The Cross
Under the Cross

English
Indonesian
Search
Archives
Photos
Pattimura
Maps
Ambon Info
Help Ambon
Statistics
Links

HTML pages
designed &
maintained by
Alifuru67

Copyright ©
1999/2000 -
1364283024
& 1367286044


Ambon Island 

 

AMBON Berdarah On-Line
About Us 

Refferal

References

 

 

 

  Want to Help?

Pengakuan Calon Pendeta (Vicarist) An Putileihalat
"Allah Perintahkan Saya ke Al Fatah Bawa Misi Damai"

Ambon, Siwalima (09/12/00) - Setelah dihina, dicaci maki, dibilang pendeta setan, sombong iman serta diberondong berbagai pernyataan pedas termasuk dosennya sendiri, Drs Lucky Wattimury, akhirnya An Putileihalat angkat bicara seputar misi damai yang penuh kontroversi itu.

Berikut wawancara langsung wartawan Siwalima, Nus Latekay dan Samuel Huwae, semalam di kediaman An Putileihalat, Batumeja

Dua hari berturut-turut Anda diberondong sumpah serapah atas "kecelakaan" di AY Patty. Komentar Anda?

Saya bersyukur dan menerima semua itu, karena mereka tidak melihat apa yang terjadi ini dari sisi iman, tapi dari rasio, dan sesuatu berdasarkan iman dan keyakinan bila ditanggapi dengan rasio tidak akan ketemu. Yang jelas, apa yang saya lakukan ini semuanya atas perintah Tuhan Allah. Kalau berdasarkan kemauan manusia, atau suruhan manusia, saya tidak gila pergi ke daerah itu karena daerah itu sangat rawan dari kasat mata manusia. Tapi ini perintah Tuhan apapun saya harus pergi dan saya tidak perduli dengan siapapun.

Anda mendapat pesan khusus??

Saya diperintahkan Tuhan untuk pergi membawa misi perdamaian bersama umat Muslim di Mesjid Alfatah untuk segera menghentikan pertikaian ini. Saya juga diberitahu Tuhan bahwa subuh hari itu akan ada penyerangan terhadap orang Kristen, sehingga saya disuruh harus pergi juga untuk membawa berita kedamaian itu bersama umat Muslim karena mereka juga umat Ciptaan Tuhan.

Tidak ada rasa takut menyusuri AY Patty menuju Al Fatah?

Tadi saya katakan kalau dari sisi rasio (logika kemanusiaan) orang pasti merasa takut karena memang daerah itu sangat berbahaya. Tapi karena iman dan keyakinan sungguh untuk menjalankan perintah Tuhan kepada saya, maka saya dan rombongan pemuda yang semuanya hampir saudara-saudara saya sendiri memberanikan diri untuk pergi.

Sebagai calon pendeta apakah Anda pernah meminta ijin dari Ketua Sinode untuk melakukan misi damai itu??

Saya disuruh Tuhan hanya menemui Ketua Sinode bapak Sammy Titaley untuk sekedar memberitahukan bahwa saya harus pakai toga (jubah) hitam yang beberapa bulan sebelumnya sudah diperintahkan Tuhan untuk saya menyiapkan toga hitam itu. Dan untuk diketahui, toga itu dijahit oleh salah satu isteri pendeta. Setelah Tuhan memerintahkan saya untuk menyiapkan toga itu, dan belum saya pesan, ada keluarga saya dari Belanda yang langsung mengirim kain hitam sepanjang 9 meter untuk menyiapkan 2 buah toga saya..

Ada yang aneh diakui istri pendeta yang menjahit toga saya bahwa biasanya toga yang dijahit hanya memakan waktu 2 hari untuk satu buah toga. Tapi ketika ibu itu menjahit toga saya, membutuhkan waktu 2 bulan. Itu pun kalau ada rasa suka baru ibu itu menjahit.

Tapi Anda sendiri tahu bahwa yang berhak memakai toga hanya seorang pendeta, sementara anda sendiri belum dikukuhkan sebagai seorang pendeta (masih vicarist) kan?

Saya tetap taat atas perintah Tuhan yang menyuruh saya harus pakai toga. Dari sisi peraturan gereja, saya tahu saya belum berhak memakai toga. Tapi kalau Tuhan sudah perintahkan saya harus pakai toga apakah saya harus tolak? Setiap apa yang diperintahkan Tuhan kepada saya, tidak pernah saya tolak. Dan seperti yang kami lakukan hari Rabu itu, karena perintah Tuhan, walaupun berat untuk manusia tapi harus kami lakukan karena perintah Tuhan..

Orang juga persoalkan mengapa harus ada rombongan yang membawa pedang waktu itu, kalau toh pergi untuk berdamai. Tanggapan Anda?

Pedang yang dibawa rombangan saya itu bukan untuk berperang atau menyerang saudara-saudara Muslim, tapi Tuhan perintahkan membawa pedang itu untuk kemudian di serahkan di Al Fatah sebagai tanda untuk berdamai. Dan di pedang itu ada kuasa Allah. Jadi yang ada pada pedang itu adalah kuasa Allah, dan bukan untuk membunuh sesama umat..

Bayangkan saja, kalau kami mempunyai tujuan membawa pedang itu untuk melawan saudara-saudara Muslim, maka kami yang akan konyol, karena pedang itu tidak ada artinya, kalau diperhadapkan dengan senjata organik granat dan bom..

Lalu mengapa harus terjadi pelemparan bom sehingga menyebabkan satu orang jatuh korban dan beberapa orang lainnya dari rombongan anda yang terluka??

Yang terkena serpiham bom waktu itu karena mereka telah melanggar janji Tuhan yang telah diperintahkan kepada saya dan telah saya beritahukan bagi mereka sebelum kami berangkat. Misalnya, pedang itu dibawa dengan posisi tegak keatas di depan dada mereka, dan tidak boleh memotong apapun atau menggoreskan pedang itu di tanah apalagi sampai memotong orang. Sudah diingatkan berkali-kali sebelum kami berangkat, tapi ternyata mereka masih melakukan diluar apa yang Tuhan perintahkan. Mereka menggoreskan pedang itu ke atas tanah dan mengeluarkan kata-kata kotor seperti caci maki. Padahal sebelum berangkat saya sudah peringatkan mereka bahwa kalau siapa yang merasa diri belum siap lebih baik tidak usah pergi. Dan mereka yang terkena serpihan bom itu juga karena mereka sudah terpisah dari rombongan saya dan mereka emosi dan mungkin juga masih dendam terhadap saudara-saudara Muslim..

Jadi berarti rencana Anda dan rombongan hari itu gagal??

Rencana Tuhan tidak pernah gagal. Tapi Tuhan masih menguji iman rekan-rekan dan adik-adik saya yang lain. Ternyata mereka masih emosi, masih mengeluarkan kata-kata kotor dan tidak taat terhadap perintah Tuhan. Kalau saya paksakan untuk kami ke Al Fatah waktu itu dengan kondisi mereka yang sudah begitu mungkin banyak diantara kami yang korban.

Katanya saat itu terjadi tawar menawar antara anda dengan Dan Sektor A dan anak buahnya di depan Puskud Ambon?

Ya betul. Dan Sektor dan beberapa prajurit di situ tetap bersih keras agar kami tidak boleh pergi ke Alf Fatah karena daerah sepanjang AY Patty menuju Al Fatah waktu itu sangat rawan, kata aparat disitu.

Saya tetap mengatakan apapun harus kami pergi karena ini perintah Tuhan. Tawar menawar terus berjalan. Aparat sampai beberapa orang mengatakan kepada saya jangan pergi bu, ini sangat berbahaya. Mereka mengatakan itu berkali-kali mulai dari nada yang lembut hingga sedikit keras, demi keselamatan kami. Tapi saya katakan keselamatan kami bukan ada di siapa-siapa, tapi ada di tangan Tuhan yang menyuruh saya harus pergi.

Saya sampai balik bertanya kepada salah satu aparat yang berbicara dengan saya bahwa kalau antara Tuhan menyuruh anda dan pimpinan anda menyuruh anda, siapa yang harus anda dengar?

Aparat itu menjawab, tentu Tuhan. Saya langsung mengatakan, saya sekarang disuruh Tuhan jadi harus saya dengar yaitu harus pergi ke Al Fatah untuk membawa kabar perdamaian dari Tuhan.(*)


Received via e-mail from : Ambon@cogaul.com

Copyright © 1999-2000  - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML pages designed and maintained by Alifuru67 * http://www.oocities.org/ambon67
Send your comments to alifuru67@egroups.com