Welcome....
 
 
 Sent Mail to Eddiestp | Forum Diskusi | Nilai Ujian Mahasiswa

Selamat datang di forum diskusi ini. Kirimkan kritik dan saran Anda ke eddie_sitepu@lycos.com atau ke eddiestp1175@yahoo.co.uk

       

Pengalihan Subsidi BBM

Oleh : Edy Sahputra Sitepu, SE, MSi

Untuk kedua kalinya, pemerintah telah memilih untuk menjalankan kebijakan tidak populer dengan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), yang dinaikkan rata-rata sebesar 29%. Pemerintah beralasan, jika tidak dinaikkan, beban subsidi BBM akan terlalu besar untuk tahun ini, sekitar Rp 61 triliun. Dengan kenaikan rata-rata 29% ini, toh subsidi belum hilang, namun jumlahnya menciut menjadi Rp 31 triliun.

Sebenarnya subsidi tidak selalu jelek, kalau dialokasikan dengan benar. Masalahnya dalam kasus BBM, dengan price subsidy , penikmat terbesar adalah masyarakat menengah ke atas. Selama ini subsidi tersebut hanya dinikmati 7% dari 38 juta penduduk miskin. Artinya memang sudah sepatutnya bila sekarang pemerintah mengganti kebijakan price subsidy dengan subsidi langsung (direct subsidy), dalam bentuk program-program terpadu untuk meningkatkan kualitas hidup seperti kesehatan dan pendidikan.

Jadi, kenaikan BBM kali ini hendaknya jangan dipandang sebagai sebuah pencabutan subsidi, tetapi sebagai pengalihan subsidi, dari subsidi harga ke subsidi langsung. Kalaulah sekarang masyarakat bergejolak, itu adalah karena memang sudah sejak lama kita dininabobokan oleh BBM yang murah, ketika barang dan jasa lainnya terus melambung.

Bagaimana pun juga, aksi-aksi demonstrasi mahasiswa tidak perlu dipandang sebagai anti kenaikan BBM. Mahasiswa adalah hati nurani rakyat. Mereka hidup bersama rakyat, karena itu mereka adalah pihak pertama yang menangkap kegetiran rakyat.

Jika menilik masih adanya subsidi sebesar Rp 30 triliun, ini artinya sebagai isyarat bahwa kenaikan BBM yang sekarang ini bukan untuk terakhir kalinya. Selagi kita masih menjadi net importir minyak, maka setiap kenaikan harga minyak dunia tidak akan menjadi  windfall profit. Kita terus dihadapkan pada keharusan menaikkan harga. Kenaikan harga minyak dunia akan selalu menjadi shortfall profit yang harus disalurkan lagi untuk subsidi.

Selagi investasi di sektor migas belum tumbuh, maka status net importir akan terus melekat. Selama itu pula, politik menaikkan BBM akan terus berulang-ulang dan menjadi persoalan rutin yang tidak pernah terselesaikan. Cara menyelesaikannya adalah meyakinkan rakyat bahwa kenaikan BBM ini bukanlah pencabutan subsidi untuk rakyat, tetapi sebuah pengalihan subsidi.

Karena itu, ada dua hal yang harus dilakukan pemerintah. Pertama, menjamin agar program subsidi langsung benar-benar jatuh ke tangan yang berhak, tidak dikorupsi. Tak lama setelah BBM naik, 38 juta rakyat miskin seharusnya sudah tidak dipusingkan lagi dengan biaya kesehatan dan pendidikan. Pengeluaran rakyat yang membesar di sektor BBM ini, tidak akan terasa sebagai beban karena beban di sektor lain terkurangi.

Kedua, pengendalian harga maupun stok dan kelancaran suplai barang-barang kebutuhan pokok. Sebab, terkesan sebelum BBM naik pun para produsen barang dan jasa sudah menaikkan harga. Kenaikan komoditas di luar BBM selalu lebih dikarenakan persoalan psikologis-spekulatif daripada perhitungan ekonomis.(2 Maret 2005)***

Kampus Polmed

Univ Sumatera Utara

Univ Sriwijaya

Politeknik Malang

Politeknik Semarang

Politeknik Jakarta

Politeknik Bandung

Politeknik Palembang

Politeknik Medan 

Politeknik Lain-lain

 BERITA  HARIAN :

Media Indonesia

Bisnis Indonesia

Suara Pembaruan

Kompas

Republika

Medan Bisnis

Waspada

Analisa

 
 
 Mata Kuliah
 PengantarEkonomi
 Ekonomi Mikro
 Perdagangan Int`l
 Public Relations
 Komunikasi Bisnis
 Tugas/Paper
 Syllabus Belajar
 Bahan Diskusi
 Nilai Ujian
 Publikasi Lain:
 Artikel Pendek
 Artikel Ilmiah
 Artikel Pakar
 Koleksi Photo
 Curiculum Vitae
 Staf Polmed
 Special Links:
 C A S E S
 I D E A
 C S I S
 I D E A
 DEPERINDAG
 BANK INDONESIA
 B P S
 D I K T I
 D E P K E U
 NBER RISEARCH
 I M F
A D B
 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Mata Kuliah :

 
      » Edy Sahputra Sitepu  © Copyright January 2005/Business Administration Study Program/Polytechnic Negeri Medan/Sumatera Utara  
      About Polytechnic Negeri Medan  |  About Center Analysis for Social and Economic Studies-CASES-Medan |  Find a Job |  Another Link | ETC

     Your use of this website constitutes acceptance of the eddiestp network Privacy Policy and Terms & Conditions

     eddiestpforum® is a registered trademark of CASES Consultant