The Cross
Under the Cross

English
Indonesian
Search
Archives
Photos
Maps
Help Ambon
Statistics
HTML pages
designed &
maintained by
Alifuru67

Copyright ©
1999/2000 -
1364283024 &
1367286044

 

AMBON Berdarah On-Line
About Us

 
Maluku Report 101- Provided By Masariku Network

Menunggu Pecahnya Bom Waktu Ambon

Situasi Ambon yg terlihat tenang beberapa hari ini, ternyata menyimpan begitu banyak misteri yg harus disikapi secara kritis. Situasi kota dan Pulau Ambon yg terlihat tenang, rupanya bukan cerminan menurunnya ketegangan masyarakat setelah dilanda konflik beberapa hari lalu. Sumber ketegangan antara lain disebabkan merebaknya informasi dan realitas beberapa kebijakan yg berkaitan dengan koordinasi pengamanan aparat di lapangan.

Dalam dua hari terakhir misalnya, masyarakat seputaran Benteng, Kudamati, dan Air Salobar, sangat diresahkan dengan keluarnya kebijakan penarikan aparat Brimob yg selama ini di-BKO-kan di wilayah TVRI Gunung Nona - Kota Ambon. Pemberitaan media lokal hari ini yg memastikan penarikan aparat Brimob di wilayah tersebut oleh KAPOLDA Maluku, semakin membuat cemas masyarakat Kristen di kota ambon. Phobia masyarakat Kristen rupanya masih melekat kuat terhadap perilaku aparat dari kesatuan lain di luar Brimob. Terutama sebagian kesatuan-kesatuan TNI AD, yg dalam kenyataannya selama ini, turut terlibat aktif dalam proses pelanggengan konflik.

Kekhawatiran ini semakin mengental, bilamana posisi kesatuan Brimob di TVRI Station Ambon diganti dengan kesatuan lainnya dari TNI-AD. Hal ini mengingat posisi geografis TVRI station Ambon yang terletak persis di atas daerah Kuda Mati, Benteng, dan Air Salobar. Demikian pula dari lokasi tersebut, terdapat jalan pintas yg menembus langsung ke kantong muslim di daerah Pohon Mangga (Air Salobar). Kekhawatiran ini cukup beralasan mengingat bahwa daerah pohon mangga belakangan ini, telah menjadi salah satu daerah konsentrasi masa jihad, yg jumlahnya menurut informasi aparat kurang lebih 500 orang. Sementara itu ironisnya pos jaga tentara di pohon mangga, cenderung lebih mematuhi garis komando laskar jihad Pohon Mangga, ketimbang dan-yon mereka sendiri.

Pada sisi lainnya menarik pula untuk melihat informasi posisi aparat TNI lokal maluku yg ada di kota dan pulau Ambon. Dalam percakapan dengan Mayor 'X' yang beragama kristen, dan bertugas di KODAM XVI Pattimura, diperoleh informasi bahwa ternyata yon 733 Pattimura hanya mengakomodir lebih kurang 60 prajurit beragama Kristen. Yon ini merupakan satuan pemukul yang bertempat di samping lapangan merdeka, dan berhadapan langsung dengan kantor Sinode GPM. Hal lain yg cukup ironis, bahwa sebanyak 300 orang prajurit Kristen Kodam XVI Pattimura ternyata tak dipersenjatai sejak ex-Pangdam Max Tamaela meninggalkan Ambon. Sebaliknya hampir dalam jumlah yg sama prajurit beragama muslim dipersenjatai penuh. Dari "Major X" ini diperoleh pula informasi tentang gudang-gudang peralatan TNI-AD yang tersebar di wilayah pemukiman majoritas Kristen (antara lain PALDAM XVI Pattimura, yg terletak di daerah Skip tengah), sudah dikosongkan dan perlengkapannya dipindahkan ke Yon 733.

Disamping itu diinformasikan pula beredarnya kesatuan intelejen, yang sudah menyatu dengan masyarakat. Sebagian dari mereka ternyata beragama Muslim, dan menyamarkan identitas sebagai etnis Manado, Sanger, atau Timor. Kondisi ini merupakan salah satu titik krusial, bila saja mereka bertindak tak adil, dalam kolaborasi mereka dengan laskar jihad. Dengan demikian pemetaan wilayah-wilayah Kristen dalam kerangka taktis-strategis penyerangan, dengan sangat gampang bisa dilakukan.

Sisi lain yang cukup menarik untuk dicermati, dengan setting penempatan aparat yg demikian, adalah aktifitas pelabuahan laut Jos Sudarso. Terlihat jelas sikap diskriminatif aparat sehubungan dengan proses dembarkasi dan embarkasi penumpang kapal-kapal penumpang milik P.T Pelni. Disatu sisi KM Dobonsolo pada kedatangannya yang terakhir, dengan paksa digiring menuju LANAL Halong. Sebaliknya disisi lainnya masyarakat Islam tetap berkeras untuk semua kapal lain di luar Dobonsolo, harus menyinggahi Pelabuhan laut Jos Sudarso. Ini berarti (dan sejalan dengan informasi beberapa rekan Islam lokal) pasokan perlengkapan perang terus menerus dengan leluasa bisa mengalir ke kubu Islam dan laskar jihad.

Beberapa gambaran di atas pada gilirannya menumpukan ketegangan di dalam konstelasi politik masyarakat. Terutama masyarakat Kristen Ambon dan sekitarnya. Ibarat bom waktu, maka kita sedang menunggu sambil melihat proses eskalasi ketegangan menuju ledakan berikut.

Selamat berdoa untuk Maluku.

Provided By Masariku Network 2000 - Masariku@egroups.com

Received via e-mail from : Peter by way of PJS 


Copyright © 1999-2000 
- Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML pages designed and maintained by Alifuru67 * http://www.oocities.org/alifuru67
Send your comments to alifuru67@egroups.com