MEMPERSEMBAHKAN SEJARAH
(:bunda 55 tahun)Oleh :
Ari Setya Ardhi
telah kuperam dosa embun itu, ketika
kami mengkafani pelaminan tanpa
melawati kesucian telapak mawarmu
menerobos gerbang yang membuka
impian kamboja dan meninggalkan
geriap rambut kecemasan yang
selalu melambaikan ketulusanmu
hingga darah pertikaian yang mengaliri
langkah kami membatu sepanjang batanghari
o, gemuruh badai tak akan mampu
menebus sesal kami bersujud, merinci
setiap sudut sajadah kelahiranaku hanya bisa mempersembahkan sajadah
memendam bianglala masa lalu sebagai tasbih
bersama dzikir air mata menggema, bergaung
keras memercikkan gerimis sesal
ah, puting beliung yang kami bawa
masih juga kau sambut sepenuh keanggunan
sekapur sirih, menyongsongkan rentangan
sebuluh rindu, meninabobokkan
biduk yang kami kayuh lewat cakrawala senyummu.
dia hanya reinkarnasi drupadi abad berbeda,
terperangkap penjara karang,
menggapai kejauhan pesisir lautku
sementara dari pantai masih juga kau
persiapkan keteduhan dermaga pengampunanmempersembahkan sajadah,
kami melihat ketulusan mega
terus berarak di kedua bola matamu
menyenyapkan debur gelisah
yang menelikung perih berkelarutan
sampai hela nafasmu kembali
meniupkan kepasrahan menyejukkan
''bunda, jangan biarkan kami
tenggelam di bawah kapal Nuh''
Bohemian Jambi, 19 Januari 2000
sajak-sajak Ari Setya Ardhi