Homoseksual
dalam Pergaulan
Jawaban
Kami
Bagaimanakah
caranya mengenali homoseks atau gay di lingkungan kita?
Permasalahan
di sini bukanlah "Bagaimana", melainkan "Untuk
apa?". Sebuah majalah wanita karir yang cukup ternama di
dunia internasional (dan harganya mahal pula!) pernah memuat
tips mengenali homoseks di lingkungan agar tidak jatuh cinta
kepada yang bersangkutan. Penulisnya mungkin menyusunnya berdasarkan
mitos dan tidak melakukan klarifikasi dengan para gay dan non-gay.
Banyak gay dan non-gay yang tampil wajar sebagaimana layaknya
laki-laki (atau perempuan) di lingkungannya sehingga lolos dari
tips-tips dimaksud. Memang, ada juga yang memenuhi stereotype
gay yang ganjen, bertaburan perhiasan, bertubuh lentur, berbaju
ketat, bersuara sengau, dll. Namun ini bukan jaminan 100% bahwa
si dia memang gay.
Kembali
ke Daftar Pertanyaan
Saya
menduga bahwa seorang teman (keluarga) saya homo. Apa yang harus
saya lakukan?
Dugaan
anda belum tentu tepat. Jika langsung menembaknya, mungmkin
ia bisa marah, terlepas dari benar-salahnya dugaan tersebut.
Orientasi seksual yang tidak sesuai dengan mayoritas anggota
masyarakat adalah hal yang amat dijaga, sehingga kurang bijaksana
apabila kita langsung menanyakannya hanya berdasarkan dugaan
saja. Jika ia tidak mengatakan apa-apa, hargailah sikap diamnya.
Cukuplah bagi kita untk meyakinkan bahwa kita adalah teman (keluarganya)
yang akan selalu memberikan pertolongan pada saat dizalimi atau
menzalimi.
Kembali
ke Daftar Pertanyaan
Seorang
teman (keluarga) baru saja mengatakan pada saya bahwa ia seorang
homo. Bagaimana saya harus bersikap?
Kita bisa
menanyakan perasaannya, bagaimana ia menanggapi hal itu. Juga,
apa yang membuatnya yakin bahwa ia adalah seperti yang diungkapkannya.
Dukungan bisa diberikan dalam bentuk menjaga rahasia yang dipercayakannya
(karena mengungkapkan hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan)
dan menjadi pendengar yang baik.
Kembali
ke Daftar Pertanyaan
Saya
bingung bagaimana cara memperlakukan seorang teman (keluarga)
saya yang hidup sebagay gay...
Tiap orang
memiliki hak untuk memutuskan jalan hidup yang akan dilaluinya.
Kita bisa beranggapan bahwa yang bersangkutan telah mempertimbangkan
masak-masak untung-ruginya pilihan tersebut. Jika ia sudah mantap
dengan pilihan tersebut dan tidak mengalami masalah yang berarti,
tentunya akan janggal kalau tiba-tiba kita menyarankan perubahan.
Ini perlu didahului dengan bincang-bincang mengenai langkah-langkahnya
dalam mengambil keputusan itu guna memperoleh gambaran yang
tepat, kemudian barulah kita bisa menawarkan pertimbangan lain.
Jika ia menolak, hargailah keputusannya; Setidaknya, kita telah
melakukan kewajiban kita.
Kembali
ke Daftar Pertanyaan
Ketika
seorang teman (keluarga) menceritakan ketertarikan homoseksualnya
pada saya, maka saya mendukungnya untuk hidup sebagai gay. Bukankah
saya sudah menghormati hak asasinya?
Hak asasi
manusia bukanlah hak yang melekat begitu saja pada manusia.
Kita mesti ingat bahwa manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan,
dan Tuhan memberikan hak asasi kepada manusia sebagaimana ia
telah memberikan kewajiban asasi. Tentu, manusia punya hak asasi
berupa kebebasan untuk berbuat sekehendaknya, namun jangan sampai
lupa untuk menyampaikan bahwa manusia juga punya kewajiban asasi.
Kewajiban ini sesuai dengan ajaran masing-masing agama. Nah,
apakah anjuran tersebut sesuai dengan kewajiban asasi, bisa
kita tilik pada kitab suci masing-masing.
Kembali
ke Daftar Pertanyaan
Seorang
teman merasa tertekan dengan ketertarikan homoseksualnya. Saya
menganjurkan untuk menghubungi organisasi pendukung gay. Tepatkah
tindakan saya?
Akan jauh
lebih bijaksana apabila kita bersedia menunjukkan semua alternatif
yang tersedia dan bisa dijangkau sesuai dengan kondisinya. Kita
juga bisa membantunya menyusun daftar manfaat-mudharat dari
masing-masing alternatif pilihan, dan meyakinkannya untuk membuat
pilihan yang tepat.
Kembali
ke Daftar Pertanyaan
Ada
yang menganjurkan agar homoseksualitas dimasukkan dalam kurikulum
pendidikan seks di sekolah...
Kami kurang
sependapat, mengingat pada saat ini masih cukup banyak pro-kontra
mengenai kurikulum pendidikan seks di sekolah di Indonesia pada
umumnya, dan normal-tidaknya homoseksual pada khususnya. Tanpa
bermaksud untuk menjelekkan teman-teman gay, bab homoseksualitas
dalam kurikulum pendidikan seksual di Amerika Serikat pada saat
ini dianggap menyesatkan, karena hanya menyoroti sisi terang
kehidupan gay.
Kembali
ke Daftar Pertanyaan
Kabarnya,
para homoseks mudah cemburu dan tidak segan untuk menyakiti
orang lain yang membuatnya patah hati...
Pandangan
ini muncul karena media massa cenderung memblow-up berita-berita
spektakuler: Semakin banyak unsur darah atau seksnya, semakin
mungkin pula sebuah berita dicetak. Kebetulan, ada kasus demikian
yang melibatkan anggota komunitas gay. Nah, jadilah kasus yang
mungkin jarang terjadi itu diangkat, dan yang membacanya beranggapan
seolah-olah seluruh komunitas gay memang seperti itu.
Di sisi
lain, konflik antara keinginan mewujudkan dorongan homoseksualitasnya,
dengan tekanan sosial untuk tidak menunjukkan dorongan itu,
menghasilkan ketegangan yang kadangkala tidak disadari karena
ditekan ke bawah sadar. Ketika tertarik dengan sesama jenis,
ia mungkin lupa pada ketegangannya dan kemungkinan masalah yang
bisa timbul di belakang hari. Nah, ketika cinta pergi, maka
ia dipaksa untuk mengakui kenyataan bahwa hubungan seperti itu
memang sulit untuk diwujudkan. Sebagian orang yang sulit untuk
menerima kenyataan ini memiliki kecenderungan untuk melakukan
hal-hal seperti yang disangkakan masyarakat tersebut di atas.
Meskipun
demikian, hal ini tidak mutlak terjadi pada semua orang. Ini
tergantung pada ketahanan jiwaninya, bagaimana ia menyeimbangkan
dirinya terhadap konflik itu.
Kembali
ke Daftar Pertanyaan
|