MENERIMA BINGKISAN WAKTU

Oleh :
Ari Setya Ardhi


 
 

barangkali aku telah melupakan
waktu yang tergolek di atas
kelembutan almanak. ketika tiba-tiba
samudera tanggalan itu meledak
di atas kesunyian. dinding-dinding retak
mengalirkan embun dari luar rumah,
kasur dan bantal menggigil.
di kebeningan lantai marmer ada
kesakitan darah mengalir, mencercahkan
bayang-bayang pertikaian yang
selalu kita serukan berulang-ulang.
menyesali kehadiran hari sembari
menghitung keriuhan pasar yang terus
saja bertumbuhan memadati terminal
benak, membebaskan kemerdekaan bergulat
dengan berbagai berita atau
sedikit bahasa asmara yang
meluluhlantakkan nama-nama sajak
dari tiap detak jam kamarku
ah, kesibukan itu bukan aroma kehilangan
hanya pijar kerelaan yang harus dituntaskan!
 

pagi itu kuterima bingkisan waktu
tanpa menemukan jejak pengirim,
karena kantor pos telah lupa
membaca alamat-alamat yang
berserakan dalam rahim pabrik-pabrik,
super market dan swalayan
mengalirkan kelelahan angka-angka
yang telah menjadi kepengapan dalam
kepenatan hotel-hotel. kemudian
mimpi-mimpi itu menjelma kepedihan
yang harus ditebus dengan memeram
dendam, membungkus luka dengan
percikan ombak sembari menekan
kelalaian tanggalan ke dasar lentera laut
hingga kebosanan itu mampu
merapat pinggir pesisir atau
sekedar menyentuh pasiran pantai, meski
selalu saja peradaban kemudi
sampanku melarutkan dermaga,
sementara sauh di dada menampar-tamparkan
tsunami dengan lidah api
terjulur mengecam kedamaian
yang hanya menjadi kebiasaan yang
lalu lenyap dibantai keterbatasan
pelayaran rinduku bagai perjalanan
tanpa peta-peta kehidupan,
memperpendek skala kematian
memasuki kekufuran dosa-dosa
yang terlanjur menjadi barang dagangan
maka, aku hidupkan dunia mimpi
memilih kelelapan surga yang ditawarkan.
 

Bohemian Jambi, 5 Mei 2000

sajak-sajak Ari Setya Ardhi
 


 Sajak-sajaknya yang Lain
 Penyair-penyair Lain