<<home>><<artists>><<FAQ>><<hale bopp>><<journal>>

<<special>><<sign guestbook>><<view guestbook>><<feedback>>

 

<<

 

BRAINSTORM

 

Susah bagi band Latvia untuk menembus pasaran (internasional),” kisah Reynard Cowper, vokalis BrainStorm suatu ketika.  “Latvia apaan saja orang-orang tidak tahu.  Mereka tanya, apa kami punya TV, pernah lihat komputer, atau hidup di hutan.”  Latvia mungkin sebuah negara kecil di Republik Baltik yang tidak begitu kedengaran namanya di kancah internasional, tetapi Latvia adalah negara asal sebuah band memikat yang singel-nya, Waterfall, berhasil menduduki peringkat pertama tangga lagu MTV Skandinavia (‘Upnorth’).  Band yang tenar di Indonesia dengan singel mereka Maybe ini didirikan tahun 1989 di sebuah kota kecil di selatan Latvia, Jelgava.  BrainStorm, atau ‘Prata Vetra’ (nama Latvia mereka), didirikan oleh Reynard Cowper (nama asli: Renars Kaupers), penyanyi di koor sekolah yang terinspirasi oleh Depeche Mode.  Saat itu Reynard baru berusia 14 tahun, begitu pula teman-teman sekelasnya yang diajak bergabung: Johny U. ‘Magic’ White (alias Janis Jubalts) sebagai gitaris, Peter Scott Jr. (alias Gundars Mausevics) sebagai bassis, dan Nick William Simon (alias Kaspars Roga) sebagai drummer.  Baru setelah agak lama adik kelas mereka yang berusia setahun lebih muda, Mike Minolta (alias Maris Mihelsons) bergabung sebagai keyboardis dan pemain akordion.  Hingga kini, line-up BrainStorm tidak pernah berubah.

Sampai saat ini,  BrainStorm telah memproduksi empat album, dengan yang paling dipuji adalah Among The Suns (atau bahasa Latvia-nya: Starp divam saulem) yang melahirkan hit My Star yang menjadi calon penerima penghargaan Eurovision, dan Online, yang melejit di Indonesia.  Kalau kamu mendengarkan musik mereka sekarang, mungkin kamu nggak nyangka kalau dulunya BrainStorm adalah sebuah band ‘ribut’ yang mengusung Seattle-sound!  Namun seiring makin dewasanya para personil, BrainStorm pun beralih ke musik yang cenderung pop, ringan, dan melodis. 

Reynard sendiri nggak menyangka lho BrainStorm populer di Indonesia.  Sewaktu ia diwawancarai 4 media Indonesia via telepon, ia langsung membuka peta dan mencari Indonesia itu di mana!  Wah, rupanya, bagi dia Indonesia juga kurang populer... :)  Selain itu, meski Reynard cukup sibuk, ia biasanya menyempatkan diri untuk menulis pesan-pesan yang dapat kamu baca di website resmi Brainstorm.  Reynard dan Nick juga cukup aktif dalam membuat film-film indie.  Salah satu film buatan Nick menggambarkan Reynard yang sedang memalu paku di tepi jalan.  Kemudian Nick datang naik sepeda, mengambil palu Reynard, dan menjilatnya.  Kemudian Nick membuka sebuah lemari es berisi palu-palu warna-warni.  Apa maksudnya film itu?  “Tidak ada tuh,” jawab Nick sambil tersenyum.

Band yang kagum pada Travis, A-HA, dan Midnight Oil ini semakin diakui keberadaannya, dengan menerima 5 penghargaaan dalam Latvian Music Award tahun lalu.  Penghargaan tersebut adalah: Maybe sebagai best pop song, best video, dan most played song in radios, Kitten Who Didn’t Want to Give Up sebagai best rock song,  serta versi Latvia Online sebagai best album.  Tak heran mereka dianggap sebagai garda depan musik pop Latvia.  BrainStorm pun dipercaya menjadi pendamping band-band terkenal semacam Supergrass dan The Cranberries dalam tur Eropa mereka (termasuk saat mereka manggung di Frankfurt, saat Reynard dengan pede-nya maju ke panggung dan berteriak, “Halo Jerman!  Halo Stuttgart!”).  BrainStorm pun masih menyimpan cita-cita ‘mulia’: menaklukkan publik UK dan Amerika Serikat! (tp April 2002)