The Cross
Under the Cross

English
Indonesian
Search
Archives
Photos
Pattimura
Maps
Ambon Info
Help Ambon
Statistics
Links
References
Referral

HTML pages
designed &
maintained by
Alifuru67

Copyright ©
1999/2000 -
1364283024
& 1367286044


Ambon Island 

 

AMBON Berdarah On-Line
About Us

 

 

  Ambon Island

  Ambon City

 

 

   Latupatti

  Want to Help?

PROSES ISLAMISASI DI DESA LILIAMA
TEHORU - SERAM TIMUR

(Download original word document provided by Masariku Network)

Nama Saksi Korban : BERTHY LEINUSSA
Umur : 16 Tahun

 

Berawal dari penyerangan yang dilakukan oleh desa-desa islam antara lain; Desa Polim, Unsai, Atiahu, Werinama, Geser ke Desa Liliama (Kristen). Sehari sebelum penyerangan salah seorang warga desa tetangga (muslim) yang bernama Nurdin menginformasikan bahwa, "lebe bae dorang lari jua, jang coba bertahan atau menghadang, karena penyerang akan datang ribuan orang ". Dari informasi tersebut maka Pendeta, Kepala Desa dan warga desa mulai mengungsi menuju hutan.

Keesokan harinya, tanggal 03 Januari 2000 pukul 12.00 wit (siang), serangan pun terjadi dari segala arah datangnya, para penyerang dengan bebasnya mamsuki desa Liliama dan membakar rumah-rumah penduduk.

Karena tidak menemukan seorangpun didesa, para penyerang melakukan pengejaran ke hutan, warga Liliama yang tadinya ke hutan terus melarikand iri ke hutan yang lebih jauh lagi.

Para penyerang tidak berhenti melakukan pengejaran, sehingga warga desa Liliama yang tidanya dalam satu rombongan, harus tercerai berai menjadi beberapa rombongan guna menyelamatkan diri.

Berthy dan rombongan akhirnya menemukan tempat persembuyian di atas puncak sebuah gunung yang ada liang gua yang dijadikan tempat perteduhan mereka.

Mereka (rombongan Berthy) bersembunyi selama 1 minggu, makanan mereka hanya ujung-ujung rotan dan bambu muda dengan mengambil air yang berada tepat di samping tempat persembunyian.

Rombongan Berthy terdiri dari 4 kepala keluarga (19 jiwa) masing-masing Keluarga Leinussa, Keluarga Akapa, Keluarga Mahilau, dan keluaga Kapitan. Pada tanggal 12 Januari 2000, akhirnya ditemukan juga tempat persembunyian rombongan Berthy oleh para perusuh yang terdiri dari 15 orang dengan dilengkapi persenjataan (parang,tombak, senjata rakitan dan bom). Dari kaum perusuh menganjurkan untuk rombongan Berthy agar kembali saja ke kampung, katanya "turun sudah, kalian tidak akan diapa-apakan, nanti juga tidak dipaksakan pindah agama, jadi lebih baik turun saja, karena sebentar lagi pasukan tapak putih dan tapak hitam akan tiba (pasukan jihad) kemudian merekapun pergi meninggalkan rombongan berthy.

Keesokan harinya tanggal 13 Januari 2000, rombongan Berthy keluar dari tempat persembunyian mereka menuju ke kampung mereka. Di pertengahan jalan mereka bertemu dengan saudara-saudara mereka yang juga hendak kembali, maka mereka bergabung dan melanjutkan perjalanan ke kampung mereka.

Sesampainya di desa Liliama warga muslim telah menunggu dengan sebahagian warga kristen Liliama yang sudah duluan tiba, maka merekapun di giring menuju desa Polim (desa Islam).

Di desa Polim telah menunggu aparat keamanan yang teridentifikasi dari kesatuan TNI-AD 611, kemudian menyita seluruh barang bawaan warga kristen Liliama, dan dibawalah mereka menuju Rumah Kepala Desa Polim.

Pada saat berada di rumah Bapak Galep Polintun (Kepala Desa Polim) warga kristen Liliama di datakan, yang dilakukan oleh oknum TNI-AD 611 dan dibagikan ke rumah-rumah penduduk Desa Polim.

Kemudian perangkat desa Polim mendatangi rumah-rumah dimana warga kristen Liliama tinggal untuk memaksanakan pindah agama dengan membuat surat pernyataan beralih agama kristen ke agama islam.

Oleh karena desakan perangkat desa yang didukung oleh Aparat Kemanan TNI-AD 611 warga kristen Liliama pun dengan terpaksa mengikuti keinginan mereka (perangkat desa dan oknum TNI-AD 611). Jumlah penduduk kristen Liliama -/+ 300-an jiwa namun yang digiring untuk masuk islam 80 jiwa, sisanya tidak berhasil ditemukan.

Pada tanggal 15 Januari 2000 warga kristen Liliama diperintahkan untuk membersihkan diri mereka dengan mandi di sungai, katanya biar bersih dari kotoran anjing dan babi yang saudara-saudara makan.

Setelah mandi warga kristen dihadapkan kepada imam di desa Polim, kemudian diajarkan kalimat sahadat, dan potong rambut sebagian sebagai tanda telah diislamkan dan warga diberi topi peci (songko).

Pada tanggal 20 Januari 2000 diadakannya penyunatan massal.

Proses penyunatan dilakukan beregu, tiap regu terdiri dari 5 – 6 orang untuk pria (untuk pria dilakukan tgl. 20 Januari 2000 sedangkan wanita tgl. 21 Januari 2000).

Proses penyunatan yang dialami Berthy tanpa ada proses medis terlebih dahulu, Berthy langsung disuruh membukakan celana dan kemaluannya di potong, selanjutnya tidak tahu lagi karena Berthy jatuh pingsan.

Setelah sadar Berthy merasakan sakit pada kemaluannya dan ada darah yang menetes, oleh Aparat TNI-AD 611 diberikan obat betadine (yodium).

Setelah diberikan betadine kemudian dibalut dengan kain kasa dan di kasih lagi betadine dan diberikan obat ampicilin untuk diminum.

3 hari kemudian diperintah untuk mandi air laut biar cepat sembuh, kata mereka sakit yang diderita Berthy selama 2 minggu.

Setelah mandi air laut warga kristen yang sudah diislamkan diberikan pakaian dan kain sarung kemudian dijemput dengan tarian qasidah dan dibawa ke mesjid untuk merayakannya dengan pesta dan makan bersama sambil berpesta, Mojim (Tua Agama) berkata "kalian telah kembali ke jalan benar dari jalan sesat".

Kemudian untuk warga yang sudah menikah secara kristen, dinikahkan ulang secara islam.

Setelah beberapa hari berada di desa Polim, bapaknya Berthy dan beberapa temannya membangun sebuah rumah, sampai selesai dan tinggallah mereka (19 orang) di situ. Ada kabar dari warga Buton (di desa Polim) bahwa, : warga Geser yang saudara-saudaranya meninggal ketika berjihad di Ambon dan sekitanya, akan melakukan pembalasan dendam mereka terhadap seluruh warga kristen di desa Polim". Maka rombongan Berthy (19 Orang) mengambil keputusan untuk melarikan diri, oleh karena tempat tinggal mereka (rombongan Berthy) terpisah dari warga islam dan sendiri tanpa ada pengawasan, maka rencana melarikan diri berjalan tanpa ada halangan, merekapun lolos dan sampai saat ini masih berada dan hidup di Hutan Wahai, sedangkan Berthy sendiri dengan segala daya upaya berhasil keluar dari Hutan Wahai menuju Masohi, dan sekarang terpelihara di rumah keluarga Polnaya.

Received via email from: Masariku@yahoogroups.com

Copyright © 1999-2001  - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML pages designed and maintained by Alifuru67 * http://www.oocities.org/maluku67
Send your comments to alifuru67@egroups.com