|
BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
Siswanto alias
Robot adalah seorang pelaku sodomi yang menjadi tersangka kuat sebagai
pembunuh berdarah dingin yang membunuh 6 orang bocah laki-laki, 4
orang di Jakarta dan 2 orang di Jawa Tengah. Sudah 3 orang yang telah
diketahui identitasnya, yaitu Agus (11) dibunuh 15 Desember 1994, Gito
Febrianto (13) dibunuh 18 Juni 1996 dan Ikin Karsikin dibunuh 5 Juli
1996. Sebelum Robot membunuh bocah-bocah itu, Siswanto lebih dahulu
me-"nyodom" mereka itu. Itu betul-betul perbuatan yang biadab,
menyodom dahulu baru membunuh, yang pantas mendapat sanksi dirajam
sampai mati.
Sebaliknya yang terjadi tatkala saya masih menjadi mahasiswa di
Bandung dahulu, yang dibunuh adalah penyodom. Waktu itu dalam harian
Pikiran Rakyat dua orang penyodom berturut-turut selang beberapa bulan
terpampang fotonya yang sudah menjadi bangkai. Kedua orang penyodom
itu semuanya orang bule, yaitu van der Linden dan Lichtermoet.
Pembunuh kedua orang penyodom itu tidak pernah terungkap.
Sodomi atau aktivitas homosex, berasal dari nama negara-kota Sodom,
yang penduduknya sudah demikian jatuh ke dalam limbah kebobrokan
dekandensi moral, yaitu kaum laki-lakinya hampir semuanya homosexual
dan kaum perempuannya juga hampir semuanya lesbian. Negara-kota
tetangganya yaitu Gomorra (Qamran) juga telah mengalami hal yang sama,
sehingga dalam Perjanjian Lama selalu disebut beruntun Sodom dan
Gomorra. Celakanya ummat Nabi Luth AS yang meninggalkan Ur singgah
bermukim di luar kota Sodom dan Gomorra, hampir semuanya juga ikut
terseret ke dalam aktivitas homosex dan lesbian yang biadab itu.
Pada tahun 1981 di Amerika Serikat ditemukan sejenis penyakit dalam
kalangan kaum homosexual, yang kemudian disebut dengan penyakit
(A)quired (I)mmuno(d)eficiency (S)yndrome. Menurut kaidah EYD, karena
huruf-huruf singkatan itu tidaklah semuanya huruf awal dari kata-kata
yang disingkatkan, maka singkatan itu tidak boleh dituliskan AIDS,
melainkan Aids. Bandingkan misalnya (Un)iversitas (Has)anuddin yang
disingkatkan menjadi Unhas dan (I)nstitut (T)eknologi (B)andung yang
disingkat dengan ITB. Penyakit Aids disebabkan oleh predator berupa
makhluk halus yang disebut (H)uman (I)mmunodeficiency (V)irus,
disingkat HIV, yang memangsa sistem kekebalan tubuh. Jadi sebenarnya
penyakit Aids yang disebabkan oleh HIV itu bukanlah penyakit yang
sesungguhnya. Dengan lemahnya pertahanan tubuh karena dimangsa oleh
HIV itu, maka semua penyakit dengan mudah masuk ke dalam tubuh. HIV
adalah satu-satunya virus (yang baru dikenal hingga kini), yang
sanggup menembus selaput otak. Tidak ada satu juapun kuman atau virus
atau suntikan obat yang dapat menembus pertahanan otak yang berupa
selaput itu. Itu adalah salah satu ni'mat Allah yang mendisain
pertahanan otak kita itu. Jadi walaupun misalnya telah didapatkan
serum anti-virus ini, maka obat yang disuntikkan itu tak akan dapat
menembus selaput otak, sehingga virus HI yang sudah terlanjur masuk ke
dalam otak tak akan dapat dibasmi oleh obat anti-virus HI, andaikata
kemajuan penelitian telah mendapatkan obat anti-virus tersebut.
Ada kemungkinan bahwa hampir seluruh penduduk Sodom dan Gomorra telah
terjangkit virus yang mampu menembus selaput otak, yakni sejenis HIV.
Allah SWT memelihara hambaNya, yaitu ummat manusia sekitar Sodom dan
Gomorra, dengan cara seluruh penduduk Sodom dan Gomorra dibinasakan
oleh malaikat, kecuali pengikut Nabi Luth AS yang masih bersih lahir
dan batin. Dalam Al Quran kelompok yang luput disebut Ali Luth,
sedangkan seluruh penduduk yang dibinasakan malaikat disebut Qawmu
Luwth atau Ikhwa-nu Luwth. Dengan binasanya seluruh Qawmu Luwth yang
terinfeksi virus berbahaya itu, maka terhindarlah ummat manusia
sekeliling Sodom dan Gomorra dari terinfeksi virus itu.
Allah SWT telah mendisain selaput otak yang ampuh menahan kuman dan
virus, akan tetapi Allah telah menciptakan pula HIV yang mula-pertama
dideteksi dalam kalangan homosexual. Hal ini patut dipikirkan oleh
orang yang mau berpikir. Itu adalah peringatan yang keras dari Allah
SWT tentang menurunnya budaya global ummat manusia yang pada umumnya
menerima sodomi itu sebagai yang wajar-wajar saja, bahkan di beberapa
negara "maju" timbul gerakan yang menuntut dan telah dikabulkan oleh
beberapa negara supaya kaum sodomi ini diterima hak eksistensinya
berdasarkan hak asasi manusia.
Allah SWT berfirman: Wattaquw Fitnatan La- Tushiybanna Lladziyna
Zhalamuw Minkum Kha-shshtan Anna Llaha Shadiydu l'Iqa-bi (S. Al
Anfa-l, 25). Dan hindarkanlah dirimu dari bencana yang tidak khusus
menimpa orang-orang zalim saja di antara kamu, dan ketahuilah bahwa
Allah amat keras siksanya (8:25).
Aids/HIV betul-betul adalah bencana yang tidak khusus menimpa
orang-orang homosexual saja, melainkan juga telah melebar menimpa
heterosexual, karena di antara orang homosex juga ada yang mempunyai
isteri, melebar menimpa isteri dan anak-anaknya, melebar kepada para
pelacur, lalu menjadi wabah. Jadi tidak hanya menimpa orang zalim
(baca orang homosex) saja, melainkan kepada orang baik-baik juga,
yaitu isteri dan anak-anaknya, baik pada waktu pranatal melalui darah
ibu, ataupun pada waktu postnatal melalui ASI, melebar merambat kepada
orang baik-baik yang lain melalui transfusi darah yang tercemar,
ataupun penggunaan jarum suntik yang tercemar HIV.
Akan halnya atas orang zalim (baca yang terinfeksi HIV karena ulahnya
sendiri) biarlah mereka rontok sebagai daun dimakan ulat. Namun yang
perlu dikhawatirkan ada dua aspek, yaitu aspek teknis dan aspek godaan
iblis dalam wujud godaan sex. Dari aspek teknis perlu upaya maximal
untuk mencegah jangan sampai terinfeksi melalui transfusi darah yang
sudah tercemar HIV, ataupun jarum suntik yang telah tercemar. Dari
aspek godaan sex, berganti pasangan, kehidupan sex bebas, maka sistem
da'wah perlu ditingkatkan kinerjanya, utamanya dari segi efisiensi dan
efektivitas. Sistem da'wah perlu ditunjang oleh penciptaan lingkungan
budaya, utamanya remaja kita perlu dipelihara dari pembawa HIV ke
dalam Negara Republik Indonesia yang kita cintai ini, yang seperti
diketahui dibawa oleh wisatawan manca-negara yang telah terinfeksi
HIV. Inilah fakta sisi negatif dari dunia pariwisata, yang pada sisi
lain menguntungkan sebagai penghasil devisa. WaLlahu A'lamu bi
shShawab.
*** Makassar, 25 Agustus
1996[H.Muh.Nur Abdurrahman]
|
|