|
|
CRISIS CENTRE DIOCESE OF AMBOINA Ambon, March 25, 2001 THE SITUATION IN AMBON / MOLUCCAS Report no. 155 LETTER FROM MIRIAM ABDULAH TO CHRISTINA SAGAT C.S. Several Indonesian speaking readers of these Reports, asked us for the complete text in Indonesian of the letter from Miryam to Christina, of which we sent out a translated abbreviated edition in our latest report. So here it is, while apologizing to those who do not master Indonesian. Yth. Saudariku Christina Sagat, Sedih hatiku pada mendengar kenyataan bahwa dalam jaman modern seperti ini masih ada saja orang yang dipaksa dan diancam bukan saja untuk menyangkal agamanya tetapi juga untuk memeluk agama lain yang tidak diyakininya. Kesedihan hatiku semakin menjadi-jadi karena usaha paksa ini justru dilakukan oleh saudara-saudaraku umat Islam (baca: Laskar Jihad) terhadap saudara sebangsanya sendiri. Sebenarnya sudah lama aku mendengar issue ini, tetapi aku tidak mempercayainya karena kepalaku, sama seperti kepala banyak umat Islam lainnya, telah dipenuhi dengan indoktrinasi bahwa umat Kristen selalu melakukan Kristenisasi, sementara kami umat Islam tidak pernah melakukan Islamisasi. Kesalahan kami adalah bahwa kami selalu melihat umat Nasrani dalam kerangka sejarah yang lama seolah-olah umat Nasrani tidak pernah berubah dan tidak pernah menyadari akan kehidupan umat manusia yang semakin majemuk. Tetapi setelah issue Islamisasi dengan paksaan dan ancaman ini dibicarakan di parlemen Inggris, di senat Amerika Serikat, di UNO, di Australia, dan terutama setelah beberapa teman Muslimku meyakinkanku, barulah aku sadar bahwa proses Islamisasi dengan kekerasan dan ancaman bukan lagi suatu issue tetapi suatu fakta dan fakta ini sangat menyedihkan aku dan sebagian besar umat Islam lainnya. Kalau selama ini kami diam bukan berarti kami setuju, tetapi karena kami sedih dan malu, sehingga dalam kondisi itu kami tidak tahu apa yang harus kami katakan dan sampaikan kepada anda. Kami sungguh menyesal peristiwa ini telah terjadi dan telah me-nimpa anda, teman dan keluarga anda. Saudariku Christina, ketika menulis surat ini aku sendiri masih dilanda kebingungan akan sikap MUI terhadap peristiwa ini. Dalam hati aku selalu bertanya: mengapa MUI yang selalu vokal pada issue yang sering mereka angkat yaitu Kristenisasi, sekarang ini malah tidak bersuara sedikitpun terhadap fakta Islamisasi. Apakah penindasan terhadap hak asasi seseorang untuk bebas memeluk agama apapun merupakan hal yang terlalu kecil bagi mereka? Apakah usaha Islamisasi dengan paksaan dan dengan kekerasan, yang bagiku jelas melanggar kaidah agama Islam, merupakan hal yang terlalu remeh untuk mereka bicarakan? Terus terang aku tidak tahu jawabnya! Tetapi aku berharap dan berdoa agar MUI memiliki kerendahan hati untuk bersuara menyampaikan permohonan maaf kami umat Islam kepada anda dan teman-teman anda. Namun demikian saudariku Christina, sama seperti aku, anda tidak usah berharap terlalu banyak pada MUI, karenanya melalui surat ini aku, dan aku yakin banyak umat Islam Indonesia, ingin menyampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya atas ulah sebagian kecil dari kami yang memaksa kamu dan banyak teman dan saudaramu mengingkari agamamu itu. Terus terang, usaha pengIslaman paksa itu terjadi karena masih ada di antara kami yang berpikirkan utopis bahwa seandainya seluruh Indonesia ini menjadi Islam, maka Indonesia ini akan menjadi aman dan tenteram. Sebagian dari kami tidak belajar dari pengalaman negara Iran atau bahkan Afghanistan di mana yang terjadi bukannya kedamaian tetapi chaos dan kesewenang-wenangan. Kesalahan itu tentu saja bukan terletak pada Islam sebagai agama, tetapi pada interpretasi orang terhadap Islam, yang dalam keinginan dan nafsu berkuasanya menjadikan Islam sebagai kuda tunggangan. Padahal aku yakin sebagian umat Islam menyadari bahwa kehidupan yang damai dan tenang itu hanya terjadi bila kita mulai belajar menghargai perbedaan kita dan belajar saling mempercayai. Aku berharap dan berdoa agar saudari Christina tidak dikejar rasa bersalah dan berdosa oleh karena penyangkalan iman anda itu. Aku percaya Allah SWT yang kita percayai sebagai maha pengasih dan maha penyayang akan mengampuni pengingkaran yang terpaksa anda lakukan. Kesalahan toh bukan terletak pada anda yang dipaksa, tetapi kepada mereka yang memaksa dan mengancam hidup anda. Saya berharap anda tidak perlu membesar-besarkan kesalahan anda itu. Allah SWT yang maha pengasih dan maha penyayang itu masih memiliki cukup banyak stock pengampunan untuk anda. Saudariku Christina, aku juga ingin meyakinkan anda bahwa sebenarnya metode Islamisasi dengan kekerasan dan paksaan bukanlah metode yang dianut oleh sebagian besar umat Islam di manapun. Bagi kami metode paksaan dan ancaman itu bukan saja melanggar hak asasi manusia tetapi juga ia tidak Islami. Kami umat Islam percaya bahwa iman kepada Allah SWT seharusnya lahir dari kedalaman hati nurani seseorang dan hadir di dalam kegembiraan dan kesukacitaan. Keberimanan yang dipaksa bukan saja iman yang tumpul, tetapi juga iman yang opportunis. Mungkin anda telah mendengar bahwa berapa banyak mereka yang tiba-tiba meletakkan gelar Haji di depan namanya dan berapa banyak yang tiba-tiba menggunakan headscarf (kerudung kepala) dalam kesehariannya, tetapi pada saat yang sama menjadi biang keladi penderitaan rakyat Indonesia. Itulah yang saya maksudkan iman opportunis yang tidak muncul dari kedalaman hati nurani. Islam mengajarkan bahwa kami harus menghormati people of the books (umat yang mempunyai Kitab), terutama Nasrani dan Yahudi. Itu berarti agama kami mengakui bahwa pewahyuan Allah SWT itu bukan saja terjadi dalam sejarah agama Islam tetapi juga terjadi dalam sejarah pengalaman keberagamaan kaum Yahudi dan kaum Nasrani. Itulah sebabnya selama hidupnya nabi sangat toleran kepada kaum Yahudi dan Nasrani. Bagi kami, nabi Ibrahim bukan saja nabi milik umat Yahudi tetapi juga diakui sebagai milik umat Islam. Nabi Isa bukan saja nabi milik umat Nasrani tetapi juga milik kami umat Islam. Bahkan nabi Isa, yang saudari Christina panggil Yesus Kristus itu, mempunyai peran yang sangat sentral dalam kehidupan umat Islam. Kami, umat Islam, diajarkan bahwa pada jaman akhir nanti nabi Isa, terlepas dari adanya perbedaan pandangan antara Islam dan Nasrani tentang keilahian nabi Isa, akan menghakimi seluruh umat manusia apapun agamanya. Oleh karena alasan inilah maka kami umat Islam diperintah untuk menghormati baik umat maupun aga-ma Nasrani (dan Yahudi). Dengan de-mikian ada link yang sangat erat dalam tradisi pewahyuan Allah di dalam agama Yahudi, Nasrani dan Islam. Itulah sebabnya, dilihat dari sudut mana pun, umat Islam tidak seharusnya melakukan upaya pertobatan paksa dan ancaman terhadap umat Nasrani (maupun umat agama mana pun) untuk dijadikan Islam. Saya percaya bahwa surat permohonan maaf ini tidak akan cukup mengobati penderitaan yang telah anda alami, tetapi saya juga percaya pada kebesaran hati anda yang selalu siap mengampuni. Meski peristiwa itu sangat menyakitkan anda, ijinkanlah kami belajar melalui kesalahan dan kekhilafan yang telah kami perbuat. Saya berdoa agar anda selalu dikuatkan oleh Allah SWT dan semoga pertikaian dan permusuhan di Maluku dapat diselesaikan melalui ikatan persaudaraan dan perdamaian. Saudarimu, Miriam Abdulah C.J.Böhm MSc, Received via e-mail from : Crisis Centre Diocese of Amboina |