|
|
Masariku Report 132 I. Gesekan dalam tubuh Kekuatan Islam Maluku: Ancaman atas Rekonsiliasi ? Semakin kondusifnya kondisi dan stabilitas keamanan di Ambon sebagai salah satu pusat pergolakan konflik di Maluku ternyata masih menyimpan keraguan setelah terjadinya gesekan antara 2 kekuatan muslim yakni antara kelompok garis keras dan kelompok moderat. Kelompok muslim garis keran yang berlokasi di kawasan Batumerah dan Galunggung (yang juga merupakan basis laskar jihad) sejauh ini memilih pendekatan konfrontatif terhadap kelompok Kristen di Ambon. Lain halnya dengan kelompok muslim moderat yang terlihat co-operatif dalam memelihara situasi damai maupun menjalin kerjasama terbatas dengan kelompok Kristen. Umumnya kelompok muslim moderat ini adalah warga muslim Ambon/maluku. Untuk kawasan pulau Ambon misalnya, kelompok moderat ini datang dari desa-desa Muslim di jasirah Leihitu sedangkan secara sporadis terlihat di pulau seram. Gesekan internal dalam kubu muslim di Ambon semakin nyata dengan adanya peristiwa penganiayaan atas dua tokoh muslim moderat Ambon yang juga punya andil dalam gerakan maupun situasi rekonsiliatif. Mereka adalah Sekretaris MUI Malik Selang dan Yusuf Eli. Protes atas Penganiayaan yang dilakukan tentunya oleh kelompok muslim militan, rupanya datang dari 13 desa Muslim di jasirah Leihitu. Ke-13 desa ini bahkan telah mempersiapkan kekuatan massa yang disebut brigade 13 desa muslim di Leihitu sebagai kekuatan pemukul kelompok muslim militan yang kental dengan laskar Jihad. Bahkan disebutkan bahwa brigade 13 desa ini sempat meminta izin dari beberapa desa Kristen di wilayah Baguala untuk bisa melintasi desa-desa tersebut dalam rangka penyerangan mereka ke wilayah galunggung yang adalah pusat kekuatan muslim militan. Berikutnya, terdengar juga kabar bahwa sebanyak 450 orang telah dipersiapkan sebagai pasukan berani mati utnuk melengkapi brigade ini. Gesekan lainnya yang sangat menguatirkan ialah adanya upaya kelompok muslim garis keras untuk merebut kepemimpinan MUI Maluku sebagai salah satu lembaga umat islam yang representatif di Maluku. Sejak dimutasikannya ketua MUI Maluku (H. Sanusi)yang juga adalah perwira Polda Aktif ke Maluku utara oleh Kapolda Firman Gani, posisi kepemimpinan MUI Maluku praktis dikendalikan oleh Malik Selang sebagai sekertaris. Debut Malik sebagi tokoh Muslim moderat yang pro rekonsiliasi semakin terlihat dalam sikap dan responsnya saat berlangsungnya sidang Sinode GPM baru-baru ini. Kehadiran dan respons Malik sebagai salah satu tokoh dan pemimpin Muslim Maluku dianggap memberikan suasana sejuk bagi perdamaian dan rekonsiliasi. Peran dan sikap Malik tentunya berseberangan dengan sikap kelompok garis keran. Tak heran bila Malik diincar dan dianiaya oleh kelompok ini di kemudian hari. Menariknya lagi, upaya mendongkel Malik dari kursi kepemimpinan MUI maluku justru difasilitasi oleh Kapolda Maluku Firman Gani yang tengah berkemas untuk mutasi ke Sulsel. Firman Gani adalah orang yang bertanggung jawab terhadap mutasi ketua MUI maluku yang juga adalah anak buahnya. Sepintas, mulanya terkesan bahwa tindakan mutasi yang dibuat Firman Gani memberi peluang kepada kepemimpinan Malik, namun rupanya kesan itu keliru. Justru setelah itu, Firman Gani mendeskreditkan Malik Selang dan bahkan pernah menyatakan Malik tidak cocok menjadi representatif umat Muslim di Ambon. Tindakan Firman Gani semakin menarik untuk dicermati dalam kaitan dengan sikap promosinya atas Moh. Atamimi yang dikenal sebagai tokoh muslim garis keras & pro laskar Jihad. Bila hal itu terjadi maka Moh. Atamimi merupakan calon pemimpin MUI yang sengaja ditempatkan untuk melanjutkan situasi konflik. Upaya pendongkelan ataupun penggeseran peran tokoh-tokoh muslim Ambon moderat terlihat semakin mendesak bukan hanya karena tertangkapnya panglima laskar Jihad semata namun juga karena menjalarnya semangat perdamaian dan rekonsiliasi antara warga Kristen dan Muslim di maluku. Paling tidak terpantau pada tanggal; 9 Mei 2001, adanya upaya rekonsiliasi adat 4 desa bersaudara yakni 3 desa Kristen dari p.p Lease (desa Kariu, Aboru dan desa Boi) dengan 1 desa Islam di pulau Seram, yakni desa Hualoi sebagai tuan rumah. Bahkan di kawasan pulau Seram, yakni di Amahai-Makariku-Haruru, beberapa jalan di daerah Kristen ini telah dibuka untuk dilewati oleh masyakarat muslim dari desa Ruta. Menariknya lagi, menurut tuturan masyarakat Muslim Ruta, sikap konfrontatif maupun agresif mereka sebelumnya disebabkan karena adanya tekanan laskar Jihad. Upaya pejegalan atas semangat perdamaian warga Maluku semakin terlihat pada hasil temuan team Komnas HAM di Maluku (KPPMM) dan team gereja atas penyerangan desa Wainaloth, sebuah desa Kristen di pulau Buru Selatan yang berlangsung baru-baru ini. Temuan kedua team ini merujuk pada keterlibatan aparat dari Yonif 623 dan laskar Jihad. Di kemudian hari, satuan ini digantikan oleh Yonif 731 Kabaresi. Hancurnya Desa Wainaloth, dengan demikian telah menyisahkan hanya 6 desa Kristen di sepanjang pesisir pulau Buru Selatan (sebelumnya telah terjadi pembersihan terhadap sejumlah desa Kristen dan orang Kristen dari pulau Buru Utara). II. Ketua FKM Dipindahkan ke Jakarta Atas perintah Kapolri, pada hari kamis 10 Mei 2001, ketua FKM Alex manuputty bersama Sekjen FKM Henky Manuhuttu dan pengacaranya telah diberangkatkan ke Jakarta untuk dimintai keterangannya melengkapi penyidikan yang dilakukan oleh Polda Maluku. III. Penyelidikan Mabes Polri atas Tindakan Laskar Jihad di Ambon Saat ini di Ambon telah ada sebuah team dari Mabes Polri yang beranggotakan 8 perwira dengan tugas menyelidiki kasus hukuman rajam oleh laskar Jihad. Keinginan Team Mabes untuk melakukan penggalian kembali kuburan korban hukuman rajam dalam rangka otopsi rupanya ditolak oleh sebagian masyakarat muslim di kawasan Gallungung. Pada akhirnya team ini hanya bisa melakukan temu bicara dengan para tokoh muslim di mesjid raya AL-fatah dan metode wawancara. IV. Kasus Pemaksaan Agama terabaikan Semakin lama semakin jelas bahwa PDS mengabaikan janjinya untuk menyikapi sejumlah laporan kasus pemaksaan agama yakni islamisasi terhadap sejumlah masyarakat Kristen. Saat pertemuan dengan Badan pekerja Sinode GPM beberapa waktu silam, Gubenur Maluku sebagai Penguasa darurat Sipil telah berjanji untuk mengirimkan team penyelidik ke wilayah-wilayah kasus islamisasi namun hingga kini tidak ada realisasi atas janji dan kasus tersebut. Masariku Network Received via email from: Masariku@yahoogroups.com |