Pawai merupakan hiburan yang sangat menggembirakan bagi
warga Kabupaten Lumajang. Setiap event tahunan yang bermakna dapat
dipastikan ada pawai. Hari Jadi Kota Lumajang (Harjalu), perayaan 17
Agustus, saya lupa peristiwa pentng apa lagi.
Kita patut menghargai semangat dan pengorbanan masyarakat untuk ikut
pawai, mengeluarkan dana pribadi untuk mempersembahkan yang terbaik dengan
membeli pakaian seragam/ costum untuk kelompok, sewa truk, sewa
sound-system kekuatan 6.000 s/d 10.000 Watt! (Terlepas dari keluhan orang
tua murid kalau musim pawai yang harus mengeluarkan uang dana antara
30.000 sd 100.000 rupiah per murid, demi nama baik sekolah dan kejuaraan
yang akan diraihnya).
Judul ini dengan kata "frustrasi". Siapa yang frustrasi.
Pertama orang tua murid. Kedua adalah pengendara kendaraan sepeda motor
dan utamanya mobil apakah mobil penumpang sendiri, penumpang umum
(minibus, atau bis), dan mobil barang. Mengapa?
Dapat dipastikan bahwa rata-rata selama 6 jam kendaraan anda
terhalang jalan karena seluruh badan jalan dipakai untuk keperluan pawai
itu, baik peserta maupun penonton! Dan perlu diingat, banyak jalan
yang dipakai pawai adalah jalan yang biasanya dipakai untuk route bisnis.
Contohnya, jalan raya Lumajang - Pasirian (arah Malang dari Lumajang).
Akibatnya dapat diduga. Anda harus minggir untuk menanti pawai habis baru
kendaraan anda dapat jalan.
Kok 6 jam? Biasanya kalau pawai dimulai jam 13:00 maka peserta pawai
sudah berkumpul sejak jam 08:00 ( 5 jam sebelumnya ) pagi, dan pawai
walaupun dengan jarak 3 - 4 Km, ditempuh selama kurang lebih 2 jam. Saya
tidak tahu pasti apakah berkumpul jauh lebih awal itu karena instruksi
Panitia atau karena peserta ingin mendapatkan tempat lebih di muka dalam
barisan pawai itu. Panitia harus mulai mengadakan perhitungan nilai
"commercial waste time" (waktu dibuang secara komersill) dan
"nilai peluang yang terbuang" kalau kita ingin menuju masyarakat
yang ekonominya maju.
Jadi kalau anda bukan sengaja ingin menonton pawai, maka judul tulisan
ini kan cocok untuk anda. Bersiaplah untuk frustrasi.
Bagaimana jalan alternatif? O,ya, Anda berpikir kreatif! Saya juga
berpikir demikian, namun frustrasi tak dapat anda hindarkan, seperti
halnya pengalaman saya. Saya mengambil jalan alternatif waktu pulang dari
tempat kerja di Besuk, Tempeh. Keluar dari tikungan pabrik di Waru Doyong,
terhalang oleh pangkalan kendaraan pawai 20 meter dari tikungan itu. Jalan
merambat 30 menit (biasanya hanya 3 menit kalau tak ada pawai) akhirnya
sampai di tikungan yang mungkin dapat dianggap jalan alternatif - lewat
Curah Jero. Uih, berhasil .... tunggu dulu!. Di tengah
jalan ternyata ada orang menyelenggarakan pesta pernikahan! Jalan
seperti biasa ditutup. Beruntung masih ada palang yang dapat diangkat
setelah nego dengan panitia pesta. Kendaraan di belakang kendaraan sudah
antre sepanjang lebih kurang 1 kilo. Ada satu bis ikut-ikutan jalan di
route ini. Bis tidak dapat lewat!!! Kasihan.
Apa usulan anda? Saya usul kepada Panitia Pawai melalui tulisan ini.
"Mbok yo-o, diusahakan hanya memakai 1/2 jalan untuk urusan pawai
semacam ini! Mbok yo, ikut memikirkan "orang lain perlu lewat. Kasih
jalan." Semoga usulan ini didengar.
Oleh: G. Trisunjata
|