MENAWAN TANAH KETERASINGAN Oleh :
Ari Setya Ardhi
keheningan telah menaburkan gambar
yang berloncatan dari kamar-kamar spanduk
menuai berita-berita diantara
kekerontangan tanah kelahiran, laserdisc
dan CD jadi santapan kekuasaan yang
terpampang lewat kericuhan televisi, merebut
persaingan belati yang menghunus
kilau kabut, semakin memekarkan
panorama keasingan di layar dada
sabana benak menanamkan angka-angka
kalkulator sembari menancapkan beton
kertas kerja, menghujam reinkarnasi
kelahiran nobel yang berhamburanbagai menawan nasib tanah keterasingan
kesunyian gurun mengantarkan debu
komunikasi, melemparkan jarak kehilangan
oase, lebur pada kekaburan terik matahari
tanpa perlu mempertimbangkan tradisi dahaga.
tinggal kebeningan berkas embun mengasah
karma menembusi jerit bebatuan.
sementara di kejauhan, telepon kabel
terlanjut menepis harga yang
telah terpatok di atas gerbang cakrawala
memampangkan birahi poster-poster ke menara langit
hingga keterkucilan pecahan cadas
mulai menggali perintah kematian pasir-pasir
mengiringi perkabungan sabana
yang dipesan melalui kartu kredit,
hingga, kesenyapan samudera urban
puas tergerus mesin-mesin gempaBohemian Jambi 16.01.2000
sajak-sajak Ari Setya Ardhi