The Cross

Under the Cross

English
Indonesian
Search
Archives
Photos
Maps
Help Ambon
Statistics


HTML pages
designed &
maintained by
Alifuru67

Copyright © 2000
1364283024&
1367286044

 


 

AMBON Berdarah On-Line
About Us


 Elite Politik Perlu Dilibatkan Mengakhiri Konflik


Ambon, Siwalima - Rektor Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM) Ir M K J Norimarna, Msc, Phd, mengingatkan semua komponen untuk mencari terobosan yang lebih berani agar dapat melibatkan para elite politik nasional baik sipil atau militer untuk menyelesaikan konflik di wilayah ini.

Itu penting, demikian tegas Norimarna, karena konflik Maluku tidak murni terlahirkan dari kalangan bawah tetapi suatu skenario politik kotor yang sengaja ditimpakan ke rakyat Maluku. "Ini kenyataan yang tidak perlu dirahasiakan. Konflik ini direncanakan dari kalangan atas untuk meraih kepentingan politik kelompoknya secara nasional," ujarnya, Selasa.

Itu dikemukakannya menjawab Siwalima sehubungan masih ada pihak tertentu yang sampai sekarang masih tetap ingin menjustifikasikan agama tertentu sebagai ideologi untuk meraih memenangkan kepentingan politik kelompoknya.

Hal senada ini juga sebelumnya dikemukakan Ketua D DPRD Maluku Suep Eka Putra, bahwa konflik sulit diselesaikan karena agama dilibatkan dalam konflik. Padahal, fakta dilapangan menunjukan kalangan bawah tidak mengerti apa sih tujuan akhir yang ingin dicapai dari konflik yang terus berkelanjutan dan berkepanjangan di wilayah ini.

"Fakta lapangan membuktikan kalangan bawah secara terlibat langsung dalam konflik tetapi itu terjadi karena permainan kalangan atas. Kajian saya membuktikan hal itu," ucap Eka Putra. Mengingat dampak kerusuhan sudah sedemikian parah, bantuan material ke Maluku yang begitu besar sebaiknya diperuntukan untuk menangani aspek-aspek spiritual. "Ini harus dijadikan pegangan bersama kedua pihak untuk mengembalikan mental spiritual di masing-masing komunitas," ujarnya.

Menjawab hal ini, Norimarna mengatakan, oleh sebab itulah betapa pentingnya mengintensifkan kaum agamawan baik Islam maupun Kristen untuk memulihkan goncangan mental spiritual antara kedua umat beragama. Karena yang mencetuskan pertikaian di kepulauan Maluku ini dari kalangan atas yang sengaja menjustifikasikan agama sebagai ideologi politik.

Namun keterlibatan kaum agamawan menyelesaikan konflik, jangan dilihat dalam kacamata politik tetapi sebagai tokoh masyarakat, agar tidak memunculkan kesan bahwa ini konflik agama.

Sebab, "Hanya segelintir orang saja yang dipengaruhi untuk menciptakan konflik. Contoh bukti, misalnya, ketika masyarakat Islam dan Kristen bertemu di tempat-tempat netral, tidak ada permasalahan. Jadi kasusnya sangat situasional karena diciptakan provokator-provokator di lapangan," sebutnya.

Itu berarti, jelasnya lagi, konflik Maluku ini diatur oleh satu kekuatan sangat besar, yang sampai sekarang belum bisa diatasi pemerintah nasional. Ini bisa dilihat dari ekspansi kelompok luar ke kawasan Maluku lengkap dengan berbagai peralatan perang (senjata, mortir, granat dsb) tanpa bisa dihalangi pemerintah. Malahan Pangdam Made Yasa sendiri secara jujur mengakui bahwa peralatan perang kaum perusuh lebih canggih dari aparat keamanan.

"Kalau pemerintah dan aparat sulit mengatasi pertikaian apalagi tokoh-tokoh agama. Tapi bagaimanapun peran mereka sangat dibutuhkan untuk memulihkan luka batin yang di derita umatnya. Karena yang terjadi selama ini kan bukan konflik antarumat beragama tapi masalah kekerasan politik yang bersifat kriminal dalam skala yang sangat luas," kata Norimarna. (mg5)

IZAAC TULALESSY - WARTAWAN HARIAN UMUM SIWALIMA


Received via email from: Alifuru67@egroups.com

Copyright © 1999-2000  - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML pages designed and maintained by Alifuru67 * http://www.oocities.org/ambon67
Send your comments to alifuru67@egroups.com