The Cross

 

Ambon Berdarah On-Line
News & Pictures About Ambon/Maluku Tragedy

 

 


 

 

 

SUARA PEMBARUAN DAILY


SUARA PEMBARUAN DAILY, 12/3/2003

Konflik Dipertahankan untuk Kepentingan Bisnis

JAKARTA - Sejumlah konflik yang ada di Indonesia, seperti di Poso dan Maluku, sengaja dipertahankan sekadar untuk kepentingan bisnis. Bisnis-bisnis tersebut tidak hanya melibatkan aparat keamanan, tetapi juga pengusaha dari Jakarta yang dekat dengan pemerintahan.

Demikian benang merah diskusi terbatas Pembaruan dengan pengamat politik George Junus Aditjondro dan Embong Salampessy dari Tim Advokasi untuk Penyelesaian Kasus Ambon (Tapak Ambon), Selasa (11/3).

"Kenapa konflik di Poso harus dipertahankan? Menurut saya ada tiga peluang bisnis yang membuat konflik di daerah itu dipertahankan," kata George.

Peluang pertama adalah industri bantuan. Dikatakan, sejak terjadi kerusuhan di Poso, banyak pejabat yang menjadi kaya dan mampu memperbarui mobil mereka dengan mobil mewah. Hal itu terjadi pada pejabat-pejabat di tingkat kabupaten, provinsi, Departemen Sosial (Depsos) dan Pekerjaan Umum (PU).

Kedua, industri militer. "Perjalanan saya terakhir masuk Tentena melalui selatan, yaitu lewat Palopo, Bone-bone, dan Mangkutana, terdapat 12 pos aparat. Saya melihat ada pola pemerataan rezeki," katanya.

Pos pertama dijaga aparat dari Satuan Brigade Mobil (Brimob), lalu TNI dan terakhir gabungan. Sambil berjaga di pos-pos itu, aparat keamanan mengutip sejumlah uang dari bus atau truk yang lewat.

Uang yang diserahkan bervariasi, antara Rp 5 ribu hingga Rp 10 ribu per kendaraan. Selain itu, bagi orang yang memiliki kartu tanda penduduk (KTP) habis masa berlakunya, diwajibkan membuat surat jalan sementara sekitar Rp 5 ribu per orang.

"Menurut hitungan saya secara kasar, secara keseluruhan setiap hari aparat mengutip uang sebesar Rp 1 juta," katanya.

Peluang bisnis lain, dan lebih besar, adalah pendirian Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet) di daerah Batuwi, Luwu.

Di daerah itu terdapat proyek penambangan gas alam oleh pengusaha dari Jakarta yang dekat dengan Presiden Megawati Soekarnoputri.

George menduga, salah satu keinginan TNI untuk membentuk Komando Daerah Militer (Kodam) di Sulawesi Tengah untuk menjaga keberadaan Kapet. Padahal, masyarakat Batuwi sudah melakukan aksi penolakan.

"Masyarakat tidak suka adanya Kapet itu. Sudah mulai terjadi konflik di sana, antara nelayan tambak dan perusahaan tambak, antara masyarakat adat dan HPH serta masyarakat tani dan penambang karena banyak penge- boran di lahan-lahan penduduk tanpa permisi," ujar George.

Bahkan, katanya, sudah ada upaya-upaya untuk meneror rakyat setempat dengan melakukan latihan perang. Pada Oktober 2002 ada latihan perang di daerah Batuwi yang merupakan daerah pengeboran gas alam.

Pola yang sama dilakukan aparat di Maluku. Menurut Embong Salampessy, bisnis-bisnis seperti yang dilakukan aparat di Poso juga terjadi di Maluku.

Dia mencontohkan, aparat melakukan bisnis pengamanan dan pengawalan terhadap orang yang akan melalui daerah yang tidak aman. Biaya pengawalan itu bervariasi hingga mencapai Rp 800 ribu.

"Dari pengamatan kami, salah satu faktor yang membuat hal seperti itu terjadi karena aparat keamanan, TNI dan Polri, terpaksa. Karena, uang lauk pauk mereka dipotong hingga mereka hanya menerima sekitar Rp 2500 per hari," kata Embong.

Bahkan, katanya, aparat juga terlibat dalam jual beli senjata dan amunisi. Untuk senjata laras panjang dari berbagai jenis dijual antara Rp 15 juta hingga Rp 30 juta per unit. Untuk amunisi dijual Rp 2.500 hingga Rp 5.000 per butir.

Pemekaran Kodam

Sementara itu, George menambahkan, saat ini ada upaya dari TNI untuk melakukan pemekaran Kodam. Peluang untuk itu masih terbuka lebar.

Menurutnya ada dua jalur yang dapat dilakukan TNI untuk memekarkan Kodam. Pertama, membuat suatu daerah terkesan tidak aman sehingga dibutuhkan kehadiran TNI. Kedua, membuat pembenaran bahwa ancaman dari luar akan masuk melalui suatu daerah tertentu.

"Peluang-peluang seperti itu tetap ada. Mereka selama ini menikmati kekuasaan politik dan ekonomi tapi tiba-tiba mau dirampas. Sekarang, tinggal bagaimana ketahanan masyarakat sipil," katanya. (O-1)

----------
Last modified: 12/3/2003

 


Copyright © 1999-2001 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML page is designed by
Alifuru67 * http://www.oocities.org/batu_capeu
Send your comments to
alifuru67@yahoogroups.com
This web site is maintained by the Real Ambonese - 1364283024 & 1367286044