|
|
Siwalima Report 82 - Provided By Masariku Network & Harian Siwalima EDISI: SABTU, 2 DESEMBER 2000 Jihad Pimpin Demonstran, Pasgab TNI Dituding RMS - Ambon, Siwalima (02/12/00) - Merasa Pasukan Gabungan (Pasgab) TNI jadi ganjalan utama, kali ini laskar jihad dari Forum Komunikasi Ahlussunah Wal Jamaah, secara terang-terangan kembali beraksi memimpin massa melakukan demonstrasi ke kantor Gubernur Maluku, guna menyampaikan pernyataan sikap menolak kehadiran Pasgab. Pula, memberi ultimatum jika Pasgab tidak dipulangkan, maka Gereja Maranatha akan dihancurkan. Selain itu, demonstran malah menuding Pasgab dan Dansektor A, Kolonel Inf Siswanto, sebagai antek Republik Maluku Selatan (RMS). Alhasil, Jumat siang kemarin, warga Kota Ambon kembali dikejutkan dengan bunyi rentetan tembakan dan ledakan bom di halaman kantor gubernur dan daerahdaerah sekitarnya. Picunya bermula dari demonstrasi sekelompok kecil warga masyarakat yang mengaku mewakili umat Islam Ambon/Maluku. Mereka mengajukan 7 butir sikap dan tuntutan kepada Gubernur Latuconsina, Pangdam Made Yasa dan Dansektor A, Kol Inf Siswanto dengan alasan ulah Pasgab TNI ketika berlangsung sweeping di Desa Gemba, Kecamatan Kairatu, Seram Barat yang menyebabkan seorang anak meninggal akibat dianiaya. Sayangnya, aksi unjuk rasa yang dimotori wajah-wajah baru orang luar Maluku jihad Ahlussunnah Wal Jamaah itu, berlangsung brutal sehingga berlanjut dengan aksi lempar melempar batu dengan pemuda Kristen yang berada jauh di perempatan Jalan Anthony Rebok, dekat Restoran Halong. Pantauan Siwalima di lokasi kejadian, aksi saling lempar tersebut bermula ketika massa pengunjuk rasa yang mengikutsertakan perempuan-perempuan Muslim sambil membawa berbagai poster dan sesuka hatinya meneriakan yel-yel, Allah Huakbar Allah Huakbar sambil mengancam umat Kristen dengan menyatakan seribu orang Muslim boleh meninggal asal Maranatha korban dan umat Kristen Maluku adalah RMS. Selain itu, mereka menghujat Pasukan Gabungan (Pasgab) TNI termasuk Dansektor A, Kol Inf A Siswanto, yang dituduh sebagai antek RMS. "Pasgab harus dicopot dari Ambon/Maluku, Pasgab RMS, Gubernur mana reaksimu." Aksi brutal yang dimulai dari kawasan AY Patty menuju kantor gubernur melalui Jalan Sultan Hairun itu, mengakibatkan pegawai-pegawai berhamburan keluar meninggalkan kantor mencari selamat. Tanpa tahu asal muasalnya tiba-tiba terjadi saling lempar batu di sepanjang Jalan Sultan Hairun. Aparat baik TNI maupun Brimob pun siap siaga di lokasi penjagaannya masing-masing. Melihat ulah pengunjuk rasa semakin brutal dan lempar melempar batu pun semakin ramai, maka aparat TNI pun Brimob melepaskan tembakan peringatan ke udara. Setelah tidak berhasil menghadang pengunjuk rasa di gerbang besi kantor gubernur, aparat pun semakin banyak mengeluarkan tembakan peringatan, namun rupanya tidak digubris pengunjuk rasa yang nyata-nyata bersikeras menemui Gubernur Maluku, Dr Ir MS Latuconsina dan Pangdam XVI Pattimura, Brigjen TNI I Made Yasa di kantor gubernur. Ujung-ujungnya 5 warga Muslim yang terlibat aksi lempar batu itu menderita lukaluka kena tembak, salah seorangnya terjatuh kena tembak di dekat Pos Kota. Informasi terakhir menyebutkan 2 orang di antaranya meninggal setelah dilarikan ke Rumah Sakit Al Fatah. Setelah 5 orang terkena tembak, sekejab lima kali terdengar ledakan bom di sekitar lapangan Merdeka, sementara para demonstran berhasil lolos ke halaman depan kantor gubernur hendak menemui Gubernur Latuconsina. Berdasarkan kesepakatan bersama, para demonstran melalui perwakilannya menemui Gubernur di Posko Darurat Sipil dan langsung diterima Gubernur Latuconsina, Pangdam, Dansektor A, Kolonel Inf A Siswanto. Selain itu ada pula Wagub Renyaan dan pejabat-pejabat militer lainnya. Sikap dan tuntutan para pengunjuk rasa itu terungkap dalam 7 butir tertanggal 1 Desember 2000 tanpa ada tanda tangan dan cap. Tujuh butir sikap dan tuntutan yang dikutip secara langsung yaitu,
Sementara itu, di luar kantor gubernur situasi tampak tegang dan mencekamkan. Bom terus berjatuhan dan aparat TNI dan Brimob bersiap siaga dengan perlengkapan senjatanya mengantisipasi adanya konsentrasi masa Muslim di depan Pos Kota. Apalagi terbesit kabar ada upaya menyerang Gereja Maranatha yang persis berada di samping kantor gubernur. Gubernur Latuconsina yang minta komentarnya usai bertemu perwakilan para pengunjuk rasa perihal informasi penyerangan ke Gereja Maranatha mengaku sempat mendengarnya. Bahkan di Posko Darurat Sipil diperoleh kabar dari Sektor A, bahwa ada upaya penyerangan ke Gereja Maranatha. Buktinya, setelah menerima informasi tersebut, tampak sekitar 2 kompi TNI-AD langsung mendatangi dan menjaga Gereja Maranatha guna mengantisipasi timbul penyerangan dari warga Muslim, yang menjelang sore kemarin masih berkonsentrasi di depan Pos Kota. Lebih lanjut, menyinggung perilaku Pasukan Gabungan sebagaimana isi tuntutan para unjuk rasa, Gubernur Latuconsina mengatakan semua nanti akan di cek. "Tadi ada laporan yang masuk bahwa ada perlakuan yang tidak pantas lalu menimbulkan korban dan sebagainya. Dan itu sudah didengar langsung oleh Pangdam. Mereka itu datang dengan mengatasnamakan dirinya sebagai wakil dari umat Islam," kata Latuconsina. Namun, pernyatan sikap dan tuntutan yang dituangkan dalam selembar kertas putih itu tidak menyertakan tanda tangan. "Nggak, nggak ada sama sekali di dalam surat itu. Tanda tangannya nggak ada," ujar Latuconsina, menanggapi aksi demonstrasi yang dilakukan tanpa ada koordinasi dan pemberitahuan itu. Setelah mendengar tuntutan itu, menurut Gubernur, Pangdam pun akan diambil langkah-langkah selanjutnya. Sementara itu, Pangdam Made Yasa yang ditemui sebelumnya, ternyata enggan berkomentar. "Semuanya dipercayakan kepada Pak Gubernur untuk menyampaikan hal ini," ujar Pangdam bergegas pulang. Sementara itu Dansektor A yang dituntut mundur, Kolonel A Siswanto, yang berhasil ditemui Siwalima ketika sedang mengadakan pengamatan terhadap para Pendemo serta massa yang berkumpul di sepanjang pos kota, menyatakan bahwa apa yang dituntut oleh para pendemo itu justru mereka sendiri yang tidak mengetahuinya. "Mereka itu menuntut sesuatu yang mereka sendiri tidak ketahui apa sebenarnya yang terjadi. Saya serta aparat keamanan yang ditugaskan ke Ambon ini tetap bertindak mengamankan dan bukan membantai rakyat Ambon sebab saya dan aparat keamanan yang lain adalah milik rakyat," tandas Siswanto sembari menambahkan, pihaknya punya tekad berhadapan dengan perusuh. "Jadi siapa yang mencoba menyerang orang lain itulah perusuh dan jika perusuh akan berhadapan dengan saya dan pasukan saya," tambahnya dengan tegas. (eda/mg4/tin)
MENINGGAL: 1. Ny Etji de Lima/Samusamu (35), tertembak di telinga kanan. LUKA-LUKA: 1. Nusye Mahakena (23), tertembak pada paha kanan. Korban Tiga Speedboat: MENINGGAL: 1. Berty Malaihollo (23), ABK Speedboat Garda II. LUKA - LUKA:
Terlanjur Mesra, PDS Serba Salah Usir Laskar Jihad Ambon, Siwalima (02/12/00) - Terlampau menggunakan banyak pertimbangan dan rasa pesimis, mengakibatkan pihak Darsi berada dalam posisi yang sangat lemah untuk sebuah ketegasan memulangkan pasukan laskar jihad yang nyatanyata menimbulkan masalah di Ambon, Maluku. Setidaknya, publik bisa mengambil rujukan pernyataan Kapolda Maluku, Brigjen Polisi Firman Gani, bahwa sikap tegas memulangkan laskar jihad ditakutkan akan menimbulkan permasalahan baru. "Dengan pernyataan seperti itu sudah menunjukan bahwa sebenarnya Darsi sangat lemah dan kemungkinan mengambil tindakan tegas terhadap laskar jihad sulit terwujud lantaran diliputi berbagai pertimbangan dan rasa pesimis," tandas staf pengajar Falkutas Hukum Unpatti, OT Lawalata, SH MHum kepada Siwalima kemarin di Ambon. Menurut Lawalata, publik sama sekali tidak merasa kaget dengan pernyataan Kapolda Firman Gani, karena terlanjur tahu bahwa sebelumnya pihak Darsi telah bermesraan dengan panglima laskar jihad, Jaffar Umar Thalib, beberapa waktu lalu di Mapolres Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease. "Masyarakat tentu bertanya mengapa Gubernur Latuconsina, dan Kapolda Firman Gani ketika itu tidak membuat ketegasan dengan Jaffar tentang apa sebenarnya yang dilakukan Jaffar dan pasukannya di Maluku. Jika benar misi kemanusiaan, kapan pulangnya? Itu harus jelas. Lucunya apa yang dilakukan Gubernur Latuconsina dan Kapolda Firman Gani, ketika itu ternyata hanyalah memberikan himbauan kepada Jaffar. Ya, kalau himbauan saja kan itu tidak ada artinya sama sekali," kritik Lawalata. "Berbagai kejadian chaos belakangan ini tidak dapat dipungkiri laskar jihad turut bermain dalam kerusuhan Maluku ini," tambahnya. Menurutnya, dalam proses penegakkan hukum perlu ditanyakan siapa sebenarnya laskar jhad itu, mereka juga khan merupakan warga negara Indonesia sama seperti kita, sehingga jika Jaffar mengeluarkan statemen mengenai saatnya diberlakukan Syariat Islam maka upaya hukum harus ditegakkan. Itu soal supermasi hukum yang selama ini jadi tuntutan," tandas Lawalata, sembari menambahkan, pernyataan Kapolda Firman Gani, nantinya akan memicu permasalahan baru sebab sangat tidak masuk akal. "Kita berpikir secara logis jika Kapolda mengeluarkan pernyataan seperti itu ini kan dapat menjadi suatu tanda tanya bagi kita semua apakah negara ini dikuasai laskar jihad sehingga untuk memulangkan saja perlu kehatihatian. Kan tidak lucu namanya," ujarnya sinis. (mg4/tin) Terancam, PDS Akui Kristen Wayame bukan Diusir - Hadapi Situasi dengan Kepala Dingin Ambon, Siwalima (2/12/00) - Menanggapi terancam keluarnya warga Kristen yang telah lama membaur bersama warga Muslim di Desa Wayame Kecamatan Baguala, Kota Ambon, Gubernur Latuconsina mengatakan, warga Kristen bukan diusir, sebaliknya ada isu sehingga warga Kristen terpaksa mengangkat barang miliknya meninggalkan Wayame. "Yang saya dengar, bukan diusir, tapi ada isu dan sebagainya sehingga timbul rasa takut pada masyarakat dan mulai memindahkan barang dan sebagainya," jelas Latuconsina, kemarin. Kendati informasi yang diperoleh gubernur demikian, namun berbagai informasi yang diperoleh Siwalima menyebutkan, hampir semua warga Kristen di Wayame telah mengungsi ke Benteng Kecamatan Nusaniwe, keberadaan mereka di Benteng disebabkan oleh adanya desakan dari warga Muslim setempat terhadap warga Kristen untuk mengangkat kaki dari Wayame. Pasalnya, kalau tidak mengikuti keinginan warga Muslim, maka warga Kristen di Wayame akan sengsara bahkan menjadi korban kekerasan. Kepala Dingin Lebih lanjut, guna mencegah timbulnya konflik-konflik berkepanjangan di Ambon Maluku, maka Gubernur selaku Penguasa Darurat Sipil (PDS) yang mengaku telah melaksanakan pertemuan kedua dengan unsurunsur pembantunya kemarin tentang langkah-langkah teknis sebagai antisipasi menghadapi hari raya keagamaan Natal dan Ramadhan serta Tahun Baru 2001, dan direncanakan berlangsung kembali pertemuan ketika, Senin mendatang, menghimbau kepada masyarakat untuk menyikapi kondisi yang berkembang sekarang dengan kepala dingin dan besar hati. "Ada kondisi-kondisi dimana situasinya memang panas yang bisa dieksploitir untuk memprovokasi masyarakat. Ini sangat tidak menguntungkan. Jadi dengan kepala dingin kita bisa menerima informasi yang sebenarnya dan menjelaskan kepada masyarakat secara utuh dan lengkap sehingga tidak ada distorsi lalu menimbulkan hal-hal yang merugikan kita semua," harap Latuconsina. Uskup PC Mandagi "Saya Sedih, Jihad Banyak Terbunuh" Ambon, Siwalima (2/12/00) - Uskup Diosis Amboina, Mgr Petrus Canisius Mandagi, MSc menyatakan dirinya sangat sedih melihat ribuan laskar jihad yang terus berperang di kawasan ini karena banyak diantara mereka yang menjadi korban siasia. "Sebagai uskup, saya sedih melihat mereka karena banyak diantara mereka yang menjadi korban siasia. Sebetulnya mereka itu manusia tidak boleh dibunuh dan dihancurkan, tetapi barangkali mereka itu dipakai kelompok tertentu yang punya maksudmasksud politik, maksud-maksud kekuasaan, karena itu mereka pakai issu agama untuk menghancurkan sesamanya". Kesedihan tokoh spiritual Katolik itu terungkap dalam perbincangan dengan Siwalima di Kantor Diosis Amboina, usai menerima kunjungan Dubes Jepang untuk Indonesia Takao Kawakami, Kamis (30/11). Atas dasar realitas pertikaian politik yang terjadi setelah kehadiran kelompok luar tersebut, secara khusus ia mengusulkan dengan sangat, supaya Gubernur Latuconsina selaku Penguasa Darurat Sipil daerah bisa memulangkan dulu mereka, kembali ke daerah asalnya. Ini sekaligus untuk memberi ruang gerak yang lebih bebas bagi penyelesaian konflik. "Saya katakan ini, bukan karena benci terhadap mereka, bukan karena saya tidak suka dengan mereka, sampai saat ini saya tetap sayang terhadap laskar jihad karena banyak juga diantara mereka yang terbunuh. Barangkali mereka hanya dipakai oleh kelompok-kelompok tertentu yang menginginkan sesuatu, yang bukan kepentingan agama tetapi sebetulnya kepentingan kekuasaan," ujar Mandagi. Mengenai pertemuannya dengan Dubes Kawakami, ia mengatakan, pemerintah Jepang merasa prihatin melihat kehancuran nilai-nilai kemanusiaan Maluku. "Itu dinyatakan beliau dalam nada sangat serius melihat tragedi kemanusiaan di Maluku," katanya. Dalam pertemuan tersebut Dubes Kawakami cukup panjang lebar mengungkapkan rasa keprihatinan mendalam dari pemerintah Jepang melihat tragedi kemanusiaan yang berlarut-larut di kawasan ini. "Dalam pembicaraan kami memang lebih banyak bicara soal kemanusiaan Maluku yang terusmenerus diobrak-abrik, dihancurkan, akibat pertikaian yang tak kunjung henti. Karena itu beliau datang ke sini selain menjalankan tugas diplomatiknya juga ingin mengungkapkan rasa solidaritas masyarakat Jepang terhadap Maluku," ujarnya. Dikesempatan itu, Dubes Kawakami juga banyak menanyakan perkembangan situasi terakhir di Ambon dan daerah-daerah lain di Maluku, termasuk keberadaan ribuan pasukan perang jihad. Kepadanya Mandagi menjelaskan secara obyektif dari semua yang telah terjadi namun pembicaraan semata-mata diletakan dalam bingkai kemanusiaan bukan keagamaan. Dikatakannya, kerusuhan yang sudah sejak lama berlangsung berlarutlarut ini telah menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan orang Maluku, baik warga Islam maupun Kristen. Ini suatu bentuk pertikaian politik yang memakai bendera agama, tapi tidak ada yang diuntungkan, kedua pihak sama-sama menjadi korban. "Kepada beliau saya katakan, kerusuhan politik di wilayah ini tidak akan bisa dihentikan bahkan masih akan terus-menerus terjadi. Untuk menyelamatkan nyawa orang Maluku perlu perhatian semua pihak, tak hanya menyerahkan saja kepada pemerintah Indonesia tapi pemerintah Jepang juga," kata Mandagi, mengutip kembali materi pembicaraannya dengan Dubes Kawakami. Tapi, kata Mandagi, sebenarnya tanpa kita bicarakanpun pihak Jepang sudah cukup tahu tentang kondisi penderitaan yang dialami warga Islam dan Kristen akibat pertikaian ini. Sehingga ada pertanyaan, bagaimana pemerintah Indonesia termasuk pemerintah lokal dalam hal ini Penguasa Darurat Sipil daerah bisa berjuang dan berusaha untuk menghentikan pertikaian. Mulanya memang kita sangat berharap bahwa setelah diberlakkukan darurat sipil situasi bisa pulih, tetapi kenyataanya tidak demikian. Meski demikian, diakui selama era darurat sipil ini situasi secara keseluruhan sudah berangsur-angsur baik tapi belum bisa dijadikan ukuran bahwa pertikaian ini akan segera berakhir karena sampai saat ini masih terjadi pertikaian sporadis di beberapa tempat di Pulau Ambon dan kawasan PP Lease. Alat Transportasi Pada kesempatan itu juga, Kawakami mengungkapkan kesediaan pemerintahnya untuk memberikan bantuan terutama dibidang transportasi laut. Antara lain berupa kapal motor dan perahu, yang nantinya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat yang ingin berpindah dari tempat yang tidak aman ke tempat yang lebih aman karena kerusuhan. Juga bisa membantu masyarakat Maluku untuk pengembangan ekonomi yang hancur karena kerusuhan. (fik) Provided By Masariku Network & Harian Siwalima
|