|
|
Halmahera, Berdamai untuk Hadapi Provokator Setelah sekian lama hidup terkotak-kotak akibat pertikaian bernuansa SARA, warga muslim dan non muslim Kecamatan Tobelo-Halmahera Utara di Provinsi Maluku Utara, akhirnya sepakat untuk menghadapi siapa saja yang akan memprovokasi mereka. Pernyataan kesepakatan kedua kelompok, yang pernah bertikai di Halmahera, untuk menghadang setiap oknum yang ingin memprovokasi masyarakat baik muslim dan Kristen itu, disampaikan seorang tokoh muda Bernard Bitjara alias Benny Doro kepada Antara usai menghadiri upacara "Deklarasi Damai Muslim dan Kristen" Tobelo, Senin. Kedua kelompok yang berdamai itu juga menyatakan, setiap permasalahan yang terjadi di kalangan masyarakat jangan dibawa ke masalah agama. Benny Doro mengatakan, jika konflik yang terjadi di Maluku Utara itu adalah karena masalah agama, maka masyarakat pasti sudah saling membunuh dan membakar rumah dan tempat ibadah sejak ratusan tahun lalu bahkan lebih. Masalah yang terjadi di Tobelo, Galela, Kao, Malifut, Morotai, Jailolo, Loloda, Sahu dan Bacan maupun di Ternate dan Tidore, Kabupaten Halmahera Tengah itu, disebutnya sebagai lebih disebabkan oleh campur tangan pihak luar yang tidak menginginkan negara ini aman dan agama hanya dijadikan sebagai alat. Bernard Bitjara menyerukan perlunya warga mewaspadai provokasi dari pihak luar. Sebab, pecahnya pertikaian di Maluku Utara bukan karena keinginan masyarakat melainkan adanya provokator dari luar. Komitmen warga muslim dan Kristen kecamatan Tobelo di Halmahera Utara untuk hidup berdampingan secara damai tidak diragukan lagi. Namun, sebagai daerah rawan konflik, hasutan dari pihak luar patut diwaspadai. Berkaitan dengan provokasi pihak luar itu, Komandan Sektor Wilayah II Provinsi Maluku Utara Kolonel (Mar) Muhammad Alfan mengingatkan pihaknya tidak akan ragu menghadapi provokator yang mencoba mengganggu proses perdamaian di daerah yang menjadi kewenangannya itu. "Siapa pun, termasuk orang-orang di Jakarta jangan lagi memprovokasi, misalnya dengan memberi dukungan yang malah memecah-belah. Jangan macam-macam di sini, siapa pun akan saya hadapi," tegasnya. Situasi di Maluku Utara semakin tenang. Di daerah-daerah yang pernah berlangsung pertikaian hebat seperti di Tobelo, Galela, dan Malifut, yang terlihat hanya puing-puing sisa kerusuhan, kata Alfan. Sementara Gubernur Maluku Utara Muhyi Effendie yang juga Penguasa Darurat Sipil di daerah itu menegaskan, masih ada kelompok tertentu di Maluku Utara dan sekitarnya yang merasa dirugikan karena penghasilannya semakin berkurang saat situasi keamanan di provinsi Maluku Utara kondusif. "Semakin berkembangnya isu-isu negatif khususnya di Ternate, membuktikan bahwa masih ada sekelompok orang yang merasa dirugikan bila situasi kondusif," tegas Gubernur seusai menyaksikan Deklarasi Damai Muslim dan Kristen di Tobelo-Halmahera Utara. Menurut Gubernur, saat ini masih ada kelompok tertentu pada pasca konflik dan pemberlakuan darurat sipil sengaja melempar isu-isu yang cenderung miring agar terjadi konflik baru sehingga mereka bisa memperoleh keuntungan. Untuk itu, ia mengimbau masyarakat agar menahan diri, tidak terpancing dan terpengaruh oleh isu serta tetap melaksanakan aktivitas sebagaimana biasa, dan lebih percaya kepada aparat keamanan dan Pemda setempat. (*)
|