|
BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
Sekali lagi dikemukakan, bahwa dalam bulan Ramadhan ini kolom ini diisi
dengan kajian yang khas, yaitu aplikasi Pendekatan Satu Kutub (PSK).
Penafsiran Ayat Kawniyah (eksakta-kosmologi) diuji-coba dengan rujukan
Ayat Qawliyah (Seri 257). Penafsiran Ayat Kawniyah (non
eksakta-sejarah), yang diuji-coba dengan rujukan Ayat Qawliyah (Seri
258). Penafsiran Ayat Qawliyah + Ayat Kawniyah (Nuzulu lQuran + sejarah
Perang Badar), diuji-coba dengan rujukan ayat Qawliyah (Seri 259).
Sebaliknya Seri ini menampilkan penafsiran Ayat Qawliyah diuji-coba
dengan rujukan Ayat Qawliyah + Ayat Kawniyah. Firman Allah:
++ Yukawwiru ILayla 'alay nNaha-ri, wa Yukawwiru nNaha-ra 'alay ILayJi
(S. AzZumar, 5). Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan slang
atas malam (39:5).
Di atas itu adalah terjemahan Al Quran dengan Hak Cipta dari Departemen
Agama Republik Indonesia. Terjemahan Mahmud Yunus:
- Dia memutarkan malam kepada siang dan memutarkan siang kepada malam.
Yang berikut ini dikemukakan pula empat macam terjemahan: - He maketh
night to succeed day, and He maketh day to succeed night (Muhammad
Marmaduke Pickthall, New York). - Hij laat den nacht den dag overdekken
en laat den dag den nacht overdekken (Soedewo, Jakarta).
- He makes the night cover the day, and makes the day overtake the night
(World Organiza tion For Islamic Services, Teheran, Iran). He makes the
night to cover the day, and He makes the day to cover the night (Maulawi
Sher 'Ali, Rabwah, Pakistan). Yukawwiru diterjemahkan dengan menutup,
succeed (mengganti, menyusul), overdekken (menutup), cover (menutup),
dan overtake (menyusul).
Yukawwiru berasal dan akar kata Kef, Waw, Ra, Kawwara, artinya melilit
sorban di kepala. Apabila kepala dililit sorban, maka kepala akan
ditutup oleh sorban. Lilitan sorban itu susul-menyusul. Dilihat dan segi
gaya bahasa jenis personifikasi, semua terjemahan ataupun penafsiran di
atas itu dapat diterima. Siang dan malam dipersonifikasikan sebagai
orang yang datang silih berganti, saling menutup antara satu dengan yang
lain, ataupun diibaratkan sebagai orang yang saling berkejaran susul
menyusul.
Disamping penafsiran menutup, mengganti, dan menyusul, masih ada yang
dapat disimak dan melilit sorban. Yaitu dalam melilit sorban berlangsung
proses melilit ataupun menggulung, sehingga ayat itu dapat ditafsirkan
dengan: (Allah) menggulung malam atas siang dan menggulung slang atas
malam. Penafsiran ini tidak masuk dalam gaya bahasa personifikasi,
melainkan dari segi kinematika, ilmu gerak. Itulah barangkali sebabnya
aspek mengglung ini luput dari perhatian para mufassirin, kecuali Mahmud
Yunus dan Maurice Bucaille.
Penafsiran menutup selanjutnya kita uji-coba dengan rujukan Ayat
Qawliyah: ++ Yughsyiy lILyla nNaha-ra (S. Al A'ra-f, 54). Dia menutupkan
malam pada slang (7:54). Temyata penafsiran nienutup, overdekken, to
cover ini benar. Penafsiran ini dapat pula dirujukkan pada ayat: ++
Yuwliju LIayla fly nNaha-ri waYuwliju nNaha-ra fly LJayIi (S. Luqman,
29). Sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang, dan memasukkan
siang ke dalam malam (31:29). Sepintas lalu rujukan ini tidak mengena.
Apa relevansinya antara menutup dengan memasukkan. Untuk itu perlu
penjelasan lebih lanjut.
Sebenarnya hal ini telah saya kemukakan pada Seri 043 yang berjudul:
Memanfaatkan Kesempatan Sekilas. Saya dapat memahami dengan puas makna
memasukkan dalam S.Luqman 29 itu dengan proses yang sangat sederhana.
Artinya pemahaman itu bukan dengan jalan mengkaji kitab-kitab tafsin,
melainkan dengan memanfaatkan sekilas penistiwa. Pada musiin panas di
negeri Belanda tahun 1973, seorang Belanda manula, yang sama-sama
menempati gedung pemukiman H.T.O. di Den Haag, menyapa saya dengan
ucapan goeden avond yang berarti malam yang baik, atau selamat malam.
Padahal waktu itu matahari masih tinggl di atas ufuk, sekitar 30
derajat. Maklumlah di musim panas siang lebih panjang dari malam. Onang
Belanda itu menyapa saya selamat malam pada hal hari masih siang. Buat
saya inilah penjelasan memasukkan siang pada malam. Selama ini sudah
lama saya tahu dalam musim panas daerah yang 4-musim, slang lebih
panjang dari malam. Tetapi tidak pernah terpikirkan sebelumnya, bahwa
inilah penjelasan S. Luqman, 29. Sangat sederhana penjelasannya, dan
memenuhi hasrat kepuasan intelektual saya. Siang lebih panjang dari
malam artinya sebagian slang itu masuk ke dalam malam. Walaupun hari
masih siang sesungguhnya hari sudah malam. Orang mengucapkan selamat
malam pada hal hari masih slang. Dalam hal ini sebagian siang menutup
malam. Uji-coba penafsiran slang menutup malam ternyata cocok dengan
rujukan Ayat Qawliyah S. Luqman, 29: slang masuk ke dalam malam.
-
Selanjutnya penafsiran to succeed dan to overtake kalau kita uji-coba
dengan nujukan Ayat Kawniyah, memang kenyataannya demikian, sehabis
gelap timbul terang, siang dan malam susul-menyusul. siang berganti
malam.
Penafsiran yang terakhir yaitu menggulung akan diuji-coba dengan rujukan
Ayat Kawniyah. Menurut Ayat Kawniyah terjadinya siang dan malam karena
proses perpusingan bumi pada sumbunya. Kita manusia yang ada di
permukaan bumi bergerak mengikuti gerak perpusingan bumi pada sumbunya.
Pada waktu kita berada pada permukaan bumi yang separuh kena cahaya
matahani, maka itulah siang. Dan sebaliknya pada waktu kita berada pada
separuh permukaan bumi yang gelap kanena tidak kena cahaya matahari,
itulah malam. Uji-coba penafsiran menggülung dengan rujukan Ayat
Kawniyah ternyata benar. Alhasil semua penafsiran di atas itu setelah
mengalami uji-coba, ternyata semuanya benar.
Mungkin ada yang bertanya, buat apa itu penafsiran Ayat Qawliyah
diuji-coba dengan rujukan Ayat Kawniyah, atau sebaliknya penafsinan Ayat
Kawniyah diuji-coba dengan rujukan ayat Qawliyah? Di dalain kehidupan
beragama ketenteraman batin dan kepuasan intelektual keduanya merupakan
satu kesatuan. Ketenteraman batin tidak mungkin akan tencapai puncaknya.
jika kepuasan intelektual tidak terpenuhi. kanena manusia itu adalah
makhluk yang berpotensi berpikir. Dan sebaliknya kepuasan intelektual
tidak mungkin tercapai puncaknya, jika ketenteraman batin tidak
terpenuhi, oleh karena manusia itu adalah makhluk yang berpotensi
beriman. Inilah yang disebut dengan berdzikir dan berpikir, itulah yang
disebut dengan UlulAlbab, keseimbangan antara berdzikir dengan berpikir.
WaLlahu A']amu bi shShawab.
*** Makassar, 2 Februari 1997[H.Muh.Nur Abdurrahman]
|
|