Apa
itu Homoseksual
Jawaban Kami
Homoseksualitas
itu apa sih?
Homoseksualitas
adalah segala hal yang menyangkut hubungan seksual antara sesama
jenis kelamin. Ini berarti meliputi ketertarikan seksual, ikatan
emosi, perilaku seks, hubungan seks, juga identitas seksualnya.
Homoseksualitas merupakan salah satu jenis orientasi seksual.
Kembali
ke Daftar Pertanyaan
Kalau
orientasi seksual itu apa artinya?
Orientasi
seksual merujuk pada jenis kelamin mana seseorang lebih tertarik.
Kalau lebih pada lawan jenisnya, maka ini dinamakan heteroseksual,
kalau sesama jenis, homoseksual. Kedua jenis? Biseksual. Meskipun
demikian, agak sulit untuk menentukan orientasi seksual seseorang.
Ini dikarenakan orientasi seksual itu sendiri tidak tegas terpisah,
melainkan berwujud kontinum yang terbagi dalam 7 gradasi (0
untuk heteroseksual murni, 6 untuk homoseksual penuh). Selain
itu, orientasi seksual seseorang pada saat ini belum tentu sama
pada beberapa waktu yang akan datang.
Kembali
ke Daftar Pertanyaan
Apa
artinya istilah gay dan lesbian?
Itu merupakan
istilah-istilah yang lazim digunakan dalam membicarakan orientasi
seksual. Lesbian merupakan istilah umum untuk wanita homoseksual,
gay adalah istilah untuk pria homoseks. Meskipun demikian, istilah
gay bisa dikenakan pada laki-laki dan perempuan homoseks.
Istilah lain yang juga dikenal adalah straight, yang mengacu
pada pria atau wanita heteroseks.
Kembali
ke Daftar Pertanyaan
Apakah
gay dan homoseks itu sama?
Ditinjau
dari asal katanya, "gay" berarti sikap "ceria"
dalam menerima homoseksualitas sebagai gaya hidup. Beberapa
homoseks tidak bersikap demikian, sehingga bisa disebut sebagai
non-gay. Dengan demikian, berdasarkan sikapnya terhadap homoseksualitasnya,
homoseks dibedakan menjadi dua: gay dan non-gay.
Kembali
ke Daftar Pertanyaan
Kata
orang, gay itu bisa menularkan AIDS...
Tidak tepat.
Penyebaran HIV pada prinsipnya memerlukan 4 kondisi, yaitu:
- Ada
ODHA (Orang dengan HIV/AIDS). Meskipun belum nampak gejalanya,
ODHA sudah memiliki potensi penularan;
- Ada
OHIDHA (Orang yang hidup dengan HIV/AIDS), yaitu semua orang
bukan ODHA yang menjalin kontak intim dengan ODHA;
- Konsentrasi
HIV cukup tinggi untuk bereplikasi dalam tubuh OHIDHA. Konsentrasi
yang memenuhi terdapat dalam cairan vagina, cairan sperma,
darah (dan semua produknya), serta ASI. Keringat, air liur,
air ketuban, air mata, air seni mengandung HIV dalam konsentrasi
minimal;
- Ada
pemaparan, yaitu kontak tidak aman dengan cairan berkonsentrasi
HIV tinggi. Misalnya hubungan seksual tanpa kondom, memakai
jarum suntik bergantian, transfusi darah tanpa screening,
anal seks, dll.
Berarti,
jika semua syarat di atas dipenuhi, meskipun bukan gay tetap
saja resiko penyebarannya besar. Sebaliknya, meskipun berhubungan
seks dengan gay namun jika syarat di atas tidak terpenuhi, resiko
penularannya kecil.
Kembali
ke Daftar Pertanyaan
Saya
mendengar beberapa cerita bahwa homoseksualitas bisa ditularkan...
Homoseksualitas
bukanlah penyakit, apalagi penyakit menular. Jadi tidak mungkin
ditularkan. Cerita-cerita yang memuat kisah bangkitnya dorongan
homoseksual setelah hubungan seksual sejenis hanya menjelaskan
bahwa tubuh manusia dirancang untuk peka terhadap rangsangan
seksual apapun, termasuk homoseksual. Beberapa ahli psikologi
yakin bahwa manusia memiliki potensi heteroseksual dan homoseksual
sekaligus. Jadi, ketika pengalaman homoseksual ternyata mendatangkan
kenikmatan, maka potensi ini terbangkitkan.
Kembali
ke Daftar Pertanyaan
Bisakah
homoseks disembuhkan?
Homoseksual
bukanlah suatu penyakit medis. Jadi, istilah "disembuhkan"
kurang tepat digunakan. Yang biasanya dilakukan oleh para ahli
jiwa adalah mengembangkan potensi heteroseksual dan meredam
homoseksualitas yang telah berkembang. Pada sebagian orang,
hal ini dimungkinkan, dengan dipengaruhi oleh bnayak faktor.
Kembali
ke Daftar Pertanyaan
Apakah
homoseks bisa menikah dan punya anak?
Selama
organ reproduksinya masih berfungsi, ya. Ada beberapa kasus
(banyak di antaranya tidak terpublikasikan) dimana pernikahan
bertahan dalam kebahagiaan, meskipun ada juga yang gagal. Rasanya
kurang fair kalau kita langsung memvonis bahwa pernikahan adalah
sesuatu yang bisa atau tidak bisa dilakukan, tanpa mempertimbangkan
faktor-faktor per kasusnya.
Kembali
ke Daftar Pertanyaan
Samakah
homoseks dengan banci?
Tidak.
Banci, bencong, bences, waria, atau wadam adalah orang yang
merasa yakin bahwa ia terperangkap di tubuh anggota walan jenisnya.
Transgender ini kebanyakan dialami oleh pria, dimana ia yakin
bahwa ia sebenarnya adalah seorang wanita meskipun penampakan
fisiknya seorang pria utuh. Orientasi seksualnya belum tentu
tertuju pada pria; Bisa saja seorang waria tertarik pada wanita.
Kembali
ke Daftar Pertanyaan
Mengapa
ada orang yang tertarik secara seksual pada sesama jenis?
Hingga
saat ini belum didapat jawaban yang benar-benar memuaskan. Memang
ada beberapa teori yang menjelaskan terjadinya homoseksualitas
pada diri manusia, di antaranya:
- Hubungan
orang tua dan anak yang terlalu dekat atau terlalu jauh, atau
tidak sehat;
- Pengalaman
homoseksual yang menyenangkan, atau pengalaman heteroseksual
yang tidak menyenangkan;
- Kebencian
terhadap lawan jenis;
- Gangguan
keseimbangan hormonal pada saat ibu mengandung;
- Ukuran
hipotalamus;
- Adanya
gen homoseksual dalam DNA subjek yang bersangkutan.
Untuk
saat ini, cukuplah dikatakan bahwa homoseksualitas timbl sebagai
hasil interaksi dari banyak faktor.
Kembali
ke Daftar Pertanyaan
Jika
orientasi homoseksual dipengaruhi oleh struktur hipotalamus
atau pola kimiawi DNA, berarti ada orang yang memang terlahir
untuk jadi gay?
Pendapat
tersebut dikembangkan oleh media massa berdasarkan temuan Simon
LeVay dan Dean Hammer. Meskipun hasil penelitian tersebut mengkaitkan
predisposisi fisik dan gaya hidup gay subjeknya, namun tidak
berarti perbedaan fisik itulah yang menyebabkan seseorang menjadi
gay. Bahkan, kedua peneliti di atas menegaskan bahwa orientasi
seksual manusia tidak melulu ditentukan oleh perbedaan fisiologis
atau genetik saja. Dalam hal ini, faktor nurture -- pola asuh
orang tua, masalah hubungan sosial dengan teman sebaya, riwayat
pelecehan seksual, dll -- turut menentukan. Dengan demikian,
memiliki potensi homoseksual tidak mutlak menjadikan seseorang
sebagai gay. Karena manusia memiliki kebebasan memilih untuk
tidak terpenjara oleh batasan-batasan fisiknya.
Kembali
ke Daftar Pertanyaan
Jika
pertentangan antara dorongan homoseksual dalam diri seseorang
dengan nilai-nilai yang dianutnya menimbulkan tekanan batin,
bukankah lebih tepat jika nilai-nilai itulah yang mesti diubah?
Ada yang
berpendapat demikian. Jika suatu konflik menimbulkan kecemasan,
maka peredaan kecemasan itu dilakukan dengan mematikan salah
satu pihak yang bertentangan tersebut. Di lingkungan yang menerima
dan mendukung gaya hidup gay, memodifikasi nilai dalam diri
agaknya lebih tepat. Namun hal ini berpulang pada yang bersangkutan:
Mana yang akan dipertahankan, dorongan homoseksual atau nilai-nilai
moral? Pertimbangan apa yang digunakan dalam memilih?
Kembali
ke Daftar Pertanyaan
Apa
yang dimaksud dengan coming-out?
Coming-out
(of the closet) merupakan suatu proses yang dialami oleh seorang
homoseks untuk mengatasi rasa segannya, membuka diri kepada
orang lain dengan mengakui bahwa dirinya memiliki orientasi
seksual, serta bersedia untuk menjalani gaya hidup sebagai gay.
Ini termasuk dengan berhubungan seks sejenis, tidak melakukan
pernikahan (dengan lawan jenis), dan mungkin juga terlibat dalam
gerakan liberasi gay. Pada saat ini, tahap perkembangan homoseks
menjadi gay diakui oleh hampir semua ahli kejiwaan sebagai satu-satunya
alur perkembangan normal berkenaan dengan orientasi homoseksual.
Kembali
ke Daftar Pertanyaan
Saya
menengarai bahwa beberapa psikolog mulai menolak terapi reorientasi,
bahkan menganjurkan para kliennya untuk hidup sebagai gay..
Ya. Psikologi
di dunia umumnya berkiblat pada ketentuan American Psychological
Association (APA). Dalam kurun waktu tertentu, APA menerbitkan
Diagnostic and Statistical Manual for Mental Disorder (DSM)
untuk menentukan siapa yang bermasalah dan siapa yang tidak.
Homoseksualitas sudah lama dihapuskan dari daftar gangguan psikologis,
sehingga tidak ada alasan untuk melakukan terapi reorientasi.
Meskipun demikian, sebagian psikologi masih mempertimbangkan
penggunaan DSM ini menurut sikon yang dihadapinya, di antaranya
adalah lingkungan sosial pasien dan hak pasien dalam menentukan
arah terapi.
Kembali
ke Daftar Pertanyaan
Saya
pernah mendengar istilah homoseks non-gay. Siapakah mereka?
Baru-baru
ini, beberapa ahli menemukan beberapa kasus dimana homoseks
tidak menjadi lebih bahagia dengan menjadi gay. Para homoseks
ini memiliki ciri sebagai berikut:
- Meskipun mungkin pernah menjadi bagian dari komunitas gay, namun
di saat yang sama merasa tidak cocok dengan gaya hidup tersebut;
- Mengidentifikasikan dirinya sebagai penganut suatu agama. Meskipun
acapkali merasa dirinya bukan pemeluk yang taat, namun penilaian lingkungan
sekitarnya menganggap mereka cukup taat dalam memegang nilai;
- Terhadap dalil-dalil agama yang mengutuk homoseks, perasaan yang
timbul lebih banyak berupa rasa berdosa daripada rasa marah dan penolakan;
- Umumnya memegang teguh pandangan konservatif mengenai hubungan
laki-laki-perempuan, pernikahan, dan keluarga;
- Lebih suka dikenal sebagai straight (heteroseks);
- Menyikapi homoseksualitas dengan cara melawan dorongan homoseksual dalam dirinya sendiri;
- Perlawanan terhadap dorongan homoseksualnya memiliki dasar filosofis yang mantap.
Pendek kata, sikap gay terhadap homoseksualitas adalah "to embrace"
sedangkan sikap non-gay adalah "to transcend." Dari sinilah muncul
istilah transendan (transcendant) bagi non-gay.
Kembali
ke Daftar Pertanyaan
Saya
pernah membaca beberapa artikel ilmiah yang menyinggung homoseks
ego-distonik. Apa artinya?
Berdasarkan
PPDGJ 3 (Pedoman Penggolongan dan Diagnosa Gangguan Jiwa) dan
DSM-IIIR, ego-dystonic homosexual adalah orang yang merasa tidak
nyaman dengan orientasi homoseksualnya, sehingga selalu berada
dalam keadaan tertekan. Tekanan untuk menjadi 100% heteroseks
dari lingkungannya (secara nyata maupun hanya dibayangkan) menyulitkannya
untuk menjalani kehidupannya secara penuh dan menyenangkan.
Berdasarkan gambaran ini pula, para psikolog, seksolog, dan
psikiater menganjurkan agar menjalani gaya hidup gay agar tekanan
batinnya reda. Dengan kata lain, agar ia menjadi ego-syntonic
homosexual, yang menerima gaya hidup gay. Belakangan diketahui
bahwa tidak semua homoseks yang menolak untuk jadi gay (homoseks
non-gay) mengalami tekanan batin (ego-distonik).
Kembali
ke Daftar Pertanyaan
Mengapa
ada homoseks yang tidak ingin menjadi gay, bahkan malah ingin
hidup sebagai straight?
Ada banyak
alasan yang mendorong sebagian homoseks untuk menjalani gaya
hidup straight, di antaranya:
- Lingkungan sosialnya tidak mentolerir gaya hidup homoseksual;
- Kecewa atau tidak sreg dengan gaya hidup komunitas gay;
- Patah hati dengan pasangan gaynya;
- Desakan keluarganya untuk berumah tangga;
- Mematuhi tuntunan agamanya;
- Tidak siap untuk hidup sebagai gay, dll.
Kembali
ke Daftar Pertanyaan
|