|    
   
   
   
   
   
   
   
   
   
   
    
   HTML pages
 designed &
 maintained by
 Alifuru67
 
   Copyright ©
 1999/2000 -
 1364283024
 & 1367286044
 
   
 |   |   
    
 Tidak Benar Unpatti Lakukan Marjinalisasi Kelompok -
 Hendros: Bila Pakai Teori Perimbangan, Maluku Mundur
 
 Ambon Siwalima (04/12/00) - Terbakarnya kampus Unpatti dan UKIM Ambon Juni dan Juli lalu 
masih terus membara di hati salah satu almamater, Drs Hendros Lekipiouw. Jebolan Fisipol 
Unpati ini menyatakan prihatin melihat mahasiswa Unpatti maupun UKIM Ambon yang 
akhirnya harus kuliah berhamburan kesana kemari.
 
 Kepada Siwalima, Sabtu (2/12) di Ambon, Hendros menyatakan, Maluku pasca global bukan 
lagi teori perimbangan yang harus diterapkan atau menjadi pilihan, tapi merit sistim (kualitas) 
yang harus ditunjukan. Kalau Maluku masih memperhitungkan perimbangan, maka kualitas 
pimpinan di daerah ini akan mundur 100 langkah dan Maluku tidak akan berkembang sampai 
dunia kiamat. "Aneh memang di Maluku ini. Dalam strukur birokrasi, masih saja sisi 
perimbangan ditempatkan diatas segalagalanya atau menjadi ukuran.
 
 Akhirnya banyak orang yang berkualitas tidak bisa menempati posisi penting dan strategis 
dalam kerangka membangun daerah ini ke depan. Bahkan dalam kerusuhan ini masalah 
perimbangan ini dilihat sebagai satu faktor pemicu," ujar Hendros kesal. Menurut dia, 
pembakaran kampus Unpati maupun UKIM, bukanlah gerakan spontanitas massa, melainkan 
skenarionya diatur cukup rapih dari atas karena dilatari kecemburuan akibat terprovokasi 
dengan statemen marjinalisasi itu.
 
 Dicontohkan, statemen Tamrin Ely soal marjinalisasi di Unpatti dan kantor Kotamadya Ambon 
bila ditarik benang, maka sudah jelas siapa dibalik pembakaran kampus Untpati dan 
pelemparan kantor kotamadya Ambon beberapa waktu lalu tersebut. "Saya mau bilang, 
sebenarnya di Unpatti tidak ada marjinalisasi. Yang ada adalah perhitungan secara kualitas. 
Karena itu bila sebagian besar staf pengajar Unpatti berasal dari kalangan komunitas tertentu,   
tak perlu dipersoalkan, kalau semua pihak telah menerima sisi kualitas sebagai parameter 
pada sebuah perguruan tinggi. Dan memang sejarah telah mencatat itu sejak tahun Adam ,” 
tandas Hendros.
 
 Oleh sebab itu, menurut dia, kalau ada orang yang menuduh Unpati melakukan marjinalisasi 
terhadap suatu kelompok tertentu, itu terlalu picik dan kerdil pikirannya. "Saya menilai 
pernyataan yang disampaikan itu ibarat kodok di bawah tempurung. Yang lebih parah lagi 
kalau kodok juga ikut cemburu,”ujarnya sinis. Dia mengharapkan kepada semua pihak agar 
tidak perlu berpikir sempit, tapi siapa yang mampu harus didukung dan yang tidak mampu 
harus mengakui ketidakmampuan dan tetap mendukung yang mampu untuk maju mengemban 
daerah ini ke depan. Ditakutkan, bila Maluku tetap memperhitungkan sisi perimbangan dalam 
struktur birokrasi maka banyak manusia-manusia yang punya kualitas akan hijrah keluar 
Maluku. (fan)
 Received via e-mail from : Alifuru67@egroups.com
 
  Copyright © 1999-2000  - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
 HTML pages designed and maintained by Alifuru67 * http://www.oocities.org/ambon67
 Send your comments to alifuru67@egroups.com
 |