Agustus ini akan menjadi bulan terakhir bagi
Rm. Terry Panombon, Pr mengemban tugasnya
sebagai Direktur Nasional Karya Kepausan Indonesia
(KKI). Awal September mendatang tugas yang
telah diembannya selama lima tahun ini akan
digantikan oleh Rm. Patricius Pa, SVD dari
Seminari Tinggi Ledalero, Flores.
“Sebenarnya Pater Patricius Pa sudah diangkat
sejak bulan Juni lalu, namun sampai sekarang
belum bisa datang ke sini (kantor KKI-red)
karena masih banyak tugas sebagai sekretaris
misi SVD. Selama September saya masih akan
mendampingi beliau untuk memperkenalkan tugas-tugas
KKI. Awal Oktober, saya akan mundur teratur,”papar
Rm. Terry sembari tersenyum.
Mengakhiri masa jabatannya, Rm. Terry dengan
SEKAMI (Serikat Kepausan Anak/Remaja Misioner)
berhasil menggelar Temu Nasional Anak Misioner
se-Indonesia, 4-6 Juli lalu. Kongres anak-anak
misioner yang baru pertama kali diselenggarakan
ini, menurut Rm Terry, merupakan perayaan
syukur atas 160 tahun berdirinya SEKAMI. Selain
itu, acara meriah yang diselenggarakan di
bumi perkemahan Cibubur bertujuan untuk menganimasi
dan meningkatkan kesadaran misioner anak-anak
melalui pembinaan in-door dan praktik-praktik
permainan out-door. Melalui kongres ini, Rm.
Terry juga berharap Gereja Katolik Indonesia
akan lebih memperhatikan pentingnya pastoral
anak.
Meski momen Kongres Nasional Anak Misioner
ini sekaligus menjadi momen puncak akhir masa
tugasnya, Rm. Terry masih menyempatkan diri
untuk menyusun laporan mengenai penyelenggaraan
acara dan pokok-pokok yang perlu diperhatikan
serta bisa dikembangkan dari setiap kegiatan,
doa dan permainan selama Temu Nasional. “Untuk
tindak lanjut kegiatan ini, saya menyerahkannya
pada Direktur Diosesan (Dirdios) masing-masing
keuskupan,” kata Rm.Terry yang selama tugasnya
menghindari sistem komando dari pusat.
Ketika ditanya mengenai kesan-kesannya selama
bertugas sebagai Direktur Nasional KKI, Rm.Terry
mengungkapkan kebahagiaannya boleh bekerja
di KKI, terlebih hasil pengaruh dari misi
misioner selama ini bagus sekali. “Umat disadarkan
bahwa setiap orang Katolik adalah misionaris.
Dulu, kita pikir misionaris itu hanya para
imam yang diutus ke luar negeri,”paparnya.
”Saya juga belajar banyak dari anak-anak.
Doa, derma, kurban, dan kesaksian mereka begitu
tulus dan tanpa perhitungan. Lima tahun ini
saya merasa bukan saya yang menuntun anak-anak,
tetapi malah saya yang belajar dari mereka,”
kata Rm. Terry.
Rm. Terry mengaku pengalaman kecil yang dialaminya
selama ini menjadi kekayaan batin yang tak
terhingga. Ia bercerita pula mengenai pengalamannya
di Pulau Batam ketika ia menjumpai seorang
bocah yang rela menyerahkan semua tabungannya
untuk pembangunan sekolah anak-anak nelayan
di Pulau Ujung Beting. Padahal, uang itu dikumpulkannya
sedikit demi sedikit untuk mewujudkan impiannya
membeli sepeda. Rm. Terry juga sangat terkesan
ketika berjumpa dengan seorang misdinar di
kamp pengungsi di Atambua, NTT yang tidak
mau menerima komuni saat misa Natal. Ketika
didesak Rm. Terry, bocah tersebut mengaku
tak pantas menerima komuni karena hatinya
belum bisa mengampuni orang yang membunuh
ayahnya dalam perang di Timor-Timur dan memaksa
keluarganya mengungsi. “Kesaksian bocah-bocah
ini sungguh mengajar kita orang dewasa yang
sering tak peduli apakah kita pantas menerima
komuni kudus atau tidak,” tuturnya bersemangat.
Meski banyak yang mengatakan KKI dan SEKAMI
maju pesat akhir-akhir ini, namun Rm. Terry
dengan rendah hati berujar bahwa keberhasilan
itu semata-mata hasil kerja keras rekan-rekan
kerja KKI, baik yang bertugas di kantor KWI
dan para dirdios. Beliau mengungkapkan bahwa
kemajuan KKI dan SEKAMI juga berkat dukungan
para uskup. Setelah masa tugasnya sebagai
Direktur Nasional KKI selesai, rencananya
Rm. Terry Panombon akan kembali ke Keuskupan
Manado. (P. Ferry, SVD)