|
|
From: "Joshua Latupatti" <joshualatu@hotmail.com> IMAM PRASODJO SI "SOSIOLEGO" Salam Sejahtera! Saudara-saudara sebangsa, Setelah sukses dengan acara "duet badut" -nya bersama Andi Malarangeng, si Imam Prasodjo kembali menyuapi rakyat banyak dengan 'analisa sosialnya yang awut awutan'!!! Orang ini selalu rajin memperlihatkan wajah dan memperdengarkan suaranya pada setiap kerusuhan. Pikirnya, mumpung dia lagi 'laris' atau 'naik daun', maka segala masalah sosial harus dikomentarinya! Dulu si Imam Prasodjo berlagak menjadi ahli tentang masalah sosial di Kalimantan Barat, kemudian dia beraksi di Ambon/Maluku, lalu sekarang merajalela dengan 'analisa Sampit-Sempit-nya'!!! Namanya saja yang "doktor sosiologi", tetapi analisa sosialnya selalu "miring", dan "tidak kena sasaran"!!! Analisa-analisa si Imam Parsodjo "tidaK memberi jawaban terhadap pertanyaan, "mengapa?", tetapi selalu cenderung untuk "menunjuk ke siapa" (yang bersalah)!! Dibumbui dengan "fanatisme rendah" yang dimilikinya, maka situasi "mumpung lagi naik daun" ini digunakan untuk memuasi hasrat fanatismenya itu, sehingga ada saja yang menjadi kambing hitam!!! Oleh sebab itu, istilah "sosiolego" ini memiliki dua arti. Yang pertama adalah, "analisa sosial lego", dimana si Imam Prasodjo menciptakan teori "yang bersalah", lalu "melego"-nya kepada pihak yang tidak disenanginya! Yang kedua adalah singkatan dari "sosiolog bego", walaupun saya tahu bahwa analisa bego itu didorong oleh ketidak jujuran dan kemunafikan!! Ketika mengomentari masalah 'Ambon/Maluku' dan 'Sambas', si "sosiolego" ini menggeneralisasikan semua masalah pertikaian kepada akar "kecemburuan sosial"!!! Katanya, "penduduk asli di Ambon/Maluku dan Sambas, cemburu terhadap kemajuan ekonomi yang diperoleh penduduk pendatang"!!! Padahal di Ambon/ Maluku, baik penduduk asli maupun pendatang terdiri dari berbagai latar belakang agama!! Ada orang Bali (Hindu), Jawa (Islam dan Kristen), Sumatera (Islam dan Kristen), BBM ( Islam dan Kristen), Toraja (Kristen), dan warga asli Ambon/Maluku (Islam dan Kristen)!!! Sementara itu, "tidak ada" penjual tas kresek, peminta minta, gelandangan di emperan toko, yang berasal dari penduduk asli!!! Padahal, pergeseran komponen birokrasi, yang paling banyak berbau 'sentimen agama', yang tentunya berbuntut ke penganut agama dari berbagai suku di atas, tidak masuk di dalam analisa si "sisiolego" kita ini (ini hanya satu contoh)!! Orang ini sampai berulang ulang turun ke Ambon/Maluku, tetapi tidak pernah atau tidak mampu (atau tidak mau???) mengungkit kebenaran tentang akar pemasalahan Konflik Ambon/Maluku!!! Dia pura-pura tuli terhadap "khotbah Jumat" yang amat sering berisikan hal-hal tentang "kesalahan iman Kristen", yang diteriakkan secara terang terangan melalui pengeras-pengeras suara!!! Dia tidak mau mencatat fakta, bahwa "intimidasi terhadap warga Ambon/Maluku yang Kristen" sudah semakin gencar, yang nampak jelas pada tindakan bekas Gubernur Maluku "Akip Latuconsina", dengan "menurunkan lonceng Gereja Mangga Dua", dengan alasan mengganggu istirahatnya di pagi hari Minggu!!! Tindakan yg. menyinggung perasaan warga Kristen Ambon/Maluku ini dilakukan Akip Latuconsina, beberapa saat setelah dia resmi menjadi Gubernur Maluku!!! Si "sosiolego" ini lalu menggunakan alasan bego, "kecemburuan sosial" untuk mendiskreditkan warga Kristen Ambon/Maluku, sebagai pencetus atau pemrakarsa kerusuhan!!! Supaya "komoditi rekayasa Katepang" bisa punya tempat di dalam 'daftar penyebab kerusuhan', si "sosiolego" ini mencoba mengemukakan "teori geng" yang katanya mengaburkan pandangan terhadap "siapa sebenarnya pemimpinnya, naik agama, adat dan masyarakat sipil, padahal orang semua tahu, siapa Hasanussi, Malik Selang, Thamrin Ely, Pdt. Samy Titaley, Agus Wattimena, Dr. Alex Manuputty, Uskup Mandagi, Semy Waeleruny, …dll….dll ! Apakah setelah Mardika dan seisi desa Kristen Silale dibakar dan dijarah, warga Kristen Ambon/Maluku harus disalahkan karena tidak bersikap "pasrah saja pada nasib"??? Ketika memuaskan hasrat fanatisme rendahnya di Sambas, Kalimantan Barat, si "sosiolego", Imam Prasodjo, kembali mengobral analisa dungunya, "kecemburuan sosial"!!! Di sini, dia tidak bisa "memainkan alasan agama", sebab warga Melayu-Muslim ikut bersama warga Dayak yang sebagiannya Kristen!!! Lalu si "sosiolego" mulai menipu masyarakat dengan mambuat andai-andai yang tidak sesuai!!! Warga Madura - Sambas diumpamakan dengan 'orang Batak' yang kasar dan warga Melayu + Dayak diandaikan sebagai orang Jawa yang halus! Karena orang batak dan orang Jawa bisa akur, maka kebiasan orang Madura-Sambas yaitu membawa bawa 'clurit' kemana mereka pergi, haruslah dipahami oleh warga Melayu + Dayak!!! Si "sosiolego" ini pura-pura lupa pada kenyataan bahwa bukan "membawa clurit" yang menjadi persoalan, tetapi "apa yang dilakukan dengan clurit", selama bertahun tahun itulah pangkal segala bencana!!! Camat yang warga asli dibunuh karena menolak mengurus masalah tanah pada hari Minggu pagi, karena harus ke Gereja dan seorang abang warga asli dibunuh, karena melarang adik perempuannya berpacaran dengan pemuda asal Madura, adalah contoh kecil dari "apa yang dilakukan dengan clurit, selama bertahun tahun" itu!!! Sekarang, si "sosiolego" Imam Prasodjo ini sampai begitu emosi dengan "teori kelambatan petugas keamanan", di dalam masalah Sampit, Kalimantan Tengah, sehingga berteriak teriak dihadapan umum seperti orang kesetanan!!! Mengapa begitu??? Si "sosiolego" ini terpaksa harus kehilangan teori dungunya "kecemburuan sosial" itu!!! Kasus Sampit ini merupakan perulangan dari kasus Sambas, dengan setting yang sama, "penduduk asli lawan penduduk pendatang asal Madura"!!! Mengapa sasaran warga asli bukan pendatang asal Jawa, Bali, Sumatera, Sulawesi, Maulku atau Papua??? Mengapa warga asal Madura lagi??? Jangan-jangan si "sosiolego" nanti meramu teori baru yang diberi nama "kebiasaan"!!?? Saya kira tidak! Dia sedang 'kehabisan inspirasi'!!! Karena itu, dia lalu menyemprot liurnya ke Polri!!! Dengan berapi api, si "sosiolego" Imam Prasodjo lalu membual di depan umum bahwa 'peristiwa Sampit' ini terjadi karena "kelalian Polri"!! Artinya, 'masalah intimidasi clurit' (teorinya sendiri) tidak akan berbuntut kematian ratusan orang, kalau Polri lebih sigap!!! Pertanya yang timbul adalah, "sesigap-sigapnya Polri, sampai berapa lama Polri sanggup memadamkan api yang setiap harinya dikipasi dan dan disirami dengan bensin???" Bukankah 'keunggulan seorang sosiolog' terhadap masyarakat awam adalah "membaca dan mengungkap masalah-masalah sosial", yang berpotensial menimbulkan masalah baru seperti konflik Sampit ini??? Lalau mengapa bukan "penyakitnya" yang diagnosa, supaya bisa diobati, tetapi "apotik" yang disalahkan karena terlambat mengirim "penawar simptomnya"??? Si Imam Prasodjo ini "dokter sosial" atau "dukun santet"??? Perhatikan si "sosiolego" ini berubah menjadi "kopral dungu" dengan teori milter yang menggunakan pendekatan keamanan"!!! Bergaya "seorang orator demonstrasi", si "sosiolego" ini memekik "Bimantoro harus mengundurkan diri dari jabatan Kapolri, jika marasa dirinya tak mampu"!!! "Pengunduran diri ini supaya menjadi pelajaran bagi Kapolri-Kapolri mendatang, untuk diteruskan kepada Kapolda-Kapoldanya!!! Apakah si "sosiolego", Imam Prasodjo ini pernah "bercermin"??? Mungkin 'sudah pernah', tetapi "cerminnya dipecah"!!! Sesudah "gagal di Sambas", "gagal di Ambon/Maluku", dan "gagal lagi di Sampit", kapan si "sosiolego" - Imam Prasodjo ini "mundur", supaya "menjadi pelajaran bagi sosiolog-sosiolog berikutnya"??? Saya sudah kehilangan "ribuan" saudara sedarah daging, seiman, dan sePela-seGandong, dan saya "tidak" memperkecil arti kematian ratusan warga Sambas dan Sampit asal Madura!!! Saya juga "tidak" mempersalahkan "warga asal Madura" secara keseluruhan, sebab dimanapun, di dalam suku apapun, dan dengan latar belakang agama apapun, selalu ada orang baik dan orang jahat!!! Saya juga "tidak" membenar salahkan Polri di dalam menentukan ke kebijaksanaannya, tetapi saya ingin "mengatakan kepada masyarakat, siapa Imam Prasodjo sebenarnya"!!! Dengan demikian, pihak manapun juga, terutama masyarakat Indonesia, tidak perlu terpengaruh oleh sepak terjang si "sosiolego" ini, karena jika dia memang "orang terhormat", seperti bunyi pernyataannya terhadap Kapolri, dia sudah harus "mengundurkan diri", seperti bunyi ucapannya juga!!! Jadilah cerdas dan bijak, bangsaku, lalu jauhilah hasutan si Imam Prasodjo!!! Salam Sejahtera!!! JL. Received via email from: Alifuru67@egroups.com |