- Gus Dur: "Lebih Enak Jadi Makelar Motor"
Presiden Dur yang Gus Itu : Anehdot-anehdot KH Abdurrahman Wahid
M. Mas'ud Adnan (Penyusun), Mohammad Sobari (Pengantar)
Risalah Gusti, Surabaya
April 2000
Judul : Gitu Aja Kok Repot: Ger-geran Bersama Gus Dur
Penyusun : Hamid Basyaib dan Fajar W. Hermawan
Penerbit : AlvaBet, Jakarta
Waktu Terbit : Maret 2000
Tebal : xii + 90 halaman
ISBN : 979-95821-5-6
Judul : Tawashow di Pesantren
Penyusun : Akhmad Fikri AF
Pengantar : Prof. Dr. James Danandjaja
Penerbit : LKiS Jogyakarta,
Waktu Terbit : Cetakan II, Maret 2000
Tebal : x + 110 halaman
ISBN : -"
"Gus Dur: "Lebih Enak Jadi Makelar Motor"
oleh T. Supriyadi
detikcom Sabtu, 16/09/2000
Kumpulan anekdot Gus Dur dan seputar dirinya banyak diterbitkan dalam bentuk buku. Berikut resensi tiga buku di antaranya.
"Gus, apakah Gus Dur ikut menjadi mak comblangnya Dessy dengan Latief?" tanya wartawan pada saat isu pernikahan Menteri Tenaga Kerja A Latief dengan artis Dessy Ratnasari beredar.
"Ah, nggak! Daripada jadi makelar begituan, lebih enak jadi makelar motor," jawab Gus Dur.
Mendengar jawaban tersebut, si wartawan terus mengejar, "Apakah untungnya lebih besar kalau jadi makelar motor, Gus?"
"Bukan begitu. Bayangkan, kalau menjadi makelar orang kawin itu susah. Kalau makelar sepeda motor kan bisa ngelapi, dan nyobain, lalu numpaki. Coba, mana bisa begitu kalau jadi makelar kawinan? Jangankan mau numpaki, mencet klaksonnya saja dilarang," jawab Gus Dur.
Demikian sebuah kepingan cerita dari buku Presiden Dur yang Gus Itu: Anehdot-anehdot KH Abdurrahman Wahid yang disunting oleh M. Mas'ud Adnan. Gus Dur, yang sekarang jadi presiden Abdurrahman Wahid itu, sejak dulu terkenal dengan anekdot-anekdotnya yang kritis, segar, dan kocak. Kini pun, meski duduk di kursi kepresidenan dan dalam acara yang resmi, Gus Dur belum hilang cita rasa humornya.
Masih ingat bagaimana Gus Dur menjawab ajakan Eki Syahrudin untuk sedikit tersenyum setelah dihujani berbagai pertanyaan tentang pemberhentian Laksamana Sukardi dan Jusuf Kalla beberapa waktu lalu? Dengan enteng namun berwajah muram Gus Dur menjawab, "Bagaimana mau tersenyum wong habis diplonco begini."
Gus Dur hampir selalu menyisipkan humornya di setiap kesempatan. Nah, bisa dibayangkan berapa banyak cerita humor itu bila dikumpulkan. Setidaknya, ada tiga buku yang memuat humor-humor Gus Dur. Baik dari Gus Dur sendiri, maupun humor mengenainya. Secara umum bahan penulisannya bersumber dari majalah, koran, wawancara, dan pidato-pidato Gus Dur.
Buku pertama, Presiden Dur yang Gus Itu: Anehdot-anehdot K.H. Abdurrahman Wahid, mengajak pembaca untuk tertawa dengan anekdot-anekdot Gus Dur yang orisinil dan humor yang berkenaan dengan dirinya. Seperti ingin meyakinkan pembaca bahwa Gus Dur itu memang lucu, buku ini menyertakan pula pendapat para tokoh tentang kelucuan Gus Dur.
Gitu Aja Kok Repot: Ger-geran Bersama Gus Dur yang diterbitkan AlvaBet adalah buku lain lagi. Hampir semua kisahnya diambil dari dua perbincangan Gus Dur dengan Jaya Suprana di TPI. Sisanya -seperti diakui penyusunnya, Hamid Basyaib, dalam kata pengantar- diambil dari laci ingatannya.
Berbeda dengan dua buku sebelumnya, LKiS tidak menempatkan Gus Dur sebagai tokoh sentral alam buku yang bertajuk Tawashow di Pesantren. Buku yang disusun oleh Akhmad Fikri AF ini lebih banyak memuat kisah-kisah jenaka yang umum terjadi di dunia pesantren. Karenanya, tidak banyak humor Gus Dur yang
disajikan buku ini. Tehitung hanya delapan humor Gus Dur dari 51 kisah yang disajikan.
Sebenarnya, humor Gus Dur yang termuat dalam tiga buku tersebut pernah diangkat dalam Laporan Utama majalah Panji Masyarakat Edisi No.29, 3 November 1999. Laporan Panji inilah yang kemudian menjadi bahan "pokok" penerbitan buku Presiden Dur yang Gus Itu.
Tidak kurang dari 27 kisah lucu yang diangkat Panji, semua persis termuat dalam buku yang pengantarnya ditulis oleh Mohammad Sobari itu. Juga pendapat para tokoh yang disajikan dalam Bab III, sepenuhnya diambil dari salah satu tulisan dalam Laporan Utama Panji yang bertajuk "Galeri Pendapat".
Buku Gitu Aja Kok Repot meski mengaku mengambil dua perbincangan Gus Dur dengan Jaya Suprana di TPI sebagai sumber utama, tidak bisa dipungkiri, Laporan Utama Panji turut memberikan andil besar. Bahkan nampaknya "laci ingatan" Hamid Basyaib hampir sepenuhnya sama dengan tulisan di Panji. Kelebihan tulisan Panji adalah redaksinya duluan menerbitkannya sebelum penerbitan buku-buku ini.
Tentu saja, karena berasal dari sumber yang tidak berbeda, kedua buku tersebut nyaris mempunyai isi yang sama. Termasuk judul-judul dalam setiap bagian tulisannya. Yang membedakan hanyalah ilustrasi yang dalam buku Presiden Dur yang Gus Itu menjadi pelengkap kelucuan kisah-kisah Gus Dur yang memang sudah lucu.
Sejenak, membaca buku-buku tersebut, kita pasti tertawa. Atau, setidaknya, mengeryitkan dahi sambil geleng-geleng kepala. Karena, tidak sedikit banyolan presiden kita yang terbilang kelewatan. Pada halaman 55 Presiden Dur yang Gus Itu atau halaman 20 buku Gitu Aja Kok Repot misalnya, diceritakan saat Gus Dur masih belajar di Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP) Jakarta.
Ia saat itu berani ngerjain guru bahasa Inggrisnya dengan ember berisi air yang digantung di pintu sebuah kamar mandi di sekolahnya. Nah, karuan saja, saat sang guru membuka pintu tersebut, "Byur!" kuyuplah sang guru asal Batak tersebut.
Namun, ketika sang guru bertanya "Siapa yang punya ide pertama kali menaruh ember itu?" Gus Dur sambil menahan tawa menjawab: "Awalnya adalah saya, tetapi kemudian sudah menjadi keputusan rapat."
Belum lagi kisah Gus Dur lain tentang dunia pesantren yang diam-diam penuh kejenakaan. Dijamin, kalau Anda tidak tertawa, sudah pasti Anda terpingkal-pingkal. Sekedar untuk meregangkan otot, salah satu dari buku ini lebih dari cukup memberikan hiburan. Apalagi kalau mau membeli ketiga-tiganya.