<<home>><<artists>><<FAQ>><<hale bopp>><<journal>>
<<special>><<sign guestbook>><<view guestbook>><<feedback>>
Sekilas
melihat The Bluetones, mungkin kita bakal mengira kalau mereka itu boyband
kayak A1 atau Code Red. Emang sih para personil The Bluetones bisa dibilang
cute, tapi...sorry! They’re not boyband! Lagipula mereka sudah terlalu
tua buat jadi boyband ataupun teenage sensation.
The Bluetones adalah cowok –cowok London yang terdiri dari Mark Morriss di vokal, Scott Morriss di bass, Adam Devlin di gitar dan Eds Chester di drum. Selain itu ada Richard Payne, mantan kibordis Dodgy yang sayangnya cuma bertahan satu album aja.
Kalo aja Mark nggak bertemu Adam di sebuah toko kaset, mungkin The Bluetones nggak bakal terbentuk. Menyadari kalau mereka berdua punya selera musik yang sama, Mark yang jangkung dan Adam yang mungil ini memutuskan membentuk sebuah band yang bernama The Bottlegarden. Mark pun mengajak adiknya, Scott sebagai pemain bass. Untungnya band ini nggak bertahan lama, sebab setelah The Bottlegarden bubar, barulah Eds bergaul sama Mark cs dan akhirnya The Bluetones terbentuk! Ada yang bilang kalo nama ini hanyalah sebuah nama yang enak didenger, tapi ada juga yang bilang kalau nama itu muncul dari mimpinya Adam. Adam pernah mimpi kalo ada suatu band yang terkenal banget dan nama band itu adalah The Bluetones! Begitu bangun, Adam langsung cerita ke temen-temennya yang langsung setuju untuk pake nama The Bluetones.
The
Bluetones adalah band yang lumayan sering ganti label rekaman. Tahun 1994,
mereka merilis EP ‘Return to
Splendour’ di bawah label Fierce Panda. Ternyata EP ini lumayan ditanggapi oleh kalangan
musik Inggris. The Bluetones pun mendapat kesempatan untuk merilis debut album
di bawah perusahaan rekaman yang lebih gede yaitu Polygram Records. Tahun 1996, album ‘ Expecting to Fly’ dirilis dan
berhasil menduduki nomor satu di chart musik Inggris. Single-single mereka
seperti Bluetonic, Slight Return dan Cut Some Rug pun cukup berjaya
di chart (kabarnya, waktu single mereka berhasil mencapai nomor 2 di Inggris,
The Bluetones mabuk-mabukan sampanye 2 minggu penuh! :) – tp). Kedua album
berikut, Return to The Last
Chance Saloon dan Science
& Nature dirilis pada tahun 1998 dan 2000. Kalau mau dinilai,
mungkin album terbaik The Bluetones adalah ‘ Return to..’. Sayangnya kaset ini
jarang
banget
ada di Indonesia. Lagu – lagu seperti If, Solomon Bites The Worm, Sky Will Fall bikin kita betah buat
dengerin album ini ( setidaknya saya..). ‘Science and Nature ‘ adalah album
yang sangat seger buat pendengar The Bluetones . Walaupun tidak meninggalkan
nuansa ringan mereka, The Bluetones kedengaran sedikit ngerock! Mungkin
dipengaruhi oleh masuknya Richard ke band. Karena terjadi sedikit perselisihan
dengan Polygram, akhirnya The Bluetones memutuskan untuk pindah ke Superior
Quality Recordings, anak perusahaan Universal Records. Tahun ini Mark cs merilis
kumpulan single mereka -- bukan berarti mereka bubar lho! -- yang kayaknya wajib
buat dikoleksi. Soalnya selain single single mereka, juga terdapat beberapa
lagu baru, termasuk Afterhours
yang suasananya ngeswing (videonya juga ala Swing).
Kreatifitas The Bluetones tidak hanya di penulisan lagu saja, tapi juga di video klip. Banyak klip mereka yang sensational kayak Marble Head Johnson yang pasti bikin kita teringat akan Nutty Proffesor, atau Four Days Weekend yang full anime. Yang sederhana juga nggak kalah menarik, misalnya Autophilia, impian Mark untuk memiliki mobil mewah, atau Sleazy Bed Track, di mana The Bluetones menjadi simpanse. Seluruh video ini dapat dilihat di website mereka, asalkan kamu sabar aja nungguin gambarnya yang putus-putus kalau sambungan internet kamu jelek.
Walaupun banyak media yang bilang kalau The Bluetones adalah sebuah band bagus, gaung mereka kayaknya belum terlalu kedengeran di sini. Saya cuma bisa bilang...coba deh dengerin mereka. Walaupun Morriss brothers nggak seheboh Gallagher brothers, walaupun Adam nggak sejago John Squire dan walaupun Eds nggak sehandal Simon Gilbert..you’d better listen to them! (ap April 2002)