Homoseksual dalam Pergaulan

1
Bagaimanakah caranya mengenali homoseks atau gay di lingkungan kita?
2
Saya menduga bahwa seorang teman (keluarga) saya homo. Apa yang harus saya lakukan?
3
Seorang teman (keluarga) baru saja mengatakan pada saya bahwa ia seorang homo. Bagaimana saya harus bersikap?
4
Saya bingung bagaimana cara memperlakukan seorang teman (keluarga) saya yang hidup sebagay gay...
5
Ketika seorang teman (keluarga) menceritakan ketertarikan homoseksualnya pada saya, maka saya mendukungnya untuk hidup sebagai gay. Bukankah saya sudah menghormati hak asasinya?
6
Seorang teman merasa tertekan dengan ketertarikan homoseksualnya. Saya menganjurkan untuk menghubungi organisasi pendukung gay. Tepatkah tindakan saya?
7
Ada yang menganjurkan agar homoseksualitas dimasukkan dalam kurikulum pendidikan seks di sekolah...
7
Kabarnya, para homoseks mudah cemburu dan tidak segan untuk menyakiti orang lain yang membuatnya patah hati...

 

Jawaban Kami


Bagaimanakah caranya mengenali homoseks atau gay di lingkungan kita?

Permasalahan di sini bukanlah "Bagaimana", melainkan "Untuk apa?". Sebuah majalah wanita karir yang cukup ternama di dunia internasional (dan harganya mahal pula!) pernah memuat tips mengenali homoseks di lingkungan agar tidak jatuh cinta kepada yang bersangkutan. Penulisnya mungkin menyusunnya berdasarkan mitos dan tidak melakukan klarifikasi dengan para gay dan non-gay. Banyak gay dan non-gay yang tampil wajar sebagaimana layaknya laki-laki (atau perempuan) di lingkungannya sehingga lolos dari tips-tips dimaksud. Memang, ada juga yang memenuhi stereotype gay yang ganjen, bertaburan perhiasan, bertubuh lentur, berbaju ketat, bersuara sengau, dll. Namun ini bukan jaminan 100% bahwa si dia memang gay.

Kembali ke Daftar Pertanyaan


Saya menduga bahwa seorang teman (keluarga) saya homo. Apa yang harus saya lakukan?

Dugaan anda belum tentu tepat. Jika langsung menembaknya, mungmkin ia bisa marah, terlepas dari benar-salahnya dugaan tersebut. Orientasi seksual yang tidak sesuai dengan mayoritas anggota masyarakat adalah hal yang amat dijaga, sehingga kurang bijaksana apabila kita langsung menanyakannya hanya berdasarkan dugaan saja. Jika ia tidak mengatakan apa-apa, hargailah sikap diamnya. Cukuplah bagi kita untk meyakinkan bahwa kita adalah teman (keluarganya) yang akan selalu memberikan pertolongan pada saat dizalimi atau menzalimi.

Kembali ke Daftar Pertanyaan


Seorang teman (keluarga) baru saja mengatakan pada saya bahwa ia seorang homo. Bagaimana saya harus bersikap?

Kita bisa menanyakan perasaannya, bagaimana ia menanggapi hal itu. Juga, apa yang membuatnya yakin bahwa ia adalah seperti yang diungkapkannya. Dukungan bisa diberikan dalam bentuk menjaga rahasia yang dipercayakannya (karena mengungkapkan hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan) dan menjadi pendengar yang baik.

Kembali ke Daftar Pertanyaan


Saya bingung bagaimana cara memperlakukan seorang teman (keluarga) saya yang hidup sebagay gay...

Tiap orang memiliki hak untuk memutuskan jalan hidup yang akan dilaluinya. Kita bisa beranggapan bahwa yang bersangkutan telah mempertimbangkan masak-masak untung-ruginya pilihan tersebut. Jika ia sudah mantap dengan pilihan tersebut dan tidak mengalami masalah yang berarti, tentunya akan janggal kalau tiba-tiba kita menyarankan perubahan. Ini perlu didahului dengan bincang-bincang mengenai langkah-langkahnya dalam mengambil keputusan itu guna memperoleh gambaran yang tepat, kemudian barulah kita bisa menawarkan pertimbangan lain. Jika ia menolak, hargailah keputusannya; Setidaknya, kita telah melakukan kewajiban kita.

Kembali ke Daftar Pertanyaan


Ketika seorang teman (keluarga) menceritakan ketertarikan homoseksualnya pada saya, maka saya mendukungnya untuk hidup sebagai gay. Bukankah saya sudah menghormati hak asasinya?

Hak asasi manusia bukanlah hak yang melekat begitu saja pada manusia. Kita mesti ingat bahwa manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan, dan Tuhan memberikan hak asasi kepada manusia sebagaimana ia telah memberikan kewajiban asasi. Tentu, manusia punya hak asasi berupa kebebasan untuk berbuat sekehendaknya, namun jangan sampai lupa untuk menyampaikan bahwa manusia juga punya kewajiban asasi. Kewajiban ini sesuai dengan ajaran masing-masing agama. Nah, apakah anjuran tersebut sesuai dengan kewajiban asasi, bisa kita tilik pada kitab suci masing-masing.

Kembali ke Daftar Pertanyaan


Seorang teman merasa tertekan dengan ketertarikan homoseksualnya. Saya menganjurkan untuk menghubungi organisasi pendukung gay. Tepatkah tindakan saya?

Akan jauh lebih bijaksana apabila kita bersedia menunjukkan semua alternatif yang tersedia dan bisa dijangkau sesuai dengan kondisinya. Kita juga bisa membantunya menyusun daftar manfaat-mudharat dari masing-masing alternatif pilihan, dan meyakinkannya untuk membuat pilihan yang tepat.

Kembali ke Daftar Pertanyaan


Ada yang menganjurkan agar homoseksualitas dimasukkan dalam kurikulum pendidikan seks di sekolah...

Kami kurang sependapat, mengingat pada saat ini masih cukup banyak pro-kontra mengenai kurikulum pendidikan seks di sekolah di Indonesia pada umumnya, dan normal-tidaknya homoseksual pada khususnya. Tanpa bermaksud untuk menjelekkan teman-teman gay, bab homoseksualitas dalam kurikulum pendidikan seksual di Amerika Serikat pada saat ini dianggap menyesatkan, karena hanya menyoroti sisi terang kehidupan gay.

Kembali ke Daftar Pertanyaan


Kabarnya, para homoseks mudah cemburu dan tidak segan untuk menyakiti orang lain yang membuatnya patah hati...

Pandangan ini muncul karena media massa cenderung memblow-up berita-berita spektakuler: Semakin banyak unsur darah atau seksnya, semakin mungkin pula sebuah berita dicetak. Kebetulan, ada kasus demikian yang melibatkan anggota komunitas gay. Nah, jadilah kasus yang mungkin jarang terjadi itu diangkat, dan yang membacanya beranggapan seolah-olah seluruh komunitas gay memang seperti itu.

Di sisi lain, konflik antara keinginan mewujudkan dorongan homoseksualitasnya, dengan tekanan sosial untuk tidak menunjukkan dorongan itu, menghasilkan ketegangan yang kadangkala tidak disadari karena ditekan ke bawah sadar. Ketika tertarik dengan sesama jenis, ia mungkin lupa pada ketegangannya dan kemungkinan masalah yang bisa timbul di belakang hari. Nah, ketika cinta pergi, maka ia dipaksa untuk mengakui kenyataan bahwa hubungan seperti itu memang sulit untuk diwujudkan. Sebagian orang yang sulit untuk menerima kenyataan ini memiliki kecenderungan untuk melakukan hal-hal seperti yang disangkakan masyarakat tersebut di atas.

Meskipun demikian, hal ini tidak mutlak terjadi pada semua orang. Ini tergantung pada ketahanan jiwaninya, bagaimana ia menyeimbangkan dirinya terhadap konflik itu.

Kembali ke Daftar Pertanyaan


 

<< Sebelumnya | Indeks FAQs | Selanjutnya >>