MENULIS autobiografi sendiri mestinya bukanlah sesuatu yang sulit. Bukankah setiap orang punya sejarah hidup masing-masing sehingga setiap orang pun bisa menerbitkan autobiografinya sendiri? Lagi pula kini ada situs web dan perangkat lunak yang bisa membantu orang melakukannya. Setidaknya demikianlah bagi masyarakat di Jepang, yang dalam sepuluh tahun terakhir mengalami ledakan popularitas penulisan autobiografi di kalangan umum.

Dalam bahasa Jepang, istilah untuk autobiografi adalah "jibunshi". Istilah ini secara harfiah berarti "sejarah pribadi". Berbeda dengan pengertian autobiografi yang lazimnya terbatas pada kisah hidup tokoh-tokoh besar atau ternama, jibunshi adalah kisah yang ditulis oleh orang-orang awam. Mereka biasanya menerbitkan sendiri buku-buku autobiografi itu untuk dibagikan kepada teman dan sanak saudara.

Tradisi penulisan autobiografi Jepang telah berakar sejak zaman Heian (794-1185). Karya autobiografis pada masa itu berupa puisi waka (lima baris dengan rima 5-7-5-7-7 suku kata) disertai teks penjelasan yang kemudian berkembang menjadi literatur tersendiri. Pada awalnya tradisi ini terbatas di kalangan wanita istana, namun kemudian menyebar ke masyarakat umum.

Pada 1980-an, jibunshi mengalami "booming", kursus-kursus penulisannya pun diselenggarakan di balai-balai desa. Meski bukan sesuatu yang baru, dalam beberapa waktu terakhir tren ini mengalami penyegaran dengan penggunaan komputer dan internet sebagai alat untuk menerbitkan autobiografi digital.

Jibunshi Kurabu (Klub Autobiografi) adalah nama salah satu situs berbahasa Jepang yang membantu pengunjungnya untuk menulis autobiografi. Di situs yang didirikan oleh Recruit Corp pada tahun 1998 ini orang dapat mengirimkan informasi autobiografis dan kemudian diterbitkan dalam bentuk buku digital. Situs ini menarik pengunjung dari berbagai kelompok usia. Karena informasi dapat ditambahkan setiap saat, situs ini banyak menyimpan semacam jurnal pribadi orang-orang muda yang terbiasa menggunakan internet.

Pilihan lain adalah perangkat lunak Jibunshi Densetsu (Legenda Pribadi) yang dikembangkan secara bersama oleh pembuat game komputer Namco dan Nokai Life Education. Program yang mulai dipasarkan sejak 1999 ini mengklaim dapat membantu siapa pun, bahkan orang yang tidak bisa menulis dengan baik, untuk menyusun autobiografi. Dengan mengikuti petunjuk di layar, pengguna dapat merekam pengalaman dan anekdot-anekdot pribadi, sekejap kemudian jadilah sebuah autobiografi yang lengkap.

Program ini pertama-tama menampilkan tabel kronologis untuk merekam tanggal-tanggal penting seperti tanggal lahir dan masuk sekolah dasar. Setelah itu pengguna menjawab pertanyaan yang terkait dengan setiap tahap kehidupan (masa balita, SD, usia dua puluhan, tiga puluhan, dan seterusnya). Dari data ini program tersebut mengompilasi sebuah buku autobiografi. Perangkat ini juga menyajikan berbagai tips dan saran penulisan yang baik.

Mengiringi tren ini, perpustakaan khusus untuk buku-buku autobiografi pun didirikan di berbagai kota. Sebuah perpustakaan untuk autobiografi-yang-diterbitkan-sendiri, berlokasi di distrik Shinagawa, Tokyo, menyimpan sekitar 15.000 karya autobiografis. Pada 1999, kota Kasugai di Aichi-ken, membuka Pusat Seni dan Budaya Kota Kasugai yang memiliki perpustakaan khusus autobiografi.

Di Nagano-ken, sebuah perusahaan periklanan yang juga berfungsi sebagai sekretariat kelompok penulisan autobiografi telah membentuk perpustakaan mini untuk menyimpan sekitar 200 autobiografi. Pada 1992, beberapa individu di kota Fujiyoshida, Yamanashi-ken, membuka Perpustakaan Literatur Autobiografis Jepang dengan koleksi sebanyak 3.000 autobiografi.

Beberapa anugerah penulisan autobiografi juga bermunculan, seperti Anugerah Literatur Autobiografis yang disponsori oleh Kota Kitakyushu, Anugerah Autobiografi Jepang yang disponsori oleh Japan Autobiografical Society, dan Anugerah Japan Self-Publishing Cultural yang diberikan oleh Japan Graphic Service Industry Association.

Mengapa banyak orang Jepang ingin menuliskan autobiografinya? Sebuah kajian sosiologis atas fenomena ini telah dilakukan pada 1998 oleh Kobayashi Tazuko. Di dalam buku "Monogatarareru Jinsei", Kobayashi menganalisis karya-karya jibunshi, mewawancara penulis dan penerbitnya, serta mencermati kursus-kursus yang mengajarkan cara menulis sejarah pribadi itu untuk masyarakat umum. Dia menemukan bahwa sebagian besar orang yang menerbitkan sendiri autobiografinya ini berusia di atas enam puluhan. Motif mereka terutama untuk mengenang dan membagi pengalaman hidup.

Penemuan Kobayashi ini bisa dikaitkan dengan fakta bahwa 17% penduduk Jepang saat ini berusia di atas 65 tahun. Mereka mengalami era Showa (1926-89) yang penuh gejolak, yang membawa Jepang dari negara yang mengucilkan diri dan terpuruk peperangan menjadi sebuah negara industri maju dan modern. Mereka menjadi saksi bagi perubahan radikal dalam masyarakatnya. Itulah barangkali yang mendorong mereka untuk menuliskan autobiografi. Sejarah hidup mereka adalah bagian dari sejarah sebuah negeri yang berubah.[]


Tokyo, Juli 2002. Pernah dimuat di Rubrik Sakura Mizan Online


Kembali ke Halaman Depan