SINAR HARAPAN, Selasa, 08 April 2003
Keluarga Abu Jihad: Abu Jihad Punya Hubungan Dekat dengan
Sjafrie Sjamsoeddin
Medan, Sinar Harapan - Anak Tengku Fauzi Hasbi Geudong alias Abu Jihad,
Lamkaruna Putra, tidak membantah punya hubungan dekat dengan Letjen Sjafrie
Sjamsoeddin (Kapuspen TNI) dan Gubernur DKI Sutiyoso. Kedekatan hubungan
tersebut berawal dari penangkapan Abu Jihad saat masih aktif di Gerakan Aceh
Merdeka (GAM).
Namun Lamkaruna membantah laporan investigasi Sidney Jones dari International
Crisis Group (ICG) yang mengatakan Abu Jihad adalah Ketua Jemaah Islamiyah (JI)
Asia Tenggara. Atas tuduhan ICG tersebut, Lamkaruna akan bertemu pihak ICG hari
Rabu (9/4) di Jakarta.
"Kita memang kenal dengan Hambali, Umar Farouk dan lainnya. Saat itu saya
sempat menjadi alih bahasanya. Bahkan mereka pernah datang ke rumah. Tapi
bukan berarti Abu Jihad terkait atau bahkan menjadi Ketua JI," katanya dalam jumpa
pers di Hotel Dirga Surya, Medan, Senin (7/4) siang.
Menurutnya, Abu Jihad setelah mundur dari GAM hanya punya aktivitas membuat
buku dan berdagang. Abu Jihad mundur setelah menilai GAM yang dipimpin Hasan
Tiro tak lagi sesuai dengan Deklarasi Aceh Merdeka Tahun 1977, dimana Abu Jihad
termasuk salah seorang yang bersama Tengku Daud Beureuh mendeklarasikan Aceh
Merdeka. "Itu terjadi sebelum Hasan Tiro pulang dari luar negeri. Dan cita-citanya
adalah menjadikan Aceh sebagai wilayah dengan syariat Islam," katanya.
Lamkaruna bersama ibunya (istri Abu Jihad), Elfi Zahara, juga menyesalkan sikap
Kepolisian Negara Republk Indonesia (Polri) yang tidak menangkap pelaku penculik
Abu Jihad. Padahal polisi sudah mengantongi nama pelaku, saksi, lokasi kejadian
dan proses eksekusi.
Keberadaan Abu Jihad bersama dua rekannya yaitu Edi Putra (Ustadz asal Jakarta)
dan Ahmad Saridup (orang yang mengawal Abu Jihad), sampai sekarang masih
belum diketahui, sejak diculik pada akhir Februari 2003. Masalah ini telah dilaporkan
ke Mabes Polri dan Polda Ambon.
Lamkaruna mengaku telah bertemu dengan para saksi mata. Bahkan seorang prajurit
dari Kodam Pattimura, Kopral Kepala Jumadi Matupang, mengetahui persis peristiwa
penculikan tersebut dan bersedia menjadi saksi. Lamkaruna juga mendapat informasi
bahwa Kadit Serse Polda Ambon AKBP Usman Nasution sempat menangkap empat
orang yang diduga sebagai tersangka. Namun empat orang itu kemudian dilepaskan
dengan alasan belum cukup bukti.
Sejak itu, hingga kini polisi juga belum mengambil keterangan dari Lamkaruna
maupun pihak keluarga korban yang diculik untuk dijadikan keterangan di laporan
Berkas Acara Pidana (BAP) polisi.
Diculik di Ambon
Tengku Fauzi Hasbi Geudong alias Abu Jihad (55) adalah pimpinan Front Mujahidin
Aceh (FMA) dan Ketua Republik Islam Aceh (RIA). Ia diculik di Ambon oleh
sekelompok orang yang diduga dari kesatuan Intelijen Polda Ambon. Penculikan
dilakukan di Hotel Disma Ambon lalu dibawa ke kawasan Sekolah Tinggi Ilmu Agama
Islam Negeri (STAIN) Ambon.
"Kontak terakhir kami dengan Abu Jihad pada tanggal 23 Februari lalu pukul 18.00
WIB. Setelah itu tak ada kontak lagi.
Baru tanggal 28 Februari saya bisa kembali kontak ke nomor Abu. Namun yang
mengangkat mengaku telah membawa Abu Jihad ke Surabaya dan minta uang
tebusan sebesar Rp 25 juta," ungkap Lamkaruna.
Permintaan tebusan lewat transfer ke rekening Edi Putra tersebut ditolak Lamkaruna.
Mereka cuma mengirim uang Rp 1 juta rupiah dengan harapan agar komunikasi
dengan para penculik tidak terputus. Tapi keluarga korban lainnya dan rekan-rekan
seperjuangan Abu Jihad telah mengirimkan dana Rp 47,5 juta dalam tiga kali
pengiriman.
Menurut Lamkaruna, ayahnya pergi ke Ambon diajak Edi Putra, seorang ulama asal
Jakarta yang biasa berdakwah ke Ambon dan berbisnis mutiara di sana, untuk
berbisnis cengkeh. Mengenai Edi Putra, dibawa ke Ujung Pandang. Hal ini diketahui
setelah Ahmad Saridup sempat melakukan kontak dengan keluarga yang minta uang
tebusan untuk para penculik. (dal)
Copyright © Sinar Harapan 2002
|