Eunike
 EDISI 6  
Oktober - Desember 1996

Menu Utama


Daftar Isi
 Mendidik Anak Untuk Mandiri

 Kerja Paruh Waktu: ...

 Dari Pembaca

 Ruang Tanya Jawab

 Perkembangan Anak ...

 Doa


Email
Email:
emailbox@cbn.net.id

Ibu dan Dunianya:
Kerja Paruh Waktu: Salah Satu Alternatif ?

Anne Kartawijaya

S agi beberapa ibu yang aktif dan energik, terus menerus diam di rumah merupakan hal yang menjemukan dan bahkan terkadang membuat suasana rumah tangga menjadi tidak sehat. Beberapa ibu memilih untuk bekerja paruh waktu. Ada beberapa pertimbangan yang harus dipikirkan sebelum kita memutuskan kerja paruh waktu :

Jarak Lokasi Kerja
Suasana di Jakarta sangat berbeda dengan suasana di kota-kota lain. Harus dipikirkan berapa banyak waktu yang tersita untuk bekerja . Sering kali bekerja paruh waktu di kantor menjadi tidak efektif karena masalah lalu lintas kota Jakarta. Jikalau kota tempat anda tinggal sesibuk Jakarta pikirkanlah hal ini. Sebaiknya kita memilih lokasi kerja yang tidak terlalu jauh dari rumah, sehingga waktu anda tidak terbuang percuma. Lokasi yang dekat juga menolong anda untuk segera pulang jikalau anak mendadak membutuhkan kehadiran anda secepatnya.

Fleksibilitas Kerja
Jikalau anak anda masih balita, apalagi dibawah usia dua tahun, faktor ini penting sekali. Anda sangat membutuhakan fleksibilitas kerja, karena anda tidak dapat menduga kapan anak anda sakit. Pilihlah jenis pekerjaan yang tidak terlalu menuntut komitmen ketepatan waktu. Bereuntung jika and amemiliki perusahaan sendiri. Jika anda bekerja di kantor, pastikan dahulu apakah bos anda adalah orang yang meletakkan nilai keluarga sebagai prioritas penting. Jenis pekerjaan lain yang cukup fleksibel misalnya : membuka salon kecantikan di rumah, berdagang di rumah, mengajar privat, membuat sesuatu untuk disalurkan ke toko-toko, , menulis atau membuat karya-karya tertentu yang bisa dikerjakan di rumah, dan lain-lain.

Ruang Anak di Tempat Kerja
Anak-anak sangat mudah sekali salah menafsirkan maksud dari orang dewasa. Ketidakhadiran ibu sebenarnya adalah untuk masa depan anak akan ditafsirkan sebagai penolakan bagi anak-anak. Sekalipun anak-anak belum bisa mengungkapkan perasaannya, ketidakhadiran orang tua di dekat mereka merupakan hal yang sangat menyakitkan bagi mereka. Perpisahan merupakan hal yang sangat mengerikan bagi anak-anak. Oleh sebab itu, khusunya untuk balita, penting sekali anak tetap berada didekat ibu saat ibu sedang bekerja. Paling sedikit dia dapat melihat wajh ibu atau mendengar suara ibu ketika ibu sedang bekerja. Jika anda bekerja di luar rumah dan memutuskan untuk membawa anak, pikirkan ruangan dimana anak anda dapat bermain atau beristirahat. Ruangan tersebut haruslah ruangan yang cukup lapang untuk bergerak, sirkulasi udara yang sehat, dan temperatur udara yang baik untuk anak-anak. Anda dapat membawa kereta, play-pen, atau matras. Bawa juga mainan kesukaan anak-anak, sehingga anak dapat melakukan kegiatan selama anda bekerja.

Pengasuh Paruh Waktu
Untuk mengawasi anak-anak, anda bisa meminta pertolongan rekan, famili atau pembantu yang sudah anda latih sebelumnya. Orang tersebut haruslah orang yang anda percayai dan dapat melakukan kebiasaan yang biasa anda lakukan. Sebaiknya orang tersebut adalah orang yang tertentu (tidak berganti-ganti) dan haruslah orang yang mempunyai prinsip pendidikan sejalan dengan prinsip anda, minimal bisa menuruti prinsip anda.Berhati-hatilah jangan sampai anak anda dibingungkan dengan dua macam peraturan.
Bekerja paruh waktu memiliki bahaya juga. Beberapa Ibu yang sangat suka bekerja dapat lupa daratan. Janganlah keasyikan dengan pengasuh paruh waktu dan kemudian ketagihan. Ingatlah bahwa anda hanya meminta pertolongan kepada mereka secara fisik dan bersifat sementara saja. Segala macam pendidikan mental, spiritual, sosial dan lain sebagainya tetap di tangan anda. Ini berarti kuantitas waktu keterlibatan anda tetap diperlukan. Jikalau anda merupakan orang yang seringkali keasyikan bekerja dan cenderung mengabaikan anak, anda membutuhkan rekan yang senantiasa mengingatkan, kalau perlu, tulislah besar-besar di ruang kerja anda : kelalaian satu menit membutuhkan kerja keras bertahun-tahun untuk memulihkannya.

Selalu Siap Untuk Anak (Availability)
Ketika anak bertumbuh semakin besar, anda mulai dapat mendidik anak untuk menahan diri. Sedikit demi sedikit anak dapat diajarkan untuk tidak mengganggu orang tuanya ketika sedang bekerja. Akan tetapi kita harus selau peka terhadap kebutuhan anak. Hal yang sederhana bagi kita kadangkala merupakan hal yang besar untuk anak. Jangan sampai ank-anak menjadi enggan untuk datang pada kita saat mereka betul-betul membutuhkan. Dan jangan sampai anak-anak merasa enggan utuk bertanya hanya karena kita selalu menganggapnya sebagai pengganggu. Kita harus benar-benar peka untuk memberikan penjelasan yang sesuai dengan tahap pemahaman anak. Kadang-kadang kita tidak perlu menunggu anak datang kepada kita, untuk mendapatkan kebutuhannya baik kebutuhan fisik, emosional ataupun rasional. Ibu harus selalu available untuk anak. Pekerjaan dapat ditunda, tapi perkembangan anak terus berjalan bersamaan dengan berjalannya waktu.

Jika anda bekerja paruh waktu di luar rumah, tinggalkan nomor telepon kantor, sehingga anda dapat dihubungi kapan saja diperlukan.

Tanda-tanda untuk Berhenti Bekerja
Anda harus tetap selalu peka melihat kebutuhan anak. Ada anak-anak tertentu yang sangat membutuhkan perhatian ibu secara intensif bukan hanya dalam hal fisik, tetapi juga emosionil. Jika anak anda sudah sangat rewel, sering melakukan tingkah laku aneh untuk menarik perhatian anda, sering gelisah atau jika anda tidak dapat menemukan pengasuh yang cukup baik untuk menjaga anak anda dari pengaruh negatif (dari dirinya sendiri, dari lingkungan atau dari media), sebaiknya anda segera berhenti bekerja. Jangan paksakan anak anda untuk mengerti kebutuhan anda, justru anda yang harus memaksakan diri mengerti kebutuhannya.

KENALI DIRI ANDA SEBELUM MEMUTUSKAN KERJA PARUH WAKTU

Sebenarnya masalah bekerja atau tidak bekerja, paruh waktu atau penuh waktu, memerlukan pertimbangan dalam beberapa hal :

1. Kenali Diri
Kita harus mengenali diri kita terlebih dahulu, apakah yang menajdi minat dan panggilan kita. Percuma saja kalau kita terus di rumah, akan tetapi hati kita tidak ada di rumah. Menjadi ibu rumah tangga tidak identik dengan menjadikan diri sebagai korban. Sebab setiap orang yang merasa dirinya menjadi korban akan menuntut dan tidak dapat menjadi berkat. Kita harus menempatkan pengorbanan diri pada posisi yang benar. Jangan sampai akhirnya kita menuntut suami terlalu banyak atau melampiaskan kebuutuhan emosi kita terlalu banyak kepada anak, sehingga akhirnya anak yang menjadi korban pemuasan diri kita.
Setiap iibu mempunyai kemampuan yang berbeda. Bukan berarti jika si A dapat membagi waktu untuk kerja dan anak, maka kitapun bisa. Karakter dan kondisi setiap ibu unik adanya. Kalau si A bisa bekerja sampai larut malam ketika suami dan anak tidur, kita mungkin tidak bisa seperti itu. Janganlajh kita memaksakan diri menjadi sama seperti orang lain.
Gejala yang saya lihat selama ini adalah banyak ibu-ibu yang tidak mengenal apakah yang mereka kehendaki, sehingga mereka mengalami frustasi. Dan apa yang dilakukan mereka akhirnya mereka lakukan dengan rasa bersalah dan tanpa sukacita.

2. Kenal Anak
Menjadi ibu rumah tangga penuh waktu harus disertai dengan pengertian "siapakah anak" bagi anda. Anak bukanlah objek, bukan pula target hidup kita. Jangan jadikan anak sebagai idola yang mengobsesi kita. Setiap anak unik adanya. Anak pertama berbeda dengan anak kedua, anak bkedua berbeda dengan anak ketiga, demikian seterusnya. Setiap anak unik dalam karakternya demikian juga kebutuhan dan tuntutan serta kelemahannya. Dengandemikian setiap anak harus diperlakukan secara unik, yang satu harus diperlakukan berbeda dari yang lainnya. Mungkin anak pertama lebih penurut dibanding anak kedua dan ketiga. Kita harus mengenal anak secara pribadi sejak dia masih bayi. Sehingga kita bisa mengukur diri, juga mengukur pembagian waktu antara kerja paruh waktu dan mengurus anak.
Saya tidak mengalami masalah untuk membawa anak pertama dan kedua saya ke tempat kerja. Dengan dibantu oleh seorang pengasuh, saya dapat mengerjakan dua tanggung jawab sekaligus. Akan tetapi anak ketiga saya sangat keras. Dia tidak bisa diperlakukan secara lembut seperti kedua kakaknya. Temperamennya keras sekali. Akhirnya saya putuskan untuk berhenti bekerja, Karena pada masa pemberontakannya ia membutuhkan kehadiran saya secara intensif. Untuk mendisiplinkan anak, kita tidak mungkin mengandalkan Quality Time. Disiplin makan, tidur dan lain-lainnya merupakan kegiatan keseharian.

3. Sosialisasi Sederajat
Untuk memelihara keseimbangan hidup, setiap ibu rumah tangga harus mempunyai lingkungan sosialisasi sederajat. Dirumah kita hanya bersosialisasi dengan anak, pembantu, atau pengasuh nanak. Sosialisasi seederajat hanya dengan suami. Jikalau kita tidak punya lingkungan lain selain yang ada di rumah, otomatis tuntutan kita kepada suami akan menajdi begitu besar dan akhirnya bisa menimbulkan keteganggan dalam rumah tangga. Anakpun bisa menjadi sasaran tumpahan kebutuhan emosi kita.

4. Faktor Pendukung
Jika kita mau bekerja paruh waktu,kita harus mempunyai faktor pendukung yang tetap.Maksudnya jangan sampai berganti-ganti pengasuh. Dalam periode masa lekat (0-2 tahun) anak tidak bisa diasuh lebih dari dua orang. Kalau dalam periode tersebut pengasuh berhenti bekerja, lebih baik kita pun segera berhenti bekerja dan menumpahkan perhatian sepenuhnya untuk anak dan tidak mencari pengasuh lain. Saya belajar hal ini melalui pengalaman dengan anak yang ketiga. Selain karena temperamen koleriknya yang kental, saya melihat faktor ganti-ganti pengasuh membuatnya semakin keras. Saya bahklan melihat, dalam masa pemberontakan (2-3 tahun) kerja paruh waktupun sulit. Anak memberontak setiap hari, setiap saat. Yang mengerti dia sejak bayi, dan yang dapat mengontrol pemberontakannya hanya kita sebagai ibu.

5. kehadiran yang Berarti
Sekalipun kita menempatkan anak kita di ruang kerja kita, kehadiran kita tidak akan berarti kalau kita tidak memperhatikan kebutuhannya. Kekerasan hati ketiga anak saya juga disebabkan oleh faktor ini. Saya ada didekatnya, akan tetapi dia tidak merasakan kehadiran saya. Saya pikir lebih baik saya tidak bekerja sama sekali jikalau akhirnya anak saya merasa kehadiran saya tidak berarti baginya.

Akhir kata yang terpenting bagi kita sebagai ibu adalah benar-benar mengenal kebutuhan anak kita pribadi lepas pribadi. Kita tidak dapat menjadi ibu yang sempurna, akan tetapi kita dapat berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan anak yang unik antara satu dengan yang lain.