The Cross
Under the Cross

English
Indonesian
Search
Archives
Photos
Pattimura
Maps
Ambon Info
Help Ambon
Statistics
Links
References
Referral

HTML pages
designed &
maintained by
Alifuru67

Copyright ©
1999/2000 -
1364283024
& 1367286044


Ambon Island 

 

AMBON Berdarah On-Line
About Us

 

 

  Ambon Island

  Ambon City

 

 

   Latupatti

  Want to Help?

MASARIKU REPORT 16
Perkembangan Konflik Di Maluku

Situasi Ambon dan sekitarnya dalam beberapa minggu terakhir ini cenderung aman dan terkendali. Konsentarsi umat Kristen, khususnya Protestan sementara terfokus pada beberapa agenda penting yang mulai berlangsung dalam bulan ini. Diantaranya Kongres Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku yang akan berlangsung pada tanggal 18 s/d 22 Pebruari mendatang. Agenda penting berikutnya adalah pelaksanaan Sidang Sinode Gereja Protestan Maluku yang akan mulai berlangsung sejak tanggal 04 Maret 2001. Dua agenda ini memiliki nilai yang sangat strategis bagi perjalanan seluruh komunitas gereja ke depan. Baik secara politik, ekonomis, pendidikan, dan tentu saja secara teologis. Kepentingan strategis ini berkaitan dengan posisi keterpurukan serta malapetaka yang dialami GPM, sebagai yang terbesar sepanjang sejarah pembentukan dan kehadiran GPM di bumi Maluku. Karenanya menjelang berbagai persidangan ini berkembang tuntutan terhadap GPM untuk merevitalisasi peran dan fungsinya baik dalam interaksi internal, maupun eksternal. Tuntutan-tuntutan ini terasa mendasar, mengingat selama kurun waktu dua tahun kerusuhan, GPM diperhadapkan pada keharusan untuk melakukan lompatan-lompatan besar dalam kaitan dengan revitalisasi hubungannya dengan pemerintah, Muslim, ecumenical & international network, serta dirinya sendiri. Menyadari pentingnya beberapa agenda gerejawi yang akan berlangsung ini, maka dimintakan bantuan doa dari semua simpatisan GPM demi terselenggaranya beberaa persidangan dimaksud.

Perkembangan situasi konflik sendiri berada dalam suasana yang relatif tenang. Sekalipun demikian kerap kali masih terjadi hal-hal yang menimbulkan ketegangan dalam masyarakat. Dua hari yang lalu aparat keamanan baru membongkar tembok beton yang dibangun memalangi jalan raya antara Negeri Hatu dan Negeri Laha. Entah untuk kepentingan apa, tetapi pembangunan tembok melintasi jalan raya itu cukup menyulitkan masyarakat Negeri Alang dan Negeri Hatu yang berkeinginan untuk bepergian ke daerah Wayari dan Hatiwe Besar. Sementara itu kondisi di kota Ambon sendiri tak memperlihatkan adanya penonjolan-penonjolan situasi yang menegangkan. Sekalipun di malam hari kerap masih terdengar bunyi tembakan, maupun dentuman bunyi bom. Masyarakat sendiri rupanya sudah sangat terbiasa dengan situasi demikian, sehingga bisa tetap meneruskan tidurnya. Berbeda dengan kondisi fisik kota Ambon dan sekitarnya, perang opini masih terus terjadi melalui media masa. Penanggulangan kasus Wijaya II serta berbagai kasus lainnya terus memperoleh tempat pada ruang berbagai media. Hal ini semakin terpicu dengan tuntutan transparansi terhadap hasil kerja Tim Investigasi MABES TNI yang didatangkan dari Jakarta. Masariku Network Ambon memperoleh informasi tertutup bahwa kasus LETKOL Saragih rupanya mau diarahkan pada persoalan shabu-shabu semata. Karena itu pihak YON-GAB sedang berupaya untuk mengumpulkan berbagai data tambahan menyangkut interaksi Saragih selama ini dengan kelompok perusuh Muslim. Saragih yang pernah terlibat dalam kasus Ratu Ekstasy Zarima sebelum dimutasikan ke Ambon, sejak lama telah disinyalir terlibat mendukung para perusuh Muslim dalam berbagai kerusuhan di Maluku. Hal ini ditegaskan lewat penuturan Gubernur Maluku dalam suatu percakapan tertutup yang diinformasikan kepada team Masariku Ambon. Hal mana menurut gubernur telah disampaikan ke KAPOLDA, namun tak ditanggapi. Dalam kaitan ini Masariku Network Ambon memiliki suatu dokumentasi video, yang bisa dipakai untuk menyidik track record Saragih dalam kerusuhan Maluku. Video dimaksud adalah rekaman perjalanan KAPOLDA Maluku, BRIGJEN Firman Gani untuk meninjau Negeri Waai setelah dibakar perusuh. Dalam perjalanan pulang rombongan KAPODA mampir dan berdialog dengan laskar jihad di Negeri Tulehu. menariknya dalam dialog dengan para perusuh yang baru saja membumi hanguskan Negeri Wai tersebut, KAPOLDA didampingi oleh LETKOL Saragih. Percakapan yang terjadi menarik untuk disimak dan disidik, dalam upaya mencari korelasi Saragih dengan aktifitas para perusuh.

Dalam kaitan lain perkembangan kasus Wijaya II saat ini, telah semakin memperbesar ruang konflik diam antara KAPOLDA dengan Gubernur Maluku. Sikap KAPOLDA yang tak pasti terhadap kasus Wijaya II, meningkatkan kadar apriori masyarakat {terutama Kristen} terhadap mantan ajudan Habibi dan Try Sutrisno ini. Pandangan masyarakat didasari pula pada beberapa sikap yang inkonsisten dari KAPOLDA. Antara lain tidak jelasnya realisasi rencana rotasi anggota BRIMOB Polda Maluku, yang direncanakan berlangsung sejak Januari lalu. Berbagai informasi yang dikumpulkan Masariku Team, mengindikasikan bahwa terhadap rencana ini {yang sudah dipublikasi KAPOLDA lewat media}, anggota BRIMOB Polda Maluku yang beragama Muslim menolak dengan keras. Bahkan mengancam untuk desersi serta rela dipecat, bilamana rencana rotasi ke Sulawesi Utara itu direalisasi. Mencuatnya indikasi ini tidak mengherankan, mengingat keterlibatan anggota-anggota Brimob Muslim dalam banyak kasus penyerangan perusuh ke wilayah-wilayah Kristen. Masyarakat Kristen misalnya sangat mahfum siapa anggota-anggota seperti La Bola, Nixon La Ode Bio, Darwis, Ricky Pays {sudah tertangkap dalam penggerebekan di hotel Wijaya II}, serta banyak lagi nama lain yang begitu sering berhadapan dengan masyarakat dalam upaya-upaya penyerangan perusuh Muslim. Tentunya pengungkapan kenyataan ini tidak dimaksudkan untuk lalu menutup kenyataan keterlibatan aparat yang beragama Kristen, dalam mendukung upaya bertahan masyarakat Kristen. Apa yang terjadi melalui kasus Wijaya II merupakan bukti bahwa keterlibatan anggota-anggota POLDA Maluku yang beragama Muslim dalam mendukung pihak Muslim bukanlah suatu ilusi kristen, sebagaimana yang dipublikasikan pihak Muslim selama ini.

Soal lain yang menarik untuk disimak adalah posisi kasus Kesui-Teor serta berbagai daerah lainnya yang mengalami proses islamisasi paksa. Proses hukum terhadap berbagai kasus ini rupanya akan mengalami kemandekan, melihat mulai sepinya kasus-kasus ini dari publikasi media. Untuk saat ini Masariku Network Ambon sedang berupaya untuk merampungkan data-data islamisasi dari berbagai tempat di Maluku & Maluku Utara, untuk kepentingan advokasi oleh siapa saja yang mau berproses serius terhadap kasus tersebut. Dari beberapa tempat di Maluku Utara, terutama Pulau Bacan, telah diperoleh beberapa saksi mata maupun korban islamisasi paksa. Demikian pula saksi mata dari beberapa wilayah di Pulau Seram telah berhasil ditemui team Masariku. Proses selanjutnya tergantung bagaimana teman-teman yang concern terhadap kasus ini membantu untuk melakukan advokasi dengan pendekatan jaringan, guna menekan pemerintah Indonesia memproses dan menyelesaikan kasus ini secara serius dan cepat. Dalam hal ini kita tidak bisa menaruh banyak harapan terhadap dinamika tim-tim yang dibentuk pemerintah. Pihak kristen pada kenyataannya mengalami ketidak-adilan serta ketidak berimbangan, dalam upaya penyelesaian berbagai kasus selama ini. Untuk itu dibutuhkan suatu bentuk konsolidasi jaringan yang efektif dan sinergis untuk mengadvokasi kasus-kasus seperti ini pada tataran international.

Soal lain yang patut disimak adalah problem aneksasi wilayah pada daerah-daerah pesisir Pulau Seram {dan juga Buru}. Setelah mendominasi seluruh pesisir Seram Timur, kelompok perusuh lokal yang didukung laskar jihad saat ini berusaha untuk membersihkan seluruh pesisir Seram Utara dari komunitas Kristen. Posisi penguasaan pesisir telah terjadi pada wilayah-wilayah antara Kota Bula dan Kota Wahai. Informasi terakhir yang didapat Team Masariku Ambon dalam perjalanan evakuasi Dusun Hato Alang, memberi gambaran terjadinya penumpukan laskar jihad pada daerah-daerah sepanjang pesisir pantai utara Pulau Seram. Informasi yang diterima oleh anggota Yon 731 Kabaresi memberi gambaran sulitnya aparat melakukan penyisiran pada wilayah-wilayah di Utara Seram, mengingat terbatasnya jumlah personil. Di dalam keterbatasan personil serta faktor kesulitan tekhnis dalam upaya mobilisasi pasukan, maka laskar jihad lebih leluasa untuk melakukan infiltrasi dan penyerangan pada beberapa daerah lain di pesisir Seram Barat. Hal mana telah terjadi pada dusun Hato Alang.

Kondisi Pulau Buru tak jauh berbeda. Aneksasi wilayah yang sejak awal sudah diprediksikan akan berkaitan erat dengan political bargaining, ternyata menjadi kenyataan saat ini. Proses pembentukan dan rekruitmen anggota dewan tkt.II kabupaten Buru, tidak memberi satupun peluang bagi calon anggota legislatif yang beragama kristen. Sementara pada kenyataannya konsentrasi masyarakat Kristen di Pulau Buru cukup besar. Terutama pada daerah pesisir selatan serta wilayah-wilayah pegunungan. Kenyataan ini rupanya memicu tuntutan untuk melakukan pemekaran kabupaten di Maluku Tengah, yang antaranya membentuk kabupaten Seram Timur. Upaya yang telah dilakukan kelompok-kelompok tertentu sejak beberapa bulan lalu di Jakarta, sampai saat ini belum menampakan hasilnya. Namun paling tidak hal ini menjadi bukti untuk mengukur korelasi konflik dan aneksasi wilayah dengan posisi political & economic bargaining, terutama pada pulau-pulau yang memiliki prospek cerah bagi pengembangan ke depan.

Berita lain dalam kaitan dengan kondisi perekonomian di kota Ambon, adalah pembangunan pasar yang permanen di bekas area kebakaran di daerah Batu Gantung. Bila anda mengenal posisi geografis kota Ambon, terutama di daerah Batu Gantung, maka pada lokasi bekas kebakaran di samping sungai/kali Batu Gantung saat ini sementara dibangun sebuah pasar permanen oleh PEMDA KODYA Ambon. Pada areal tanah milik keluarga besar Latuputti yang berbatasan dengan asrama polisi perigi lima tersebut, dalam beberapa bulan mendatang dipastikan akan menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi baru. Terutama bagi pedagang-pedagang kecil, yang selama ini membentuk komunitas pasar kaget. Tentunya ini akan memberi kemudahan bagi masyarakat di daerah Batu Gantung dan sekitarnya dalam memperoleh akses pasar. Namun pada pihak lainnya akan semakin mempertegas terbentuknya wilayah-wilayah demarkasi berbasis agama di kota Ambon.

Demikian beberapa berita terakhir yang dihimpun Masariku Network Ambon.

Provided By Masariku Network


Received via email from: PJS

Copyright © 1999-2001  - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML pages designed and maintained by Alifuru67 * http://www.oocities.org/maluku67
Send your comments to alifuru67@egroups.com