Bab 4
Pemahaman dalam Pose dan Gerak
Langkah Kesatu (The First Step). Ini adalah
langkah awal yang harus dimulai dengan kaki kiri. Cobalah dengan
melangkahkan kaki kiri sekarang, buatlah ini sebagai suatu permainan.
Letakkan atau biarkan tulisan ini sebentar dan berdirilah, kemudian
setelah berpikir sebentar tentang perbuatan kita, langkahkan kaki
dan mulai dengan kaki kiri, cukup satu atau dua langkah saja. Kembalilah
duduk dan coba goyangkan seluruh badan agar santai, goyangkan leher
dan tengkuk anda lalu kendurkan dan nyamankan.
Anda boleh mencoba membaca bab ini sambil mencoba
tradisi medang yang sudah saya singgung di depan. Mulailah
membaca dengan meditatif, membuka pikiran, membuka hati, dan jangan
menghakimi siapapun termasuk tulisan ini. Cobalah menerima apa saja
yang tertulis tanpa menghakimi.
Langkah kesatu adalah langkah awal. Seperti seorang
bayi kita akan mulai dengan tangisan dan kemudian mencari asi, makanan!
Itulah yang akan kita cari di awal kehidupan, bukan pakaian atau
kedudukan. Mencari makanan sebagai tuntutan perut, tuntutan metabolisme
yang harus bergerak agar dikatakan sebagai mahluk hidup. Tanpa metabolisme
yang bergerak, kehidupan juga akan berhenti. Itulah yang mendorong
kita mencari makanan -- mencari sesuatu yang memungkinkan metabolisme
kita bergerak kemudian menghasilkan energi. Energi akan memberikan
tenaga pada seluruh bagian tubuh dan bagian-bagian tubuh itu bergerak
dan bekerja untuk menjalankan seluruh aktivitas kehidupan.
Berarti makanan sebagai sesuatu yang pertama kita
cari saat mengecap awal kehidupan, esensinya adalah sumber energi
dan bukan kenikmatan. Karena itu yang penting adalah apakah kandungan
makanan itu mampu memberikan energi yang dibutuhkan sesuai permintaan
tubuh kita atau tidak. Memenuhi seluruh unsur yang dibutuhkan tubuh
adalah syarat utama. Jumlah merupakan syarat kedua dan ini berarti
adalah secukupnya saja.
Bayi tidak diberi naluri untuk menimbun makanan di
dalam struktur tubuhnya. Dia akan menyedot puting susu ibunya sesuai
kebutuhan dan secara otomatis akan berhenti menyedot pada saat tubuhnya
tercukupi oleh makanan itu. Bayi juga tidak akan memikirkan jatah
makanannya untuk besok atau sejam lagi, dia tidak tahu kapan laparnya.
Bayi hanya mengikuti perintah tubuhnya, bila lapar dia akan mencari
makanannya dan kemudian memakan secukupnya. Bayi tumbuh justru karena
dia mengikuti kehendak alam yang menuntun pertumbuhan tubuh, pikiran,
dan jiwanya.
Manusia dewasa sulit untuk menjadi seperti seorang
bayi, karena itu banyak yang mandeg, berhenti dari perjalanannya,
dan meskipun secara fisik terlihat berubah, secara psikis ia sebenarnya
berhenti. Rambut putih dan tampang berkerut bukanlah tanda bijaksana
atau hidup selaras dengan alam. Itu hanya soal fisik yang sedang
menuju pembusukan, kematian.
Latihan Langkah I
Tahap Pertama
Baringkan tubuh anda dengan alas selimut tebal atau
matras -- usahakan bukan yang terbuat dari bahan plastik atau sejenisnya,
tapi yang terbuat dari serat alam. Hal ini bukan dengan alasan sesuatu
yang berbau mistik atau gaib, namun hanya untuk menjaga kenyamanan
selama latihan saja. Berbaring saja tanpa membayangkan apa-apa.
Lemaskan seluruh tubuh dalam posisi berbaring itu.
Mulailah dengan mengendurkan bagian demi bagian tubuh. Mulai dari
bagian terbawah: kaki, telapak dan jari-jari kaki, pergelangan kaki,
betis, lutut, paha, bagian bawah tubuh, perut, dada, bahu dan leher,
bagian lengan dan pergelangan tangan, telapak tangan dan jari-jari
tangan. Lalu naik ke bagian muka/wajah, bagian-bagian wajah, mulut,
hidung, mata, telinga, dan kemudian keseluruhan kepala, bagian belakang
kepala.
Seluruh bagian itu dikendurkan satu per satu, ketegangan
dihilangkan. Lemaskan seluruh tubuh dengan merasakan keseluruhan
tubuh terbaring pasrah di lantai seperti sesosok mayat. Kemudian
mulailah merasakan seorang bayi yang baru lahir dan baru merasakan
napas pertama.
Ini adalah suatu kontemplasi, perenungan. Semacam
menapak tilas perjalanan yang pernah anda lakukan dan mungkin
sudah dilupakan. Tidak usah memakai kepura-puraan, sewajarnya saja.
Anda cuma menelusuri perjalanan yang pernah dilakukan dulu. Bukan
untuk mengenang detail saat-saat manis dan saat-saat pahit di perjalanan
itu. Dalam kelompok latihan yang pernah diadakan, biasanya banyak
peserta yang salah paham dalam menyikapi latihan awal ini. Peserta
berpikir agar penelusuran ini terlihat sungguh-sungguh, mereka akan
menangis terharu atas kenangan yang sedih ataupun bahagia. Mungkin
karena dilakukan bersama-sama, peserta merasa takut kalau tidak
menangis, dia dianggap tidak menghayati latihan dengan sungguh-sungguh.
Bila ada seseorang yang menangis, yang lainnya menyusul
tersedu-sedu. Yang terjadi akhirnya adalah lomba menangis. Ini khas
cara berpikir orang yang didominasi otak kiri -- tetap merasa harus
bersaing dan emosi harus dikeluarkan secara verbal.
Itu tidak perlu anda tiru! Lakukanlah dengan sewajarnya.
Telusurilah perjalanan hidup saat bayi itu secara apa adanya. Bila
memang terharu silakan menangis, atau bila ingin tertawa, ya tertawalah,
atau bila ada yang menjengkelkan, marahlah. Pertahankan pikiran
bahwa tidak ada orang lain yang akan menonton anda, jadi
berbuatlah apa adanya.
Bayangkan saat-saat ketika kelahiran dengan penuh
keajaiban, sosok bayi anda keluar dari rahim dan menghirup napas
pertama dan menangis. Hal pertama yang dia lakukan saat itu adalah
menangis untuk minta air susu. Tapi bayi itu pasti tidak tahu soal
lapar atau soal air susu. Dia melakukan hanya mengikuti nalurinya
saja. Tanpa alasan, tanpa tendensi apa-apa dan secara otomatis.
Coba bayangkan saat-saat itu, bayangkan secara detail tanpa dibuat-buat.
Mungkin terasa sulit, anda tidak bisa mengingat saat-saat itu. Bawah
sadar anda tidak begitu mudahnya mengeluarkan simpanan memori yang
pertama tersebut. Ulangi lagi mencoba, jangan putus asa, latihan
ini tanpa batas waktu.
Bila gagal pada hari pertama, berhentilah, lalu ulangi
lagi keesokan harinya. Mungkin 3 atau 4 hari anda baru berhasil,
bukan masalah. Setelah berhasil teruskanlah perjalanan itu saat
demi saat: sewaktu anda balita, mulai sekolah, saat-saat di play
group atau TK, ketika masuk SD, SMP, SMA, PT. Lengkapi perjalanan
itu dengan wajah dan kelakuan teman-teman kecil anda, dengan seluruh
kesenangan dan kejengkelan. Tapi lakukanlah dengan sewajar-wajarnya,
hindarilah dramatisasi.
Perjalanan penelusuran ini mungkin akan makan waktu
beberapa saat, bisa 1 jam, 1,5 jam, atau lebih. Tidak usah terburu-buru,
mungkin di dalam perjalanan itu anda akan tertidur, bila itu terjadi
biarkanlah. Begitu anda terbangun, catatlah apa saja yang ada di
dalam mimpi anda, bila ada mimpi. Sebelum mulai latihan, sediakan
alat tulis dan buku catatan.
Perlengkapan Selama Latihan
Selimut atau matras untuk alas latihan, pakaian latihan
yang nyaman, tipis, dan longgar. Bila perlu atau diinginkan, pakailah
musik instrumental yang mengalun dan menunjang latihan. bagi yang
menyukai bisa menambah dengan wewangian dupa batang atau minyak
aroma terapi.
Carilah ruang yang tenang, tidak panas, dan sirkulasi
udaranya baik. Usahakan selama latihan tidak ada gangguan, misalnya
dengan memesan kepada anggota keluarga agar tidak mengganggu anda.
Waktu Latihan
Pilih waktu yang paling ideal untuk anda. Ini sangat
pribadi, tiap-tiap orang memiliki waktu yang sangat ideal bagi dirinya.
Secara umum bisa pilih tengah malam, pagi hari, atau sore hari.
Yang jelas, waktu latihan harus diadakan, jangan menunggu sampai
ada waktu.
Lakukanlah latihan di atas selama 7 hari berturut-turut
dan catatlah apa saja yang anda alami selama latihan.
Catatan
Latihan ini adalah suatu latihan sederhana namun
mempunyai efek kejiwaan yang mungkin terasa berat bagi orang yang
sudah sangat terbiasa dengan dramatisasi, terutama model dramatisasi
yang sering diperlihatkan sebagai bagian dari ritual-ritual tertentu.
Anda yang termasuk golongan ini --bila menyadarinya--
sebaiknya melakukan latihan ini di bawah bimbingan orang yang lebih
kompeten. Latihan yang masih dibumbui dramatisasi mungkin saja tidak
berakibat apa-apa selain sebagai suatu tontonan, tetapi manfaatnya
tidak pernah ada dan sebetulnya untuk orang seperti ini perjalanan
itu tidak pernah ada. Bimbingan dari senior akan sangat bermanfaat
untuk terlebih dulu membuka pemahaman, sebelum memulai latihan.
Tahap Kedua
Tahap kedua adalah pemahaman, yakni ketika anda mulai
memahami hal-hal yang berhubungan dengan energi seksual.
Setiap orang diberi energi seksual sebagai perlengkapan
kehidupan. Bila ada seseorang yang membawa kelainan bawaan seksual,
bukan berarti orang ini tidak memiliki energi seksual. Dia tetap
memiliki dengan cara yang berbeda, itu saja. Energi seks ini dibawa
sejak manusia lahir, lengkap dengan perangkat keras maupun
lunaknya.
Pada bayi dan anak-anak, energi seks ini masih seperti
apa adanya, belum tercemar. Dan ketika kita beranjak dewasa, energi
seks ini mulai tercemari. Ada orang yang sangat takut dengan energi
seksualnya, sehingga untuk menyucikan diri dia merasa perlu melakukan
gerakan anti seks dan selibat, tidak berhubungan dengan lawan
jenisnya. Seks dianggap sesuatu yang kotor dan akan mencemari pengabdian
kepada Tuhan, padahal sebenarnya yang kotor bukan seksnya tetapi
pikiran si manusia itu sendiri. Selibat tidak menjamin kesucian
pikiran. Seks yang dibendung dan ditahan bisa muncul di mana saja.
Seks bisa muncul dalam bentuk fantasi, lamunan, atau lainnya. Seharusnya
seks bukan ditahan atau dibendung, tetapi dipuaskan dengan cara
sewajarnya sehingga akan surut dengan sendirinya. Seks seperti aliran
air, dia akan selalu mencari tempat lebih rendah untuk dialiri.
Pembendungan sementara mungkin akan memperlihatkan ketenangan, menjadi
danau atau genangan yang diam. Tetapi di balik ketenangan itu sebenarnya
terhimpun kekuatan yang makin lama makin kuat, dan bila ini meledak,
akibatnya akan lebih merugikan.
Kita harus punya cara lain untuk mengalirkan energi
yang terus-menerus terbentuk selama hidup itu. Energi itu harus
dialirkan untuk sesuatu yang bermanfaat, energi harus menjadi energi
dan dipakai sebagai energi sesuai esensinya. Bila dialihkan, energi
ini akan menjadi topeng yang cukup tebal menutupi keadaan sebenarnya
dan ego si pemilik energi akan muncul di dalam bentuk yang halus
tetapi sangat tajam. Ini lebih berbahaya dibandingkan energi seks
yang dipakai para politikus untuk memenangkan ambisinya menguasai
negara dan rakyat.
Energi seks yang dahsyat itu harus kita alihkan dengan
benar dan tepat. Lewat latihan-latihan pemberdayaan dan mengembangkan
kemampuan otak kanan, kita akan berjumpa dengan cara-cara mengalihkan
energi seks yang berlebih untuk kepentingan lainnya yang bermanfaat
tanpa mengganggu kesehatan.
Mengalihkan energi seks bukan berarti kita lalu meninggalkan
seks dan kegiatannya secara mutlak. Seks adalah hakikat manusia
yang tetap akan ada, meninggalkan seks sama sekali berarti mengingkari
hakikat pada diri kita sendiri. Mengalihkan energi seks yang berlebih
berarti tetap melakukan kegiatan seks secara wajar pada tempatnya,
sekaligus memanfaatkan sebagian kekuatan energi tersebut untuk menciptakan
kualitas kehidupan. Dengan latihan, energi tersebut akan berevolusi
menjadi kekuatan lain yang sangat berguna untuk kesehatan diri sendiri
maupun orang lain. Dan secara otomatis sebetulnya setiap orang memiliki
kekuatan penyembuhan minimal terhadap dirinya sendiri sebagai sesuatu
yang diberikan oleh Tuhan. Itu adalah bagian energi di dalam tubuh
kita yang sama dengan energi seksual. Tetapi dalam perjalanan hidupnya,
manusia seringkali menyepelekan atau tidak memperhatikan sensasi-sensasi
yang muncul sewaktu-waktu. Ini karena kita terdidik secara rasional,
kita dibentuk menjadi manusia verbal yang tidak pernah bisa yakin
dengan bahasa simbolik.
Kita selalu menuntut bukti materi dan kelihatan mata
untuk hal-hal yang berhubungan dengan tubuh maupun spiritual. Kepada
sesuatu yang ada di dalam diri kita sendiri pun kita selalu menuntut
bukti otentik. Ini adalah cara penjajah zaman dahulu yang sengaja
ditanamkan kepada kita sebagai jajahannya, agar kita sepenuhnya
tumbuh menjadi robot yang bisa diatur dengan perangkat hukum mereka.
Bila kita mampu mengaktifkan kembali sistem asli
di dalam tubuh, maka kita tidak lagi akan terganggu oleh energi
seks. Karena secara otomatis energi yang berlebih berevolusi menjadi
energi penyembuhan dan pencerahan yang membawa kita
untuk terus melakukan perjalanan.
Energi sering kali dikaitkan dengan simbol-simbol
emosi untuk mensahkan pergolakannya. Tertarik secara seksual sangat
bisa disamarkan menjadi jatuh cinta. Padahal ketika ditanya apakah
alasannya mencintai orang tersebut, jawabannya adalah karena dia
cantik atau body-nya bagus. Cinta bisa saja kita kaitkan
dengan sesuatu yang bersifat fisik. Lalu cinta itu kita pakai untuk
menghalalkan cara. Saya pernah dengar cerita tentang seorang tokoh
agama yang demi tidak berbuat dosa sesuai dengan pasal-pasal yang
ada di kitabnya, melakukan kawin sore hari dan cerai pada keesokan
harinya. Ini adalah sesuatu yang sah dan bukan tergolong perbuatan
yang dilarang agama, katanya. Secara hukum agamanya, itu sah dan
halal. Bila peraturan agama lalu dijungkirbalikkan oleh seorang
yang berlabel tokoh seperti ini, lalu bagaimana pula kondisi dan
kualitas umatnya?
Tokoh yang begini ini sepantasnya bukan menjadi tokoh
agama, karena tindakannya hanya mengotori kesucian agama dan nabinya.
Tapi itulah kita, sampai sekarang beliau masih tetap pada posisinya
sebagai tokoh. Seorang yang mengaku tokoh agama tetapi masih terobsesi
dengan masalah seks, sebenarnya hanyalah seorang tukang pidato saja.
Perjalanannya sama sekali belum dimulai karena energi dirinya sibuk
dihabiskan untuk mengejar obsesinya tentang seks tadi.
Seseorang yang ingin memulai perjalanan pada the
second step touring ini harus melepaskan obsesi-obsesinya tentang
seks. Tidak usah khawatir atau takut, anda masih sepenuhnya sebagai
seorang manusia biasa meskipun pada level Langkah Kedua ini. Hanya
meninggalkan obsesi yang menjadikan kita terikat dengan hal-hal
mendasar manusia tidaklah menjadikan kita mahluk aneh.
Bila pada Langkah Pertama latihan anda melakukan
suatu perjalanan menelusuri diri, relaksasi, dan kontemplasi (mulai
saat bayi sampai dewasa), pada Langkah Kedua, latihan akan berjalan
dengan penggunaan mind yang diusahakan lebih minimal.
Jangan memusatkan perhatian pada sesuatu, awal latihan
hanya dilakukan sesuai instruksi yang ada dan kemudian setelahnya
lakukanlah dengan penggunaan mind yang minimal. Jangan mempertanyakan
atau memperhatikan segala sesuatu yang timbul atau dirasakan, nikmatilah
saja, serahkan segalanya kepada kebijakan alam untuk mengatur.
Latihan Langkah II
Seperti pada latihan langkah I, ruang yang tenang
dan tidak terganggu diperlukan pada latihan-latihan awal. Gunakan
alas seperti yang digunakan untuk latihan I, dan bila membantu juga
perlengkapan lain seperti musik dan aroma untuk menunjang terciptanya
situasi yang mendukung latihan.
Relaksasi 10 Hz
Yang pertama adalah mencari posisi duduk yang paling
nyaman. Tiap orang mempunyai posisi kesenangan sendiri-sendiri.
Jangan memaksakan diri meniru posisi duduk orang lain hanya supaya
terlihat serius atau mistis. Carilah posisi yang anda rasa paling
nyaman dan menunjang latihan yang berdurasi cukup panjang ini.
Alternatifnya bisa sangat beragam, dengan bersila
biasa, bersila lotus, bersimpuh dengan ditopang bantal kecil, bersimpuh
biasa, duduk dengan kaki satu terlipat sementara kaki lainnya diselonjorkan
dengan tangan berada di lutut, duduk di kursi bersandaran tegak,
atau apapun cara yang disenangi selain bertiduran.
Sebelum memulai latihan ini, pahamilah benar-benar
yang dimaksudkan oleh instruksinya. Tidak ada pemusatan perhatian
atau konsentrasi di dalam latihan ini. Juga tidak perlu menghilangkan
pikiran atau istilah lainnya yang sejenis. Pikiran adalah sesuatu
yang sangat dahsyat, tenaganya bahkan lebih dari tubuh fisik. Pikiran
bisa membuat sesuatu yang secara fisik seolah tidak bisa dilakukan.
Pikiran tidak bisa begitu saja dihilangkan, dipusatkan, atau diatur-atur
sesuka kita.
Istilah yang sering dipakai para pendidik atau orang
yang mengaku ahli di dalam bidang tertentu tentang memusatkan pikiran
adalah cara lain pengucapan istilah memperhatikan. Jangan terpengaruh
dengan itu. Latihan ini memang di luar kebiasaan umum yang berlaku,
ikuti saja seluruh instruksi atau tidak sama sekali. Mengubah-ubah
sebuah latihan hanya karena mengikuti kebiasaan yang berlaku umum
akan menghilangkan manfaat latihan itu sendiri.
Duduklah dalam posisi yang telah dipilih, pejamkan
mata dan letakkan atau biarkan tangan di pangkuan atau paha. Seluruh
tubuh dalam keadaan tenang, rileks, dan kendur. Jangan memejamkan
mata dengan terlalu dipejamkan sehingga tegang, pejamkanlah dengan
lunak. Bila ada musik, silakan mendengarkan musik dan menghirup
harumnya aroma dupa bila anda senang (pilih bau dupa yang cocok,
kenanga, cempaka, atau beberapa pilihan lainnya).
Jangan pedulikan pikiran, pikiran boleh berpikir
tentang apa saja. Pikiran boleh berpikir ke sana ke mari, biarkan
saja segala macam pokok pikiran mengalir keluar masuk, jangan diatur-atur.
Biarkan terus pikiran itu berpikir tentang apa saja sepanjang latihan
dan tidak usah dipedulikan lagi. Kita hanya akan duduk diam menyamankan
tubuh, dan mempertahankan keadaan itu selama mungkin.
Mungkin untuk kali pertama kondisi ini akan bertahan
10 sampai 15 menit. Bukan masalah, nikmatilah saja kondisi yang
tercapai itu. Besok ulangi lagi dan ikuti intuisi kapan harus berhenti
dari kondisi tersebut. Selama latihan, tidak boleh ada gerakan misalnya
mengganti posisi duduk atau menepuk nyamuk dan sebagainya. Tenggelamkan
diri ke dalam lautan pikiran yang bergelombang ke sana ke mari.
Pertahankan atau perpanjang durasi latihan setiap
kali mengulang. Pilih situasi dan waktu yang paling tepat pada sore
hari, subuh, atau tengah malam, di mana keheningan situasi pergantian
bulan dan matahari akan sangat membantu.
Cobalah latihan-latihan ini selama 7 hari berturut-turut.
Dan jangan lupa menyediakan buku catatan dan alat tulis untuk mencatat
apa saja yang dirasakan, kesulitan saat latihan, dan masalah-masalah
yang mungkin timbul.
Apa yang ingin dicapai dengan latihan Langkah Kedua ini?
Otak manusia yang memproduksi pikiran bekerja atas
dasar gelombang seperti halnya receiver pesawat radio atau
televisi. Begitu pula alam semesta juga seperti pemancar pusat yang
maha besar untuk memancarkan seluruh siaran kehidupan kepada receiver-receiver-nya
yang tersebar di seluruh penjuru bumi. Manusia sebetulnya bukan
hanya sebagai receiver atau penangkap siaran saja, tetapi
juga bisa berfungsi sebagai pesawat pemancar 2 arah yang terus berinteraksi
dengan pemancar pusat yang maha besar di alam semesta. Maka sebenarnya
alam semesta ini setiap saat dipenuhi gelombang pancaran yang sangat
beragam.
Gelombang pancaran pikiran manusia hanya salah satu
dari pancaran gelombang tersebut yang bekerja dalam hitungan Hertzt,
satuan hitungan putaran gelombang dalam satu detik. Gelombang pikiran
manusia sendiri bekerja di antara 25
hertzt sampai sekitar 30 hertzt per detik. Ini bisa diperiksa atau
ditangkap panjang gelombangnya dengan alat electroencephalograph
atau EEG. Bila manusia mati, panjang gelombang otaknya menjadi 0
hertzt, artinya: bila di tubuhnya ditempelkan sensor EEG, yang tergambar
di layar alat EEG adalah suatu garis lurus saja dan bunyi panjang
tanpa putus. Bila otak manusia masih memiliki pancaran gelombang
atau frekuensi, meskipun lemah sekali, si manusia tidak bisa dinyatakan
mati secara klinis meskipun secara fisik terlihat sudah mati.
Jadi kondisi yang diakui oleh dunia kedokteran tentang
syarat manusia hidup atau mati adalah ada tidaknya gelombang pancaran
frekuensi tadi. Tanpa gelombang pancaran frekuensi, manusia bukanlah
manusia, dia hanya sosok tubuh yang tidak bisa disebut lagi sebagai
mahluk hidup bernama manusia.
Gelombang ini bekerja terus-menerus sepanjang hidup
kita. Keberadaannya dan daya pancarnya ditunjang oleh energi di
dalam tubuh yang didapatkan dari berbagai sumber; makanan, minuman,
udara, matahari, bulan, bintang-bintang, dan alam semesta.
Segala sesuatu pada kehidupan manusia akan berpengaruh
pada pancaran gelombang dan sebaliknya pancaran gelombang juga sangat
berpengaruh pada kehidupan si manusia. Frekuensi mempengaruhi besar
kecilnya energi manusia dan sebaliknya energi juga akan berpengaruh
pada tinggi rendahnya frekuensi itu. Seluruh komponen kasat mata
dan tidak kasat mata ini saling berinteraksi dan membentuk kehidupan.
Kualitas maupun kuantitas kehidupan sangat tergantung pada hasil
interaksi ini. Bila sinergi yang ada berjalan dengan baik, kuantitas
maupun kualitas juga akan baik.
Nah, berhubungan dengan frekuensi tadi, otak berhubungan
sangat dekat dengan frekuensi. Otak adalah komponen yang memancarkan
frekuensi, dan segala sesuatu yang pernah diserap oleh otak sangat
mempengaruhi kualitas pancaran ini. Seluruh pikiran dan apa saja
yang dikerjakan seseorang juga sangat berkaitan dengan masalah gelombang
ini. Karena hubungan yang sangat dekat ini, mengkondisikan otak
dan pikiran memungkinkan kita memperoleh putaran frekuensi tertentu
yang dianggap bermanfaat bagi tubuh maupun pikiran manusia.
Latihan-latihan yang diberikan pada Langkah Kedua
berkaitan dengan hal ini. Memposisikan tubuh dan pikiran pada situasi
tenang, rileks, dan kendur pada akhirnya akan menempatkan frekuensi
otak pada tingkat yang kondusif secara perlahan-lahan tanpa paksaan.
Ini dikarenakan posisi pikiran tidak dimampatkan, dipusatkan, atau
diatur-atur sedemikian rupa. Dalam latihan ini pikiran justru dibebaskan
untuk berpikir tentang apa saja, kemana saja dan cara ini akhirnya
akan membuat pikiran justru akan tenang dan bebas. Inilah kondisi
yang dibutuhkan untuk mendapatkan frekuensi terbaik. Dengan membebaskan
pikiran yang tercapai tanpa paksaan dan justru dengan cara membiarkan
saja pikiran berkeliaran sebebas-bebasnya, maka diharapakan tercapainya
frekuensi di antara 10 hertzt sampai 15 hertzt per detik. Ini adalah
suatu kondisi di mana pikiran seseorang tenang, rileks, dan kendur.
Pada kondisi tersebut diharapkan terjadi suatu reaksi lanjutan berupa
aktifnya bagian otak sebelah kanan atau right hemisphere.
Kondisi inilah yang sebenarnya dibutuhkan untuk awal
pemberdayaan dan pengembangan kemampuan otak kanan. Tanpa kondisi
frekuensi yang turun sampai tingkat tersebut di atas, pemberdayaan
otak kanan yang dipaksakan masuk akan cuma-cuma dan tetap diserap
secara otomatis ke dalam karakter otak kiri.
Latihan-latihan relaksasi awal yang dilakukan secara
rutin dan tekun selama 7 hari berturut-turut saja pasti akan menghasilkan
sesuatu yang lain. Ini adalah perubahan yang tidak akan langsung
terlihat secara fisik, tapi bisa dirasakan dengan jelas di dalam
hati dan jiwa anda. Melakukan latihan selama 7 hari tersebut hanyalah
suatu latihan awal, untuk mendapatkan manfaat yang sebenarnya secara
permanen, anda harus melakukan latihan rutin minimal selama 21 hari
berturut-turut.
:: open mind ::
Open Mind bukan konsentrasi!
Bila dalam keadaan konsentrasi anda dituntut memusatkan pikiran
atau bahkan mengosongkan pikiran, dalam open mind hal itu
tidak perlu dilakukan. Anda hanya diminta untuk menyamankan diri,
menenangkan diri, memperhatikan dan menyadari apa saja yang terjadi
dan berlangsung di sekitar anda secara seksama.
Duduklah dalam posisi yang
nyaman, punggung tegak, dan tidak ada bagian tubuh yang dipaksa
dalam posisi tidak wajar sehingga sakit. Kendurkan seluruh tubuh,
otot, dan bagian persendian yang biasa tegang/kaku.
Katakan kepada tubuh anda untuk
lentur dan lemas, katakan permintaan itu dengan lembut dan ajaklah
tubuh anda bekerja sama, perhatikanlah tubuh yang telah sekian lama
mengikuti seluruh aktivitas anda tanpa pernah memprotes anda.
Pejamkan mata dengan lembut
dan nikmati seluruh rasa yang mampu anda rasakan, jangan berpikir
atau membayangkan sesuatu yang aneh-aneh, cukup berdiam diri, menyamankan
diri, dan membuka pikiran terhadap apa saja yang kebetulan datang
dan pergi di dalam otak.
Santai, rileks, tenang....
mata terus terpejam, rasakan tiap bagian tubuh dengan seksama, bagian
demi bagian, rasakan saja, berhenti dan berputar di tiap-tiap bagian
sambil secara seksama merasakan bagian itu.
Bernapas dengan tenang, santai,
tarik napas panjang dan dalam, sampai ke perut, dan hembuskan lagi
dengan perlahan, panjang... santai, tenang... tarik napas lagi...
hembuskan... tenang, santai...
Open Mind: Jangan KONSENTRASI!
Anda hanya cukup menyediakan diri untuk menonton seluruh pikiran
yang keluar masuk di kepala dan terus hanya menonton sampai pikiran-pikiran
tersebut mengalah dan anda memasuki suatu keadaan receptive.
<< Tidak
Ada Mi Instant || Obsesi
Dasar Manusia >> |