MENJADI PERMIRSA Oleh :
Ari Setya Ardhi
Kota kecemasan telah menenggelamkan
keranda kematian menjadi kolom
iklan-iklan yang ditawarkan pada
setiap orang yang menimbun virus dalam
rumah. di halaman, bendera candu berkibar,
memabukkan lintasan keseharian.
rambu-rambu jadi berkas tradisi
yang selalu saja mengganjal kegaduhan
dan sarang laba-laba yang menjanjikan
tidur sepenuh ketentraman, semata
memberikan peraduan dunia sembari
mencerminkan kesementaraan nasibaku hanya bisa menjadi pemirsa
menyaksikan panorama compack disk
menggilas pita-pita sejarah, memutar
rekaman kekalahan dalam berbagai
perhitungan komunikasi. harga menjadi
transaksi melepas jejak kekalahan
sementara cahaya layar kaca terus
menyileti jarak kepasrahan yang
mulai terpatok-patok pada penjuru pasar
kemudian ribuan peta hanya
menawarkan gambar-gambar kebiadabanmenjadi pemirsa,
tantangan peradaban lampu seperti
membuka gambar-gambar memabukkan
menyodorkan kegelisahan yang harus
dilunaskan, kartu kredit bertukar-tukar
rupa, memampangkan wajah-wajah nafsu
yang tergantung di beton-beton pasar
menggeliatkan ketelanjangan.
lambat laun kesunyianpun harus dibeli
ketika lampu-lampu syahwat melindapkan
warisan kebarbaran sejarah
Bohemian Jambi, 03 April 2000
sajak-sajak Ari Setya Ardhi