The Cross
Under the Cross

English
Indonesian
Search
Archives
Photos
Pattimura
Maps
Ambon Info
Help Ambon
Statistics
Links
References
Referral

HTML pages
designed &
maintained by
Alifuru67

Copyright ©
1999/2000 -
1364283024
& 1367286044


Ambon Island 

 

AMBON Berdarah On-Line
About Us

 

 

  Ambon Island

  Ambon City

 

 

   Latupatti

  Want to Help?

Habib Husein Al Habsyi: "Menggulingkan Gus Dur Adalah Wajib"

Seorang ulama tunanetra menyatakan "perang terbuka" kepada Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dan para pengikutnya. Jika Gus Dur memiliki pasukan jihad yang siap mati membela dirinya, ia juga punya pasukan jihad yang siap mati untuk menggulingkan Gus Dur. Bahkan, ulama tersebut sudah memfatwakan kepada para pengikutnya bahwa menggulingkan Gus Dur adalah wajib hukumnya.

Ia adalah Habib Husein Al Habsyi, 48 tahun. "Jabatannya" adalah Presiden Ikhwanul Muslimin Indonesia (IMI) atau Persaudaraan Muslim Indonesia, sebuah organisasi yang mempunyai link ke 72 negara. Ulama yang matanya buta sejak usia 29 tahun itu bukan orang sembarangan. Ia pernah mendekam di penjara selama 10 tahun akibat kasus peledakan Candi Borobudur pada 1985. Ia juga salah seorang dari segelintir tokoh Islam penentang asas tunggal Pancasila yang kemudian "ditumpas" oleh rezim Orde Baru.

Bagi pemerintahan Soeharto, memang ia dianggap orang "berbahaya". Tapi, sekarang, mengapa Husein Al Habsyi juga "memberontak" terhadap Gus Dur? Apa cita-cita perjuangannya? Apakah ia mendukung Megawati menjadi presiden? Pekan lalu, master pertanian lulusan Riyadh University, Saudi Arabia, itu diwawancarai wartawan FORUM, Irfan Aminullah, di kediamannya yang sekaligus markas IMI, di perumahan Pesona Depok, Depok, Jawa Barat.

Apa Anda siap perang terbuka dengan Gus Dur dan pendukungnya itu?

Ya, saya sudah memfatwakan bahwa penggulingkan Gus Dur adalah wajib, dan saya menyerukan kepada kaum muslim untuk berpartisipasi menyumbangkan keringat dan darahnya dalam upaya menggulingkan dan menjungkalkan dia. Kalau kita mati, maka matinya adalah mati syahid. Sebaliknya, saya serukan kepada pembela-pembela Gus Dur yang awam itu bahwa kalau mereka mati karena membela Gus Dur, maka matinya adalah mati sangit (konyol).

Mengapa Gus Dur wajib digulingkan?

Karena kinerjanya yang sangat-sangat buruk, rakyat semakin sengsara, dolar semakin naik, dan rupiah semakin anjlok. Pembodohan kepada bangsa dan negara terus dilakukan. Di satu sisi, TNI dan Polri berusaha untuk menghancurkan kelompok-kelompok preman, tapi Presiden sendiri adalah seorang preman. Buktinya, ia mengerahkan kiai-kiai dari kelompok "klenikisme". Cerita tentang pengerahan jin, tentang orang berjalan di dinding seperti cecak, semuanya itu merupakan pembodohan kepada umat dan merampok intelektualitas umat.

Tapi, mengapa sampai harus keluar fatwa penggulingan itu?

Mengapa saya sampai memfatwakannya? Karena ia adalah seorang pendiri Yayasan Shimon Perez, dan yayasan ini bergerak untuk kepentingan Yahudi. Yang kedua, zionis ini bertujuan menghancurkan umat Islam dan negara-negara Timur guna mengeruk harta kekayaan negara-negara itu demi keuntungan mereka. Apa yang ia lakukan sebelum dan sesudah menjadi Presiden adalah kampanye zionis.

Buktinya apa?

Sebelum menjadi Presiden, ia mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang kontroversial, seperti ingin menggantikan ucapan "assalamualaikum" dengan "selamat pagi" dan kemudian pernyataannya bahwa Yahudi dan Islam adalah satu. Selanjutnya kami lihat, Abdurrahman ini sangat diskriminatif dalam persoalan-persoalan umat Islam. Saya beri contoh, dalam persoalan Ambon. Kami sangat marah karena di Ternate (Kecamatan Gagela dan Tubelo) ada pembantaian terhadap kaum muslim, dan yang mati ratusan orang. Tapi, ia bilang yang mati cuma dua orang.

Selama menjadi Presiden tidak ada satu pun pernyataannya yang menenangkan atau menyejukkan umat Islam. Ia pernah bilang, "Kami akan membantu umat Katolik dari serangan kaum muslim yang galak." Ucapan itu kan merupakan rangsangan bagi ekstremisme kedua belah pihak. Kemudian, ia juga berkata, "Peperangan itu terjadi karena umat Islam di Ambon dimanjakan oleh rezim Soeharto." Pernyataan-pernyataan itu menyakitkan kaum muslim.

Tapi, kalau Anda bertempur dengan kelompok Gus Dur, berarti akan terjadi perang sesama muslim?

Yang kami hadapi adalah preman. Karena otaknya preman, maka ketika kursinya terancam, lantas ia mengatur kiai-kiai yang bergumul di dunia klenik untuk melatih dan mengajarkan orang, terutama orang-orang awam yang standar intelektualnya rendah, untuk siap mati membela dirinya. Lalu, digembar-gemborkan bahwa pendukungnya ada yang kebal, bisa berjalan di dinding. Itu membodohi umat. Rasulullah saja enggak kebal, kok orang bisa kebal?

Saya memberi contoh, supaya fatwa saya kuat, Rasulullah Saw. itu dalam peperangan Uhud pernah dilempar dengan alat pelempar batu dan giginya tanggal beberapa buah. Karena apa? Sebab, ia juga seorang manusia. Apakah kiai-kiai keblinger itu bisa lebih tinggi derajatnya dari Rasulullah, keluarganya, dan para sahabatnya?

Jadi, kesaktian yang ditunjukkan orang-orangnya Gus Dur itu tidak ada hubungannya dengan Islam?

Sama sekali tidak ada. Itu klenikisme, penipuan. Mereka memanipulasi agama untuk kepentingan "kursiologi" (kekuasaan) dan "fulusiologi" (uang). Saya ingin membuktikan apa benar mereka kebal. Bagaimana kalau saya meminjam senapan mesin, lalu kepala mereka saya tembak? Kalau tidak mati, wallahi, saya akan menjadi pendukung Abdurrahman Wahid number one! Catat kalimat saya ini, "Hai Mr. Abdurrahman Wahid, Anda berselimut di dalam pakaian ketuhanan, keadilan, dan kebenaran, melompat-lompat seperti kera, membuat iblis menjadi tertawa." Saya minta kepada para kiai klenik, kiai proyek, kiai keblinger itu untuk memfatwakan bahwa saya ini super bughat. Saya tidak akan mundur selangkah pun dalam melawan orang yang memanipulasi dan sinis terhadap agama.

Maksud kalimat Anda tadi apa?

Di satu sisi, ia menentang premanisme Islam, tapi di sisi lain, ia memfatwakan bughat. Bughat itu konsekuensinya berjihad. Itu bukan ia yang memfatwakan, tapi ia sutradaranya. Buktinya, ia tidak pernah mau melarang preman pendukungnya masuk ke Jakarta, ia mendiamkannya saja. Artinya, ia setuju bahwa para penentangnya dikatakan berbuat bughat. Bughat ini artinya makar. Bagaimana bisa orang yang beroposisi, yang mengkritik, yang mau menentang kezaliman pemerintah disebut bughat? Kalau begitu, saya ini super bughat. Silakan saja. Sebab, di mana ada Fir'aun, pasti di situ ada Musa, di mana ada Namrud, di situ pasti ada Ibrahim. Nah, di mana ada Mr. Dur, di situ pasti ada Husein Al Habsyi.

Apakah gerakan penentang Gus Dur itu belum masuk kategori bughat?

Fatwa bughat hanya boleh kita lakukan terhadap orang-orang kafir yang menyerang orang-orang Islam. Tapi, tidak semua orang kafir boleh kita serang. Yang dimaksud dengan kafir itu juga ada dua macam. Yang pertama, kafir harbi, yang memerkosa kaum muslim, membakar rumah-rumah kaum muslim, yang melarang kaum muslim salat, yang memusuhi kita. Itu boleh kita perangi. Yang kedua, kafir dzimni, yaitu orang sebangsa, senegara, hidup dengan kita, makan dengan kita, berdagang dengan kita, membayar pajak, dan hidup normal bersama kita. Nah, itu tidak boleh kita perangi. Masalahnya, Gus Dur ini kan mau memerangi sesama muslim?

Tapi, mereka menganggap bughat itu hanya sebagai wacana?

Ah, kalau sebagai wacana tentu ia tidak mengirim pasukan berani mati ke Jakarta, dong.

Hasyim Muzadi mengatakan, pasukan berani mati itu di luar struktur PBNU?

Itu sandiwara. William Shakespeare berkata, hidup ini seperti permainan dan sandiwara. Tapi, yang paling tolol, paling bodoh, adalah manusia yang bermain sandiwara tapi tidak mendapat sorakan dari penonton. Ia hanya bisa menipu kaum awam, tapi ia tidak bisa menipu kaum intelektual. Ia kepengin merampok intelektualitas setiap orang, tapi ia tidak akan berhasil untuk itu. Yang menjadi pengikut mereka hanya orang-orang yang kadar intelektualnya rendah.

Sekarang, bagaimana dengan posisi NU?

NU itu organisasi yang tujuannya baik. Pengikut-pengikutnya minal mukhlisin. Tapi, ada segelintir kiainya yang kiai trayek, kiai omprengan, kiai amplop. Mereka itulah yang kini bercerita tentang ilmu kebal, tentang manusia cecak yang bisa yang berjalan di dinding, dan kiai-kiai yang ngotot membela Abdurrahman Wahid, seperti Agil Sirajd. Rasulullah Saw. membagi ulama atas dua bagian, yang pertama ulama warrasatul anbiya, yaitu ulama sebagai pewaris para nabi. Yang kedua, ulama su'u, atau ulama proyek atau ulama omprengan atau ulama yang "imanul amplopihim", yang tergantung amplop.

Kelompok terakhir itulah yang sekarang membela Gus Dur. Karena itu, saya mengeluarkan fatwa-fatwa seperti ini, wallahi, saya bersumpah demi Allah, saya pertaruhkan jantung saya bahwa yang penting Gus Dur harus terjungkal. Saya berprinsip bahwa hancurkanlah kebatilan walaupun Anda binasa dan kebatilan itu masih berjalan. Allah tidak melihat suatu perjuangan dari hasilnya, tapi yang dilihat Allah adalah kemauan berbuat dan keikhlasan dalam berbuat.

Sejauh mana kemampuan Anda menghadapi kekuatan Gus Dur?

Saya sudah menyampaikan pesan kepada Polri dan TNI, kalau mereka membutuhkan bantuan kami, tidak usah minder. Kami akan menyiapkan 150 ribu orang.

Dan, massa kami bukan massa mengambang, bukan orang-orang bodoh. Massa kami adalah massa yang dikader, yang sudah terlatih dan pernah diterjunkan di Ambon dan Poso, Sulawesi Tengah. Mereka terjun langsung dalam pertempuran. Instrukturnya adalah veteran Moro, Afganistan, dan Bosnia. Tapi, mereka tidak bercerita tentang ilmu kebal dan tentang pembodohan-pembodohan. Kami tidak berkhayal dengan ilmu kebal dan ilmu cecak. Semua manusia sama. Kata Shakespeare lagi, barang siapa yang mencoba lari dari kenyataan hidup, maka kenyataan hidup itu akan mencekik batang lehernya sendiri. Nah, pendukung Gus Dur itu mau lari dari sifat-sifat kemanusiaan. Impossible!

Pasukan Anda besar sekali, pembiayaannya dari mana?

Hasan Al Banna, pendiri Ikhwanul Muslimin, juga pernah ditanya bagaimana ia membiayai organisasinya. Ya, dibiayai dari kantongnya sendiri. Ikhwanul Muslimin ada di 72 negara. Bila di satu negara kami ditekan, berarti yang berada di 72 negara itu merasakan sakit yang sama.

Apakah pasukan Anda sudah masuk Jakarta?

Dengan segera, mereka bisa didatangkan. Kami mempunyai tiga titik latihan di Jawa, dan ini kami rahasiakan. Di Jawa Barat ada, di Jawa Tengah serta Jawa Timur pun ada. Ada beberapa hal yang ingin saya informasikan. Berdasarkan laporan dari Badan Intelijen Ikhwanul Muslimin, ada tiga ribu sampai empat ribu orang dari laskar klenik itu yang sudah masuk Jakarta. Saya menyerukan kepada Polri supaya tidak segan-segan meminta bantuan kami. Tapi, kalau Polri dan TNI sudah tidak bisa menyelesaikannya, maka saya akan bertindak sendiri, tanpa berpikir tentang polisi dan TNI lagi.

Katanya, Anda pernah bertemu dengan Gus Dur?

Saya pernah bertemu dengan Abdurrahman Wahid. Saya dipanggil melalui comblangnya, Gus Wahid (K.H. Abdul Wahid Bisri), kalau tidak salah sekitar enam bulan yang lalu. Jadi, Gus Wahid ingin supaya namanya terangkat di mata Mr. Dur bahwa ia bisa menjinakkan orang yang liar terhadapnya. Karena itu, ia melakukan permainan yang ternyata ia salah hitung. Ia membawa saya untuk bertemu empat mata dengan Mr. Dur. Saya dibawa ke Jalan Irian No. 7, rumah H. Masnuh, tapi sebenarnya itu rumah Mr. Dur juga. Saya bilang waktu itu, apakah benar Gus Dur mau bertemu saya secara empat mata, sedangkan kami sama-sama tidak punya mata. Kan, berarti itu pertemuan empat kuping?

Jadi, waktu itu ia mau membikin semacam bargaining position. Ia akan memberikan Rp 1,5 miliar dengan catatan harus tutup mulut. Di matanya, saya orang liar yang perlu dijinakkan, dan Gus Wahid ini menepuk dadanya, merasa dirinya adalah comblang yang sukses. Saya yakin, kalau waktu itu berhasil mungkin Tolchah Hasan (Menteri Agama) akan disingkirkan, dan Gus Wahid akan menjadi menteri agama. "Bib, bantu saya!" kata Gus Wahid. Tapi, setelah pertemuan diadakan, besoknya hal itu saya bocorkan kepada pers. Saya tidak mau menunggu lama. Kalau saya membuka hal itu terlalu lama, berarti saya memang ada main, ya kan? Sejak kejadian itu, Gus Dur tidak mau berbicara dengan Gus Wahid. Ia merasa Gus Wahid telah membawa malapetaka.

Omong-omong, Anda berasal dari mana?

Saya dilahirkan di Ambon, Maluku, pada 28 Januari 1953. Tepatnya di Batu Gajah, di depan Gereja Advent. Menempuh pendidikan SD, SMP, dan SMA di sekolah Kristen di Ambon. Setelah selesai sekolah, saya belajar musik konser piano di Bandung, selama dua tahun. Saya belajar Beethoven, Mozart, Antonio, Bach, dan lain-lain. Ya, itu musik-musik yang saya mainkan. Setelah itu, saya belajar di Riyadh, Saudi Arabia, sampai S2. Saya mengambil teologi, jurusan ilmu perbandingan agama. Juga filsafat.

Kapan Anda selesai belajar di Riyadh?

Tahun 1982, dan bolak-balik ke sana tiap tahun. Saat musim panas, kadang-kadang kalau enggak dapat tiket, saya enggak pulang ke Indonesia. Jadi, saya berkeliling dunia.

Bagaimana gerakan Ikhwanul Muslimin bisa mempengaruhi perjuangan Anda?

Saya mulai banyak belajar dari guru Umar Abdulrahman, yang meledakkan Wallstreet Centre. Ia juga buta. Saya sering bersama-sama mereka. Setelah itu, saya pulang ke Indonesia dan berceramah di mana-mana. Saya sudah menolak asas tunggal waktu itu. Setahun kemudian, saya mulai ribut dengan L.B. Moerdani. Ia membuat skenario bahwa saya adalah otak peledakan candi Borobudur (1985). Padahal, semua orang tahu bahwa mana mungkin saya bisa membedakan antara bom dan dodol jenang. Itu impossible. Skenario Moerdani.

Lantas, mengapa Anda sekarang memusuhi Gus Dur?

Saya minta jangan sampai tidak ditulis karena ini pernyataan penting, yaitu sebab musabab saya mengeluarkan fatwa penggulingan Abdurrahman Wahid dan para kiai dari kelompok klenikisme, amplopisme, dan supranatural yang membodohi umat. Kita lihat, para kiai kelompok ini, pada zaman Soekarno pernah menyesatkan Bung Karno dengan memberikan gelar "Waliyul Amri" (lengkapnya Waliyul Amri Addaruriyu bis-Syauqah, artinya pemimpin umat di masa darurat yang wajib dipatuhi). Kiai-kiai semacam ini pulalah yang pertama kali mengakui Nasakom. Selanjutnya, kelompok itu juga yang menjadi kelompok pertama yang mengakui asas tunggal.

Kelompok inilah yang digiring oleh Alamsyah Ratuprawiranegara untuk melakukan "doa politik" terkenal waktu itu. Dan, kiai-kiai ini juga pernah dikumpulkan oleh habib-habib "omprengan" ke Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, untuk berdoa supaya Habibie menjadi presiden. Karena doa itu doa amplop, maka Habibie tidak jadi presiden, tapi justru Mr. Dur. Para kiai ini jugalah yang mengeluarkan fatwa bughat dan jihad yang keblinger itu. Jadi, ini semua pekerjaan kiai proyek. Ini pembodohan terhadap umat. Tujuan Ikhwanul Muslimin adalah pemberantasan kebodohan. Kami harus menumpasnya.

Tidak takut masuk penjara lagi?

Oh, sama sekali tidak. Sebab, penjara sudah menjadi peninggalan nenek moyang saya. Saya sudah 10 tahun dipenjara [dalam kasus peledakan Borobudur].

Kabarnya, Anda pernah dekat dengan Abdullah Sungkar?

Sama sekali tidak. Sebab, saya tidak sejalan dengan mereka. Mereka kan [kelompok] Negara Islam Indonesia (NII). Saya Ikhwanul Muslimin. Kami adalah suatu organisasi yang bergerak tidak di dalam sebuah sistem, tapi di luar sistem. Kenapa? Sebab, kami tidak ikut dalam perebutan kursi. Tidak menjanjikan apa-apa kepada pengikut saya kecuali kursi yang kelak ada di surga, bersama-sama Rasulullah Saw., jika mereka istikamah.

Bagaimana hubungan dengan Partai Keadilan, yang disebut-sebut dipengaruhi pemikiran Ikhwanul Muslimin?

Ya, saya beri contoh. Partai Keadilan itu kan berada di dalam sistem? Nurmahmudi Ismail, Presiden partai itu, begitu ia mendapat kursi menteri, maka keadilannya dibuang. Tinggal kursinya yang dipegang. Tapi, sekarang juga hilang. Itu salah satu contoh kalau kita bergerak dalam sebuah sistem. Karena itu saya lebih memilih bergerak di luar sistem. Sebab, kalau saya bergerak dalam sebuah sistem, dengan umat yang hampir berjumlah 11-an juta orang ini, maka apabila saya duduk di kursi mungkin saya akan berpikir jangan-jangan kursi saya itu mau diambil orang. Akhirnya, kebersihan hati tidak ada. Memang, Partai Keadilan itu memakai doktrin Ikhwan, tapi mereka tidak sampai kepada syariat moral. Walhasil, yang penting mereka itu sama tujuannya dengan kami, jadi mari bergandengan tangan.

Kalau nanti Gus Dur jatuh, apakah Anda mendukung Megawati menjadi presiden?

Justru sekarang saya serukan kepada Mbak Mega agar tidak terus berdiam diri. Sebab, dalam hal ini ia adalah juru selamat, yang bisa menyelamatkan bangsa dan negara.

Tapi, Megawati itu perempuan, apakah Anda tidak berkeberatan?

Sekarang kita tidak usah berbicara itu dulu. Penggulingan Abdurrahman Wahid lebih penting dari soal itu. Penggulingan Abdurrahman Wahid ini untuk menyelamatkan bangsa dan negara dari kehancuran. Saya akan memberikan dukungan sepenuhnya apabila Mbak Mega mau mengambil alih kekuasaan.

Apakah Anda sudah mengirimkan pesan dukungan kepadanya?

Ia tidak perlu tahu. Yang penting, saya akan mendukungnya asal ia mau mengambil alih kekuasaan dari Mr. Dur. Sebab, tidak ada yang bisa selain dia. Sekarang ini, yang punya kursi terbanyak kan Mega? Atau, kalau ia memang merasa kurang srek, ya bikin pemilu. Tapi, ambil dulu kekuasaan dari Mr. Dur.

Bila Mega jadi presiden, Anda yakin ia tidak akan menyakiti hati umat Islam?

Saya yakin karena Mega sudah banyak belajar. Bagaimana pun, ia punya kepintaran. Kita boleh yakin. Kita bisa melihat apa yang dikatakannya nanti. Mengenai penggulingan Abdurrahman Wahid ini, saya berprinsip lebih baik musuh yang kelihatan mata ketimbang musuh yang menggunting dalam lipatan. Abdurrahman Wahid ini menghancurkan Islam atas nama Islam.

Kabarnya, Anda punya hubungan baik dengan Fuad Bawazier dan Amien Rais?

Saya pernah duduk dengan Fuad Bawazier, Amien Rais, dan berbagai tokoh. Saya katakan kepada mereka, demi Allah, di dalam penggulingan Abdurrahman Wahid ini kita semua punya kepentingan. Kepentingan saya adalah Allah dan Islam. Kepentingan kalian adalah inamal a'malu binniyyat, tergantung niat masing-masing. Yang penting, bagi saya, musuhnya musuhku adalah temanku. Dan, di dalam politik, wallahi, sampai mati saya tidak akan pernah duduk di kursi-kursi itu. Saya omong begini bukan karena tidak punya kans untuk dapat kursi 99,9 persen. Kenapa saya tidak bilang 100 persen? Sebab, yang 1 persen itu kan insya Allah? Tapi, saya tinggalkan itu karena Allah. Kalau saya sudah duduk di kursi, maka saya akan menjadi seorang "kursiolog". Saya tahu, dalam politik tidak ada kawan yang abadi dan tidak ada lawan yang abadi, yang ada cuma kepentingan. Karena itu saya tidak berpolitik.


Copyright © 1999-2001  - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML pages designed and maintained by Alifuru67 * http://www.oocities.org/maluku67
Send your comments to alifuru67@egroups.com