|
|
From: "Joshua Latupatti" <joshualatu@hotmail.com> USAHA-USAHA MENGHAPUS DOSA ATAS MALUKU Salam Sejahtera! Saudara-saudara sebangsa, Kerusuhan Maluku yang kelihatannya sudah akan segera berakhir, ternyata kembali bergelora! Ketenangan sementara yang dicapai, ternyata bukanlah tanda-tanda ke arah penyelesaian konflik, tetapi merupakan "instirahat", yang diisi dengan "konsolidasi kekuatan" dan "penyusunan strategi baru"! Menyusupnya "para perusuh" secara "bebas" ke dalam daerah Pemukiman warga Kristen, dan "Musyawarah Licik asuhan Al Fatah", adalah dua bentuk strategi baru yang diperlihatkan akhir-akhir ini! Kerusuhan Maluku kini terlihat seperti "tidak akan pernah berakhir", dan "semakin tidak karuan ujung pangkalnya"! Begitupun, bila kita perhatikan baik-baik, segala sesuatu yang terjadi di Maluku, ataupun yang bukan di Maluku, tetapi terkait dengan Kerusuhan ini, ada "SATU HAL" (atau DUA HAL) yang bisa "memberikan alasan yang mendasar" bagi Kerusuhan yang berkepanjangan ini! Alasan dasar tersebut sudah jelas tertera pada "judul" tulisan ini, sementara alasan yang lain masih perlu pendataan lebih lanjut. Saya akan mengajak anda menelusuri "kisah Maluku", mulai dari masa "pasca" Proklamasi RMS, 25 April 1950, hingga saat ini!! SOEKARNO dan MALUKU Tak sampai sebulan setelah Proklamasi RMS, 25 April 1950, dan setelah melakukan "intervensi" terhadap Negara Indonesia Timur, Soekarno meneruskan "agresi"nya ke Maluku, terhadap RMS!!! Saya harus menggunakan istilah "agresi", RI, telah "menghianati" Konvensi-Konvensi Internasional, mulai dari Konvensi "Linggarjati", hingga Konvensi "Meja Bundar" (KMB), dan hingga saat tulisan ini dibuat, "tidak ada seorangpun yang berhasil menyanggah "kebenaran" ini, melalui jalur "ilmiah atau hukum"! Setelah RMS berhasil "diintervensi RI", tidak tercatat adanya pergolakan yang berarti di Maluku! Soekarno yang adalah seorang pakar politik, berhasil "membujuk" Maluku dengan "memperhatikan" Maluku secara khusus. Berbagai proyek besar, seperti "Proyek Gula Makariki", dan "Fakultas Teknologi Ambon", adalah dua contoh "perhatian" Soekarno terhadap Maluku! Beberapa Putra terbaik Maluku, seperti "J. Leimena", djadikan "rekan sekerja" Soekarno, dan diberi "kesempatan luas" untuk menekuni "sektor Angkatan Bersenjata", sampai ke "jajaran tertinggi dari jenjang kepangkatannya"! Soekarno malah mulai membangun "Guset House"nya di Karang Panjang, Ambon, sebagai "rumah kedua" di luar Pulau Jawa, setelah "Tampak Siring" di Bali! Adalah hal yang "langka", bahwa suatu "daerah pemberontak", seperti kata "buku sejarah ‘bengkok’" yang dilegalisir RI, boleh dijadikan "anak emas" oleh "penakluknya"! Banyak orang yang akan berpikir bahwa Soekarno sengaja "memanjakan Maluku", untuk "meredam kemungkinan gejolak yang timbul oleh karena penaklukan RMS oleh RI. Pemikiran seperti ini tidaklah keliru, tetapi "tidak cukup dalam"! Orang Maluku di Maluku, memang akan merasakan "buaian" Soekarno, dan Orang Maluku yang di Belanda(khususnya) mungkin "terhibur" melihat ‘basudara’nya hidup berkecukupan dan damai! Tetapi ada satu hal yang akan selalu menjadi "ganjalan hati" mereka, ialah bahwa mereka saat itu berada di "tanah pengasingan", atau "terusir" dari Tanah Pusaka mereka, Maluku! Karena itulah terjadi berbagai "gejolak" menyangkut "Pulang ke Maluku Merdeka" di Belanda! Tetapi, gejolak-gejolak tersebut hanya mampu " menarik perhatian Dunia Internasional", untuk "beberapa saat" saja! Ketika Dunia Internasional "menengok" Maluku, mereka akan melihat bahwa "Maluku berada di dalam masa keemasannya", dan karena itu, "biarlah Maluku yang mengatakan, apa yang mereka mau"!!! Apa lagi yang dimaui Maluku di dalam "kemanjaan" seperti itu? Di situlah letak "kepiawaian" Soekarno! Dengan "memanjakan" Maluku, beliau "menghapus dosa ‘agresi RI’ terhadap Maluku", dari "dua arah"! Orang Maluku akan mengangkat Soekarno sebagai "Basudara Pela-Gandong"! Hal ini terbuktikan oleh Guest House di Ambon dan kenyataan bahwa Soekarno adalah "satu-satunya Presiden"yang mengendarai mobil Jeep terbuka di sepanjang jalan Kota Ambon, dan yang duduk di tepi panggung untuk berbicara dengan warga Maluku!!! Dari luar, Dunia Internasional tidak akan melihat seorang "agresor", tetapi "sahabat orang Maluku", yang mengupayakan kesejahteraan bagi warga Maluku! Mungkin terdengar agak berlebihan jika saya katakan bahwa Dunia Internasional "tertipu" oleh taktik mengambil hati tersebut, karena setelah Soekarno dijatuhkan, kesan Dunia Internasional tentang Maluku masih sama. Jika tidak, maka Maluku dan persoalannya tentunya terpuruk menjadi yang kesekian di bawah tumpukan "prioritas-prioritas kepentingan Dunia Internasional di Indonesia, secara keseluruhan. Hal ini "jelas terbaca" pada sikap Pemerintah Belanda yang terkesan plin-plan! SOEHARTO dan MALUKU! Setelah Soekarno di-"coup" oleh Soeharto, melalui "proyek rekayasa-Pemberontakan PKI-nya, pada tahun 1965", "nasib" Maluku terbalik 180 derajat, dari "anak emas" menjadi "anak tiri", atau untuk sekarang ini lebih tepat disebut "anak jalanan"! Semua "pemberian" Soekarno untuk Maluku, "dirampas balik" oleh Soeharto! Persoalan RMS yang tadinya "terlupakan", mulai "diungkit-ungkit" lagi oleh Soeharto, untuk digunakan sebagai "perangkat intimidasi" atas Maluku! Catatan Sejarah "bengkok" yang tadinya lebih mencerminkan "kerelaan Orang Maluku" untuk "melupakan dosa agresi RI", di dalam rasa persahabatan dengan Soekarno, digunakan Soeharto untuk "balik menuduh Maluku sebagai pendosa yang memberontak terhadap Pemerintahan yang sah"! Segala sesuatu yang tidak sesuai dengan "keinginan" Soeharto di Maluku, dengan segera akan dicap sebagai RMS, dan "ditindak dengan keras"!! Melalui taktik kotor "intimidasi" seperti itu, Soeharto dengan para kroni dan barisan ORBAnya, dengan leluasa "menguras isi perut bumi Maluku" bagi pemuasan "ketamakan" mereka, di balik alasan "kepentingan Nasional"! Belum cukup sampai di situ, tirani yang jahat ini juga "melemahkan" Maluku melalui "pengrusakan ‘adat-istiadat Maluku’, dengan mengubah "Negeri-Negeri Adat menjadi Kelurahan", dan dengan "penyisipan hama perusak Adat Maluku", melalui proyek nasional, "transmigrasi". Soekarno menggunakan Adat Pela-Gandong untuk mendekatkan dirinya dengan Maluku sedangkan Soeharto mengunakannya sebagai "pemanis Pancasila", berisi pujian-pujian yang membuat Maluku mabuk kepayang, dan tidak sadar sedang "dikeruk" dan "dimakan rayap"! Jika Soekarno berusaha "menghapus dosa"-RI terhadap Maluku, melalui "persahabatan untuk saling memaafkan dan melupakan kesalahan", termasuk melupakan RMS, Soeharto berusaha juga untuk "menghapus dosa" RI terhadap Maluku, dengan memaksa Maluku untuk "mengingat-ingat RMS" sebagai "dosa Maluku", melalui "intimidasi", "kekuasaan" dan "kekerasan", dan usaha "perampokan" atas Maluku! Jika Maluku membuat Soekarno merasa sebagai "tuan rumah di Maluku", Soeharto memaksa Orang Maluku untuk menjadi "orang asing" di Maluku, sedang dia adalah "penguasa atas Maluku"!!! HABIBIE dan MALUKU Di dalam zaman Habibie, situasi kehidupan sosial di Maluku semakin parah! Bersama dengan pasukan ICMI dan antek-anteknya, Habibie menyebarkan "teori proporsionalitas", yang amat "tidak terpelajar", untuk mendepak pejabat-pejabat tinggi yang beragama Kristen dari pusat pemerintahan. Habibie yang katanya seorang "ilmuan andal", akhirnya malah menyangkali inteligensianya sendiri, melalui penempatan pejabat "tidak berdasarkan kemampuan dan integritasnya", tetapi "menurut perimbangan pemeluk agama"! Pada gilirannya teori zaman purbakala ini merembes kemana-mana dan menjadi "racun yang mematikan" bagi "Pilar Utama" adat-istiadat Maluku, yaitu ikatan persaudaraan "Pela dan Gandong", terutama antaar warga "Salam" dan "Sarani"! "Akip Latuconsina", walaupun merupakan Gubernur yang "terbodoh" sepanjang sejarah Maluku, adalah "instrumen andal di tangan Habibie dan gerombolan ICMInya", di dalam mengubah Maluku menjadi "ajang persaingan tak sehat antar umat beragama", yang adalah saudara sedarah-sedaging!!! Maluku yang sibuk memikirkan "persaingan rekayasa Habibie" ini, jadi lupa pada "sejarahnya", dan "persaudaraannya" dulu!!! Rezim Habibie menjadi "sponsor" dari "banjir BBM" ke Maluku di dalam jumlah yang "tidak wajar", untuk "memanipulasi perimbangan" Islam-Kristen di Maluku, dan untuk "menghasut", "mengumpan" dan "menjauhkan" Basudara Salam dari saudaranya, Sarani"! Di dalam tangan Habibie inilah, "Kerusuhan Maluku" dimulai, dengan "penyerangan warga Muslim terhadap warga Kristen Ambon", pada hari Lebaran, 19 Januari 1999, di mana Habibie sendiri, dengan didukung oleh Wiranto. "tidak berhasil" atau "tidak ingin berhasil", mengakhirinya! Dengan "mempolitisir Agama", Habibie ,mencoba "menghapus dosa ‘agresi RI’ terhadap Maluku"!!! Jika Soeharto membalik keadaan untuk "mendosakan Maluku" dengan RMS, Habibie bertindak lebih jauh dengan "menimpakan kejahatan RI" itu ke atas "pundak warga Kristen Maluku"!!! Lalu maraklah istilah "Kristen RMS" di bibir orang-orang yang tak berakal budi dan berakhlak rendah, di dalam "kerusuhan rekayasa yang seperti tidak akan pernah berakhir! GUS DUR dan MALUKU Seketika, kelihatan seperti Gus Dur ingin menjalin persahabatan dengan Maluku, dengan mendudukkan persoalan pada rel yang sebenarnya, tetapi "tangan beliau tak sampai"! Sikap Gus Dur yang "humanis" mendapat tantangan luar biasa dari "sisa – sisa sampah Soeharto dan Habibie", yang didukung oleh berbagai tokoh "preman politik", dan "kelompok sipil maupun militer/polisi hijau"! Hal ini didukung penuh oleh DPR yang diracuni oleh berbagai tokoh "sampah ORBA", seperti Akbar Tanjung, yang pada gilirannya ikut mengeruhkan MPR yang memang sudah tercemar oleh ulah-tindak kotor si Amin Rais! Gus Dur tidak bisa berbuat banyak, walaupun "tahu persis" mana salah dan mana yang benar. Sementara itu, Megawati seperti terbawa oleh "ideologi persatuan" ayahnya, bertindak hanya untuk memenuhi prosedur "kerja nyata" seorang Wapres, tanpa menghasilkan apa-apa bagi Maluku! Yang paling menyedihkan, adalah sikap dari Megawati, yang "enggan" berurusan dan meluruskan beberapa hal mendasar yang berkaitan dengan "ketidak-benaran" tindakan Militer dan Polisi di Maluku, atau yang terkait dengan Maluku!!! Berbagai kejahatan keterlibatan "petinggi Militer dan Polisi",dan kejahatan "para prajurid dan perwira desertir dari kedua institusi" di dalam kerusuhan Maluku, tidak pernah diusut tuntas. Personil keamanan sengaja dikirim dari tempat yang "salah", supaya "keterlibatan emosional suku dan agama" bisa ikut mengeskalasi konflik di Maluku! Indokrinasi terselubung tentang "separatis Kristen Maluku", diberikan kepada satuan-satuan pengamanan yang dikirim ke Maluku, untuk menggelapkan kebenaran tentang RMS, dan menimpakan "dosa RI" itu ke atas warga Maluku yang Kristen!!! Milisi biadab berkedok agama, malah "direstui" untuk ikut mengaburkan sejarah RMS, dengan "menghasut sebagian umat Islam Maluku", "menekan sebagian yang lain", untuk berkhianat terhadap Basudara Keristen mereka! Dengan demikian, "laskar biadab" ini akan mendapatkan "izin dan dukungan local" untuk "menyerang", "menjarah", dan "membunuh" umat Kristen Maluku, atas nama "integrasi" dan "agama"! RMS yang adalah "dosa dan kejahatan RI atas Maluku", kini digunakan NKRI, melalui pejabat sipil/militer/polisi korup, kelompok desertir dan para fanatik di dalam milisi agama biadabnya, utk "menghabisi umat Kristen Maluku" atau "mengusir umat Kristen Maluku dari Maluku"!!! Kerusuhan "Sambas" tidak berumur panjang, dan kerusuhan di "Sampit" hanya seketika! Kerusuhan di NTB "berumur pendek", sementara kerusuhan "Poso" tak terdengar lagi! Mengapakah kerusuhan di Maluku harus berkepanjangan? Karena NKRI sudah "tahu" tentang "Kebenaran RMS", yang dilaporkan ke PBB Komisi HAM, oleh Karen Parker JD, pada tahun 1997! Terdapat tenggang waktu "dua tahun" untuk mempersiapkan kerusuhan di Maluku, dan menempatkan Maluku di bawah "kekuasaan senjata"! Situasi rusuh ini harus dipelihara oleh NKRI, agar suara RMS bisa dibungkam dengan alasan kuno "keamanan nasional"! Surat terbuka FKM kepada NKRI tidak becus dijawab, apalagi dibahas oleh jago-jagi politik di DPR dan MPR sana, yang lebih suka mempermasalahkan penangkapan si "panglima jarah" itu!!! PDS-Maluku dan Polri bermain kucing-kucingan dengan FKM, lewat penahhanan dan pemeriksaan berganda terhadap dr. Alex Manuputty, dan membuat "drama sebabak" dgn. "laskar jahad" untuk menghibur penonton, sementara Maluku terus jua rusuh!! Perintah pengiriman tambahan "laskar jahad" ke Maluku, oleh si "panglima jarah" yang berada di dalam tahanan "Mabes Polri", sepertinya bukan sebuah penghinaan terhadap Institusi dan Negara ini, tetapi lebih berbau "tahu sama tahu"! Hal ini terlihat juga pada kebijakan pengamanan di Maluku! Malauku yang "sakit" tidak diisolasi dari lingkungan luar, sementara "kuman penyakit" dibiarkan tetap berinkubasi di Maluku!!! Jika "suhunya naik", barulah "manteri datang memberi obat"! Akibatnya Maluku mulai "lumpuh" di sana-sini, bukan saja karena "penyakit yang kambuh", tetapi karena "keracunan obat pereda simptomnya"! Pasukan "ninja-loreng" yang merajalela di Buru Selatan untuk "mengabiskan desa-desa Kristen" di sana, datang dan pergi dgn. leluasa seperti "malaikat maut" yang tidak terdeteksi oleh para intelijen andalan NKRI, sementara "Tim Intelijen-Partenr Yon-Gab" yang sangat berhasil di Maluku, "ditarik dari Maluku"!!! Saat ini, pasukan "Ninja-Loreng" itu malah mampu memasuki wilayah-wilayah Kristen di Ambon, mengetok pintu rumah, lalu menghabisi tuan rumah dan atau keluarganya dengan tusukan sangkur! Sementara PDSD-Maluku dan "unsur penunjangnya" yang harus dituding untuk memberikan pertanggung-jawaban, warga Kristen Malukulah yang diancam untuk "tidak menuduh aparat", dan akan "disikat" jika berani menyerang aparat!!! Pertanyaannya sederhana, "Siapa yang harus melindungi siapa"? Sesudah terancam bibunuh sia-sia oleh "Ninja-Loreng", warga Kristen kini terancam bentrok dengan aparat!? Di dalam kerusuhan itu, Maluku Utara "dipisahkan" dan "dijadikan aman"! Setelah itu, Maluku Tenggara "dibiarkan aman", agar bisa "diumpan" dengan "proposal menjadi propinsi", oleh DPR munafik dan Ketua liciknya !!! Yang mesti tetap rusuh adalah Maluku Tengah, yang adalah "basis RMS" dulu! Dgn. demikian, Maluku "bisa dipecah", dan "suara RMS" dapat dikebiri!! Belum cukup sampai di situ, Jakarta kembali "mengasuh" dan "menghasut" "Musyawarah Nasional Ikatan Persaudaraan Muslim Nusa Ina" yang mulai berlangsung di Masjid Raya Alfatah sejak 21 Mei, 2001, untuk "memberi pengesahan atas wilayah-wilayah warga Kristen yang dirampas",dan untuk "menentang FKM dan RMS"! Hal ini terasa sangat janggal, sebab Pulau Seram adalah "Basis RMS"! Sementara "Jakarta" atau NKRI tidak mampu membuktikan "kesalahan RMS", ala "sejarah bengkok" yang diedarkan ke sekolah-sekolah selama ini, selain dari meneriakkan "pernyataan-pernyataan kosong" tentang "makar dan separatis", NKRI berusaha "menghapus kejahatan dan dosa lama mereka atas Maluku", melalui taktik ala kolonial, "pecah-belah dan jajah", dan melalui "hasutan bernapaskan agama"!!! MALUKU dan MALUKU Kelemahan orang Maluku yang terbesar adalah bahwa Maluku mudah dihasut dan dipecah! Kerusuhan ini adalah salah satu bukti yang tidak terbantahkan lagi! Jatuhnya "Pejabat Gubernur Maluku – Latumahina", ketika hendak melangkah menjadi "Gubernur Maluku", adalah "bukti" lain dari sifat buruk orang Maluku, sekaligus "kutuk" bagi Maluku, terutama yg. Kristen! Setelah "maju pesat" di bawah Latumahina, Maluku hanya jadi "lahan garapan orang luar", selama puluhan tahun!!! Setelah, akhirnya Maluku kembali dipimpin oleh "putra Maluku sendiri", ternyata kepemimpinan "Latuconsina-Latuconsina" bukan "berkat" bagi kesejahteraan Maluku, tetapi sbg. "penggenapan kutuk" bagi "kehancuran Maluku"!!! Kelihatannya, kerusuhan maha besar ini masih "belum mampu" menyadarkan orang Maluku! Penderitaan berkepanjangan ini bukannya melahirkan kembali semangat persaudaraan, senasib sepenanggungan di dalam "perenungan sejarah dan asal-usul", tetapi malah melahirkan "spekulan dan avonturir" amatiran, yang berjuang bagi "diri sendiri" atau "kelompoknya"! Yang pejabat mencoba menyusun jenjang karier mereka, tanpa peduli siapa-siapa yang harus dijadikan tumbal, sementara para "konglomerat sagu dan kangkung" mencoba memanfaatkan situasi ini untuk menarik untung yg. sebesar-sebesarnya dari penderitaan sesama!!! Para politisi dan anggota legislatif sibuk berjuang demi "kursi pimpinan", seperti Walikota, Kepala Daerah, Camat, dan bahkan Lurah, walaupun untuk itu. Maluku harus "dirobek menjadi sobekan-sobekan kecil"!!! Para "pelayan masyarakat" di berbagai instansi pemerintah, bukannya mengantisipasi kesulitan masyarakat dengan "keringanan birokrasi", tetapi malah bertindak sewenang-wenang dengan berbagai ketentuan dan persyaratan baru yang memberatkan masyarakat yg. sudah bungkuk karena beban hidup mereka! Fungsionaris Agama lebih sibuk berpolitik daripada mengurusi nasib dan mentalitas "jemaat" mereka, di dalam pertumbuhan menjamur "prostitusi terselubung", melalui berbagai rumah hiburan seperti Karaoke, dan berbagai bentuk "perjudian" ala "porkas" dll. "Salah bicara dada berlubang atau leher putus", adalah kecenderungan yang mengerikan di Maluku, akhir-akhir ini! Kerusuhan rekayasa jahanam ini sungguh meluluh-lantakkan Maluku, luar-dalam, badani dan rohani!!! Kapankah Maluku "mengizinkan" Tuhan untuk membantunya? Tuhan mungkin akan membiarkan Maluku dicerai-beraikan oleh "kekuatan jahat", sehingga di suatu hari mendatang, Maluku hanyalah "sebuah kenangan", jika Maluku sendiri tidak sadar dan kembali kepadaNya!!! Begitupun, hal ini "tidak" dapat digunakan oleh siapapun juga, untuk "membenarkan dan menghalalkan diri" sebagai "hakim dan algojo" atas Maluku!!! Pada saatnya nanti, Tuhan akan "membuat perhitungan" dengan "para hakim dan algojo" tesebut! "Kebenaran" tidak akan pernah bisa dieliminasi oleh kekuatan apapun juga, dan kebenaran itu akan tetap menuntut pengakuan dari "negara ini" , melalui ganjaran kemalut dan bencana yang susul-menyusul, hingga tuntutannya dipenuhi! Sebab Maluku "tidak bersalah" kepada RI atau yang sekarang menjadi NKRI, karena sebuah "dekrit presiden"!!! Salam Sejahtera!!! JL. Received via email from: Alifuru67@egroups.com |