
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

HTML pages
designed &
maintained by
Alifuru67
Copyright ©
1999/2000 -
1364283024
& 1367286044
|
|
Ternate , Jumat, 20-04-2001 07:32:26
Konflik Maluku
Pengungsi Muslim dan Kristen Bersatu Kembali ke Halmahera
GATRA.com - Sedikitnya 40 ribu jiwa pengungsi korban pertikaian di Provinsi Maluku Utara,
baik Muslim maupun Kristen secara bertahap kembali ke daratan Pulau Halamhera, Morotai,
Bacan dan sekitarnya, setelah sekian lama hidup terkotak-kotak di pengungsian akibat konflik
bernuansa SARA itu. Mereka sudah rukun kembali.
"Kembalinya ribuan pengungsi Muslim dan Kristen ke daerah asalnya sebagian besar atas
spotanitas mereka sendiri dan sebagian difasilitasi oleh TNI/Polri dan Pemda setempat,"
ungkap Gubernur Maluku Utara Muhyi Effendie kepada ANTARA usai menghadiri pertemuan
warga Muslim Galela dan Kristen Tobelo, di Halmahera, Kamis.
Menurut Gubernur, pemulangan pengungsi Maluku Utara itu, menyusul semakin kondusifnya
situasi keamanan pada pasca konflik antarkelompok di daerah itu. Hampir setiap hari terjadi
pemulangan pengungsi sehingga saat ini diperkirakan kurang lebih 40 ribu jiwa sudah berada
di daerahnya masing-masing.
Jumlah itu, belum termasuk mereka yang kembali ke kecamatan Ibu dan Jailolo 18 April 2001
dan ditunggu tiba dengan KM Umsini 284 jiwa pengungsi transmigran asla Jawa Timur yang
akan kembali ke lokasi pemukimannya di Kecamatan Kao-Halmahera.
"Empat kecamatan di Kabupaten Maluku Utara, yang beberapa waktu lalu sepakat melakukan
rujuk damai yakni Jailolo, Sabu, Ibu, Loloda (Jesilo) kini sebagian besar telah berada di
desanya masing-masing.Tinggal kecamatan Loloda, yang masih menolak pengungsi Muslim,"
katanya, menjelaskan dalam minggu kedua kelompok itu akan dipertemukan TNI.
Warga empat kecamatan itu --masing-masing Jailolo, Sahu, Ibu, dan Loloda maupun di Tobelo
dan Galela Halmahera Utara-- seperti diakui para tokohnya, mengaku sudah jenuh dengan
pertikaian berlarut-larut, dan menginginkan kehidupan yang normal.
Gubernur Muhyi Effendie, yang juga Penguasa Darurat Sipil (PDS) itu, yang menyaksikan
langsung prosesi damai dua kelompok yang bertikai itu, Kamis (19/4), mengatakan peristiwa
tersebut sudah merupakan ke sekian kalinya sejak Maluku Utara terseret konflik antarwarga
yang bermula dari Ambon (Maluku), hampir dua tahun lalu itu.
"Ini mungkin hanya secuil harapan, tapi mudah-mudahan akan membawa daerah konflik
lainnya di Maluku melakukan hal serupa. Petemuan mereka dimulai dari orang per orang, dari
dalam keluarga dan lingkungan dengan difasilitasi TNI/Polri yang melaksanakan tugas
pemulihan keamanan di Provinsi Maluku Utara itu," tutur mantan staf Depdagri dan Otda itu.
Seorang tokoh muda dari Jailolo, Ronny Mulwere, mengatakan keinginan warga di daerahnya,
baik dari Kelompok Putih maupun Kelompok Merah, untuk berdamai sangat besar.
"Bahkan sejak pecah kerusuhan di Ambon, kami sudah melakukan rapat untuk mengantisipasi
agar pertikaian tidak meluas ke sini (Maluku Utara, red)," tukasnya.
Bagi kedua kelompok di empat kecamatan itu, perdamaian merupakan sesuatu yang tak bisa
ditawar-tawar karena semuanya menginginkan kehidupan damai dan penuh toleransi.
Pernyataan Ronny dibenarkan rekannya dari kelompok tokoh Muslim M Abdullah Taher. Apalagi
sejak dulu mereka hidup berdampingan secara damai.
Baik Ronny maupun Taher selanjutnya menggarisbawahi perlunya warga mewaspadai
provokasi dari pihak luar. Sebab, pecahnya pertikaian di Maluku Utara bukan karena keinginan
masyarakat, melainkan adanya provokator dari luar.
"Menurut saya, pertikaian di sini terjadi terutama karena tidak bijaknya aparat pemda. Mereka
membiarkan para pengungsi dari daerah-daerah yang terlebih dahulu terlibat konflik, masuk
ke wilayah Maluku Utara," ujar Taher.
Dia mengatakan komitmen warga kecamatan-kecamatan di Halmahera untuk hidup
berdampingan secara damai tidak diragukan lagi. Namun, sebagai daerah rawan konflik,
hasutan dari pihak luar patut diwaspadai.
Berkaitan dengan provokasi pihak luar itu, Komandan Sektor 2 Maluku Utara Kolonel (Mar)
Muhammad Alfan mengingatkan pihaknya tidak akan ragu menghadapi provokator yang
mencoba mengganggu proses perdamaian di daerah yang menjadi kewenangannya itu.
"Siapa pun, termasuk orang-orang di Jakarta jangan lagi memprovokasi, misalnya dengan
memberi dukungan yang malah memecah belah. Jangan macam-macam di sini, siapa pun
akan saya hadapi," tegasnya.(Ant).

Copyright © 1999-2001 - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML pages designed and maintained by Alifuru67 * http://www.oocities.org/maluku67
Send your comments to alifuru67@egroups.com
|