Potret Budaya Jawa Kolonial Lewat Iklan
Kebudayaan Jawa masa kolonial bisa dilihat tak melulu dari sudut sejarah sosial atau politik. Dengan meneliti ragam penawaran barang dan jasa lewat iklan-iklan di empat surat kabar masa kolonial, yakni Pemberita Betawi, De Nieuwe Vorstenlenden, Soerabaiasch Handelsblad dan De Locomotief, Bedjo Riyanto, pengarang buku Iklan Surat Kabar dan Perubahan Masyarakat Jawa Masa Kolonial (1870-1915) (Tarawang, Yogyakarta 2000) ini merekonstruksi perubahan yang terjadi pada lapisan elit dan menengah masyarakat Jawa.
Buku yang diangkat dari tesis S2 penulis saat kuliah di Fakultas Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta ini sekaligus merekam perkembangan teknik-teknik periklanan masa lampau. Dengan memberi berbagai ilustrasi dari iklan-iklan kuno, pembaca diharapkan punya gambaran macam apa dunia periklanan masa itu.
Menembus Pasar Cina
Buku "Menembus Pasar Cina" (KPG, 2000) ini ditulis oleh akademisi yang lama mempelajari budaya Cina. Mereka adalah dua sarjana Cina, Yuan Wang dan Xin Sheng Zhang, dan sarjana Australia, Rob Goodfellow. Direktur Program MBA Universitas Wollongong Prof Michael Hough menilai "ketiga penulis ini kompeten menulis tentang cara meningkatkan saling pengertian antara Cina dan 'dunia luar' di bidang kemasyarakatan dan perdagangan".
Saling pengertian ini perlu karena tindak tanduk pengusaha Cina dalam berbisnis tak bisa diukur begitu saja dengan mistar ukur kebudayaan lain, kebudayaan Barat misalnya. Sebagai contoh, bagi orang Barat, penandatanganan sebuah kontrak berarti kedua belah pihak sepakat bekerjasama dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan. Sementara, bagai pengusaha Cina, sebuah kontrak hanyalah menandai akhir dari tahap awal kerjasama, sehingga usahawan Cina masih saja berusaha merundingkan berbagai hal setelah perjanjian ditandatangani (hal. 65-66).
Membuat perjanjian, cara bernegosiasi, memberi "hadiah", mengenal pembuat keputusan, dan mendekati pejabat pemerintah, adalah sebagian kecil yang diungkapkan dalam buku ini. Hal lain yang patut pula diketahui adalah prinsip-prinsip filsafat Konfusius yang melandasi sistem nilai masyarakat Cina dan 36 siasat perang Sun Zi yang menjadi pegangan usahawan Cina.
Semuanya dimaksudkan untuk menjelaskan macam apa budaya dagang Cina itu, bagaimana bekerjanya, dan apa yang harus disiapkan untuk menghadapinya. (One)
Otobiografi Stephen King
Otobiografi Stephen King yang berjudul "On Writing : A Memoir of the Craft" (Scribner, 2000) ini ditulis King sejak 1997. Buku yang terinspirasi obrolan King dengan pengarang Amy Tan itu dibuka dengan kenangannya tentang proses penulisan buku ini. Lalu, dalam lembar-lembar memoar berikutnya, kehidupan masa kecilnya dilukiskannya dengan jernih dan daya ingat yang kuat.
King misalnya bercerita tentang kesukaannya membaca yang bagaikan orang kelaparan. Ia juga menuliskan bagaimana khayalannya semasa remaja mengembara melampaui cerita dalam buku-buku yang dibacanya. "Yang kuinginkan adalah cerita monster-monster yang memakan seluruh kota, mayat-mayat korban radioaktif yang muncul dari laut dan memakan para peselancar, dan gadis-gadis dengan bra hitam yang tampak seperti pelacur pinggir jalan," tulisnya. Khayalannya ini diwujudkannya menjadi sebuah buku berjudul "I Was a Teen-Age Graverobber".
Pada bagian-bagian lain, King banyak mengungkapkan kisah di balik kelahiran novel-novelnya. Sebagian dari kisah ini sudah pernah terungkap di media massa, sebagian lagi hal-hal baru yang menarik untuk disimak. Dari buku ini pembaca bisa membayangkan bagaimana sebuah gagasan memasuki benak King dan mendorongnya untuk menulis.
Disini King juga menunjukkan apa saja yang bisa pembaca pelajari dari rampingnya kalimat-kalimat Ernest Hemingway atau keotentikan John Grisham. Pada bagian ini, King beralih peran dari pengarang menjadi seorang guru yang berbagi ilmu kepengarangannya. (One)
Refleksi Mitos Kedokteran
Sampai abad 19, pemikir-pemikir besar bidang kedokteran, seperti Hippocrates dan Paracelsus, cenderung tertarik pada daya-daya supranatural untuk mengisi lubang-lubang teori medisnya. Tadisi semacam ini juga muncul pada kebudayaan-kebudayaan kuno.
Di Barat, tradisi ini makin luntur dan bahkan mati seiring dengan menguatnya posisi rasio dan ilmu pengetahuan. Namun, "Umat manusia secara alamiah berkembang pada arah yang berlawanan dari pikiran kritis; supranatural dan sihir menggantikan akal," tulis Sherwin B Nuland dalam "The Mysteries Within: A Surgeon Reflects on Medical Myths" (Simon & Schuster, 2000).
Nuland adalah profesor klinik bedah di Yale yang dihormati atas bukunya "How We Die" (1994). Dalam "The Mysteries Within", dia berkisah tentang perut, hati, limpa, jantung, dan rahim serta sejarah pemahamannya. Di hadapan pembaca kemudian tersaji dunia aneh dan lucu.
Percayakah Anda bahwa di abad 17 dulu, seorang pendeta bernama Jean Baptiste van Helmont percaya bahwa perut adalah pusat jiwa. Alasannya, bila perut Anda dipukul, Anda bisa mati. Pada bagian lain, Nuland menyodorkan apa yang disumbangkan Plato mengenai rahim. "Ketika rahim lama tidak dibuahi, sepanjang musim tertentu rahim itu jadi sangat marah dan bergerak di sekujur tubuh; dengan menghalangi jalan keluar pneuma (jiwa) dia menghalangi pernafasan, membuat pasien dalam kebingungan dan mendorong ragam penyakit lain," tulisnya. Dari sinilah kemudian muncul diagnosa histeria. (One)
Republic.com
Budaya Internet telah menghadirkan tantangan-tantangan baru bagi tradisi kebebasan berekspresi di sebuah negara. Para ahli hukum punya sebutan "doktrin forum publik" yang mengindikasikan adanya tradisi kebebasan berekspresi. Doktrin ini mengandaikan adanya hak individu untuk berbeda pendapat dan memiliki akses kepada publik pendengar atau pemirsa. Katakanlah semacam jaminan seseorang boleh berdemontrasi di jalan. Tapi, doktrin ini secara keseluruhan lenyap maknanya di Internet. Sejauh orang punya komputer dan koneksi ke Internet, setiap orang dapat jadi pembangkang dan mengampanyekan gagasannya.
Berbagai masalah dampak politik dari Internet ini dikemukan oleh Cass Sunstein, profesor di University of Chicago, AS, yang telah menulis masalah hukum dan kebebasan berbicara secara luas. "Republic.com" (Princeton University Press, 2001) adalah buku terbarunya.
Dia mencatat bahwa sebuah sistem kebebasan ekspresi yang berfungsi benar haruslah mempertemukan dua syarat yang berbeda. Pertama, orang harus diberikan materi-materi yang mereka mungkin belum sadari. Kedua, kebanyakan warga negara seharusnya punya sebuah ruang publik tempat berbagi pengalaman. Tanpa itu, masyarakat heterogen akan sulit membahas masalah sosial.
Sunstein menolak anggapan bahwa Internet adalah medium tanpa regulasi. Dia menilai adalah suatu hal yang tak masuk akal bagi situs-situs Web untuk mengatur dirinya sendiri untuk kepentingan dialog yang demokratis. Misalnya, dengan memaksa setiap situs membikin hyperlink ke situs lain yang punya pandangan berbeda.(One)
The Millionaire Next Door
"Orang-orang ini tak bisa menjadi jutawan! Mereka tidak terlihat seperti jutawan, mereka tidak berpakaian seperti jutawan, mereka tidak makan seperti jutawan, mereka tidak berperilaku seperti jutawan --mereka bahkan tak punya nama jutawan. Dimanakah para jutawan yang terlihat seperti jutawan?"
Pernyataan ini, tulis Thomas J. Stanley, disampaikan seorang vice president dari sebuah departemen pengawasan kekayaan. Pandangannya sama dengan orang kebanyakan yang tidak kaya. Mereka berpikir bahwa para jutawan memiliki pakaian yang mahal, jam, dan simbol-simbol status lainnya.
Dalam penelitian Stanley selama 20 tahun pada sekelompok elit jutawan yang dipaparkan dalam bukunya ini, The Millionaire Next Door: The Surprising Secrets of America's Wealthy (Simon & Schuster, 2000), faktanya justru berbeda. Misalnya, mereka menemukan bahwa mayoritas jutawan tak pernah membuang uangnya sampai sepersepuluh dari US$ 5000 untuk jam tangan. Satu dari sumbernya, seorang pengusaha mesin diesel sukses di Texas, malah mengendarai mobil keluaran 10 tahun lalu, memakai jeans, jaket kulit rusa, dan tinggal di kawasan kelas menengah, bertetangga dengan pegawai pos, pegawai pemadam kebakaran, dan pekerja bengkel.
Stanley memaparkan bahwa bukan kekayaan nominal atau barang-barang yang nampak yang menunjukkan seseorang itu jutawan atau bukan. Tetapi, seperti definisi ekonomi klasik, bagaimana menyeimbangkan pengeluaran dan pendapatan. (One)
detikcom: Sabtu, 07/10/2000
Almost History
Dokumen Tentang Peristiwa Yang Nyaris Mengubah Dunia
Sumber: Reuters
Judul: Almost History
Pengarang: Roger Bruns
Penerbit: The Stonesong Press
Waktu Terbit: 4 Oktober 2000
Tebal: 224 halaman
ISBN: 0786866632
detikcom - Jakarta,
Pada 2 Juli 1881, James Abram Garfield, baru empat bulan menjabat sebagai presiden Amerika Serikat ke-20. Ketika dia berdiri stasiun kereta Washington DC untuk mengunjungi istrinya yang sakit di New Jersey, tiba-tiba seorang lelaki kurang waras menembak punggungnya.
Garfield terkapar selama 80 hari dan membuat panik seluruh Amerika karena konstitusi yang ada tak mengatur siapa yang berhak menggantikan seluruh peran kepresidenan. Repotnya lagi, tak seorang pun dokter yang bisa menyembuhkan presiden yang pernah jadi pelaut itu.
Pada saat bersamaan, ilmuwan terkenal penemu telepon, Alexander Graham Bell, kebetulan baru menciptakan sebuah alat baru untuk mendeteksi logam. Dengan alat itu Bell mencoba menemukan posisi peluru di tubuh presiden yang terbaring lesu di ranjang barunya. Sayangnya, Bell mungkin lupa bahwa ranjang baru presiden memakai kasur inovasi terbaru yang memakai per logam. Detektor logam Bell gagal menyelamatkan nyawa Garfield.
Itulah sebuah insiden kecil tapi bermakna besar dalam sejarah yang termuat dalam buku Almost History yang baru diluncurkan 4 Oktober lalu di Los Angeles, AS. Buku karya Roger Bruns, wakil direktur National Publications and Records Commission di National Archives Los Angeles, itu berisi koleksi memo, tulisan tangan, dan dokumen pemerintah yang merekam sekitar 80 insiden yang seandainya terjadi akan mengubah sejarah dunia.
"Orang-orang selalu tertarik dengan apa yang sesungguhnya terjadi atau apa yang seharusnya terjadi," kata Bruns kepada Reuters. "Buku ini mencoba untuk memberikan bukti fisik bahwa ada hal-hal yang begitu dekat dengan perubahan - semacam benih-benih yang Anda bisa jadikan sejarah alternatif," katanya.
Bruns benar, buku ini akan memancing imajinasi pembaca tentang sejarah yang lain, sebuah perandaian yang selama ini hanya bisa ditemukan dalam novel-novel.
Selain kisah Graham Bell dan Presiden Garfield, buku ini memuat pula rekaman administrasi Presiden John F Kennedy saat memulai pembicaraan rahasia dengan Kuba yang bertujuan untuk saling mendekati antar kedua negara pada Juni 1963. Kemudian, dicatat pula bahwa di bulan Oktober 1963, Kennedy menyetujui rekomendasi militer atas penarikan 1000 personil militer AS dari Vietnam.
Sayangnya, enam minggu kemudian, Kennedy wafat bersama semua rencana rahasianya. Kita tahu, hingga kini hubungan diplomatik AS dan Kuba masih renggang. Kita tahu pula bahwa militer AS tak pernah menarik pasukannya dari Vietnam, bahkan lima tahun setelah meninggalnya Kennedy, jumlah militer AS di Vietnam meningkat, dari 16.300 jadi lebih dari 500.000 pasukan. Perang Vietnam berkobar tanpa tercegah dan AS harus menggung malu sepanjang sejarah karena kekalahannya dalam perang tersebut.
Buku unik Bruns ini juga menampilkan laporan rinci CIA (Central Intelegence Agency) tentang usaha-usaha ngawur untuk menyingkirkan Fidel Castro dengan cerutu beracun, mafia, dan pantai beranjau. Juga sebuah laporan tentang sebuah taksi yang nyaris membunuh PM Inggris Winston Churchill.
Dalam beberapa kasus, dokumen yang dikumpulkan Bruns ini berperan penting pula, seperti setumpuk berkas catatan yang dibawa Presiden Theodore Roosevelt yang berhasil menghentikan peluru yang ditembakkan ke jantungnya pada 14 Oktober 1912.
Pesan Astronot
Selain kisah para politisi dunia itu, ada pula cerita tentang John Glenn, astronot Amerika pertama yang berhasil mengorbit bumi pada tahun 1962. Ketika itu, menurut perhitungan ilmuwan, kapsul yang ditumpangi Glenn akan terdampar di laut Pasifik Selatan dan kemungkinan akan membuat takut penduduk setempat.
Mungkin karena Glenn sendiri juga khawatir kalau-kalau pesawatnya nanti jatuh di tengah-tengah suku asing pemakan manusia, astronot ini membawa sebuah catatan yang diterjemahkan dalam beberapa bahasa. Isinya: "I am a stranger. I come in peace. Take me to your leader and there will be a massive reward for you in eternity."
Glenn nyatanya tak perlu memakai catatan tersebut. Tapi, catatan tersebut telah merefleksikan tantangan berat bagi para astronot yang kemudian dikembangkan jadi pesan yang wajib dibawa astronot. Bunyinya begini: "Fate has ordained that the men who went to the moon to explore in peace will stay on the moon to rest in peace.
"Pernyataan itulah yang menginspirasikan penulisan buku ini. Pernyataan itu mungkin satu dari pernyataan terhebat yang pernah ditulis dan tidak pernah tersampaikan," kata Bruns. (Reuters/Kurniawan)
CATATAN:
[ ] Semua artikel berinisial One adalah tulisan saya pribadi.