MENDENGAR
SUARA TUHAN
Pernah seorang pemberani
berbicara kepada Tuhan.
Bakarlah semak itu seperti Engkau lakukan bagi Musa,
Tuhan.
Maka aku akan
mengikuti-Mu.
Robohkanlah dinding-dinding itu seperti Engkau lakukan
untuk
Yosua, Tuhan.
Maka aku akan bertarung.
Teduhkanlah gelombag Danau Galilea, Tuhan.
Maka aku akan
mendengar.
Lalu orang itu pergi duduk dekat semak, tidak jauh
dari dinding,
dekat laut dan
menunggu sampai Tuhan berbicara.
Dan Tuhan mendengar orang itu, maka Ia menjawab.
Ia mengirim api, bukan untuk semak tetapi untuk sebuah
gereja.
Ia merobohkan
dinding, bukan dari batu tetapi dari dosa-dosa.
Ia menenangkan badai, bukan di laut tetapi dalam jiwa.
Dan Tuhan menunggu sampai orang itu menanggapi.
Dan Ia menunggu...
Dan Ia menunggu...
Dan menunggu...
Tetapi, karena orang itu menatapi semak-semak, bukan
hati;
batu bata, bukan
hidup orang-orang, lautan, bukan
jiwa-jiwa, maka ia menyimpulkan bahwa Tuhan
tidak berbuat apa-apa.
Akhirnya ia memandang kepada Tuhan lalu bertanya,
Engkau sudah kehilangan kuasa-Mu?
Dan Tuhan memandangnya dan berkata,
Engkau sudah kehilangan pendengaranmu?
Dikutip dari: Majalah Bahana, Januari 1999.
Mendengar Suara Tuhan di Tengah Angin Ribut
Karya Max Lucado.
TERIMA KASIH ATAS
KUNJUNGANNYA! TUHAN MEMBERKATI!

[ Index | Internet | Salvation | Computer | Botany | Mathematics | Theology | Personal ]
|