dasar pemilihan
nama tersebut, dimana ada hal yang bertentangan di dalam
diri dewi freja, sebagai dewi cinta (halus) dan dewi
perang (keras), begitu pula dalam frezia juga ada
‘pertentangan’ antara keras dan halus, entah dari segi
musik, lirik, ataupun makna lagu.
Yah, keindahan
nama itu perlu. Tapi juga perlu didukung materi dan
kesiapan mental untuk sukses dan [tidak] sukses juga.
|