The Cross
Under the Cross

English
Indonesian
Search
Archives
Photos
Pattimura
Maps
Ambon Info
Help Ambon
Statistics
Links
References
Referral

HTML pages
designed &
maintained by
Alifuru67

Copyright ©
1999/2000 -
1364283024
& 1367286044


Ambon Island 

 

AMBON Berdarah On-Line
About Us

 

 

  Ambon Island

  Ambon City

 

 

   Latupatti

  Want to Help?

MASARIKU REPORT 128
-Provided By Masariku Network-
16 Maret 2001

SIDANG SINODE XXXIV GEREJA PROTESTAN MALUKU selesai sudah. Perhelatan akbar GPM yang digelar sejak tanggal 04 Maret lalu, berakhir pukul 01.00 subuh 15 Maret 2001. Rencananya persidangan ini akan diakhiri pada tanggal 13 Maret lalu, namun karena alotnya pergumulan maka jadwal waktu harus berubah dan diperpanjang sampai subuh hari tadi. Persidangan ditutup melalui acara perjamuan kasih yang diikuti oleh seluruh peserta persidangan, setelah sebelumnya peserta persidangan menerima dengan bulat kepengurusan inti BPH Sinode GPM terpilih. Dengan suara aklamasi Pdt. IWJ Hendriks terpilih menjadi ketua Sinode GPM periode 2000-2005, menggantikan Pdt. Sammy Titaley yang telah habis masa baktinya. Posisi wakil ketua I. diduduki oleh Pdt. Leo Lohy {mantan wakil ketua periode sebelumnya}, sementara posisi wakil ketua II diduduki oleh Pdt. Hengky Leleury {mantan ketua klasis pulau Ambon}. Sementara itu posisi sekretaris umum ditempati oleh Pdt. Butje Mailoa. Komposisi BPH pada periode ini meningkat menjadi 9 orang, dibanding periode sebelumnya yang hanya diisi oleh 7 orang anggota. Direncanakan pelantikan BPH Sinode GPM terpilih akan dilangsungkan dalam ibadah Minggu di gedung Gereja Maranatha Ambon.

SITUASI KEAMANAN YANG SEMAKIN KONDUSIF terasa di kota Ambon dan sekitarnya. Sekalipun rencana pembukaan beberapa ruas jalan yang semestinya berlangsung sejak tanggal 01 Maret lalu tertunda, namun hal itu tidak mengurangi berkembangnya situasi keamanan yang semakin kondusif. Hal itu ditandai dengan ditemukannya aktifitas bersama antara dua kelompok bertikai pada beberapa lokasi di kota Ambon. Para pedagang kaset VCD dan asesoris yang beragama Muslim terlihat sehari-hari dengan leluasa keluar dari arah jalan soa bali di wilayah Pohon Puleh, dan dengan bebas menggelar dagangannya di depan PGSD yang sementara ini dipakai sebagai salah satu lokasi alternatif UNPATTI. Interkasi yang terjadi dengan ceria antara mereka dengan para mahasiswa, maupun dengan masyarakat Kristen disekitarnya menunjukan semakin besarnya harapan menuju perdamaian. Hal yang sama terjadi di seputaran tugu trikora, yang selama ini menjadi tempat transaksi antara para supir dan buruh pelabuhan dari kedua belah pihak. Bahkan menariknya sepanjang jalan raya trikora-urimessing, sering terlihat pengendara motor saling bertaruh memacu kecepatannya di sore hari, yang ternyata adalah para pemuda kristen dan Muslim. Seakan tak ada dendam yang terlihat dalam keceriaan mereka.

KELOMPOK BAKU BAE mulai melakukan kampanye terbuka di Ambon, setelah selama 9 bulan mereka cenderung bergerak tersembunyi. Dalam konferensi pers yang digelar di Ambon beberapa hari yang lalu, dengan jelas mereka menegaskan sudah saatnya mereka mengkampanyekan perjalanan bersamanya selama ini secara terbuka di Ambon, setelah selama sembilan bulan mereka berupaya membangun sikap dan suasana hati bersama demi tercapainya kristalisasi kebutuhan bersama akan perdamaian. Pilihan menutup diri selama sembilan bulan dari publik di Maluku, mengingat situasi yang sangat tidak kondusif untuk membicarakan berbagai hal yang berkaitan dengan upaya menuju rekonsiliasi. Bahkan dalam perjalanan selama 9 bulan ini, beberapa dari komunitas kecil ini harus menjadi korban dari upaya penghancuran kelompok-kelompok penganjur kekerasan. Bahkan salah seorang partisipan terbantai dalam perjalanannya untuk menyebarkan quesioner baku bae. Dalam percakapan dengan gubernur Maluku di ruang kerjanya, dengan gamblang kelompok ini menggambarkan seluruh perjalanannya selama 9 bulan, dan meminta kesediaan gubernur untuk mendukung upaya-upaya yang dilakukan. Dialog yang berlangsung sekitar 1.5 jam berakhir dengan beberapa kesepakatan, untuk menyikapi perkembangan situasi dari sudut pandang yang sama. Antara lain upaya penegakan hukum sebagai hal utama yang selama ini terabaikan. Pertemuan selanjutnya dilakukan keesokan harinya di ruang kerja KASDAM Pattimura, Kol. Syarifudin. Dalam percakapan bersama KASDAM menyambut, bahkan menyokong sepenuhnya upaya untuk membangun suatu zona netral di wilayah Nania, yang selanjutnya akan dipelihara oleh tim terpadu masyarakat kedua belah pihak bersama aparat yang bertugas di wilayah tersebut. Dalam percakapan KASDAM menginformasikan beberapa hal menarik, dalam kaitan dengan upaya mengatasi konflik. Antara lain disebutkan tiadanya surat perintah tindakan represif yang dikelurkan PDS, sebagai dasar pengambilan keputusan bagi KODAM dalam upaya mengatasi konflik. Padahal menurut KASDAM kalau saja oleh PDS mereka diperintahkan melakukan gebrakan di wilayah Galunggung dan Air Kuning, maka bukan tidak mungkin akan diperoleh puluhan pucuk senjata organik TNI-POLRI yang beredar di tangan masyarakat dan anggota-anggota yang desersi. Berkaitan dengan desersi, menurut KASDAM anggota-anggota POLDA Maluku yang desersi jauh lebih besar jumlahnya dibanding satu-dua anggota KODAM. Hal ini menimbulkan persoalan serius bagi upaya penanggulangan konflik. Apalagi sikap KAPOLDA yang tidak tegas terhadap anggota-anggotanya, ternyata turut memperumit upaya bersama penanggulangan konflik. Upaya tim Baku Bae untuk mengkonfrontir beberapa penjelasan dalam rangka kerjasama dengan KAPOLDA Maluku ternyata gagal, karena KAPOLDA sedang disibukan dengan beberapa kegiatan rutin. Rupanya gerakan tutup mulut KAPOLDA semenjak kasus WIJAYA II masih tetap dipertahankannya sampai saat ini.

KELOMPOK PENGANJUR KEKERASAN yang dikomandoi oleh laskar jihad ternyata masih saja memainkan upaya provokatornya, ditengah seluruh situasi yang semakin kodusif. Dengan dipimpin oleh Jafar Umar Thalib, kelompok ini melakukan latihan perang-perangan di reruntuhan negeri WAAI, yang di dalam versi mereka disebut WAAI SALAM. Dengan berlindung dibalik istilah ukuwah mujahidin, latihan perang-perangan ini berlangsung dengan diikuti oleh lebih kurang 700 orang. Melalui pidatonya dalam pelatihan ini, Jafar dengan jelas menegaskan pentingnya persatuan mujahidin, dalam upaya bersama untuk memerangi para kafir di Maluku, sampai saatnya umat Islam dapat beribadah di semua lokasi di Maluku. Pidato yang dipancarkan secara luas melalui siaran radio mujahidin station Ambon ini, secara sangat jelas menggambarkan upaya provokasi bagi kelangsungan perang antar sesama saudara masyarakat Maluku sendiri. Dalam kaitan ini semakin nyata posisi kepastian hukum terhadap figur seorang Jaffar Thalib, yang oleh KASDAM disebutkan memiliki backing yang cukup kuat. Hal yang sama juga terjadi pada diri RUSTAM KASTOR, yang oleh sebagian besar kelompok Muslim lokal menginginkan supaya ia segera ditangkap. Ini tentunya indikasi menarik untuk menyebutkan bahwa jaringan pendukung konflik pada tingkat elit di jakarta ternyata masih cukup kuat untuk tidak terjamah tangan-tangan hukum.

ADVOKASI KASUS KERUSUHAN MALUKU semakin melemah belakangan ini. Baik yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintahan, lembaga-lembaga kerakyatan, ataupun oleh berbagai LSM yang berproses selama ini. Dalam percakapan kelompok Baku Bae dengan Akbar Tanjung dan beberapa anggota dewan di gedung DPR RI satu minggu lalu, jelas terlihat bahwa para anggota dewanpun kehilangan orientasi dan bahkan antusiasme untuk menyikapi kasus Maluku. Sayuti Rahawarin misalnya selaku sekretaris Panja Maluku di DPR RI melemparkan kesalahan terhadap Badan Musyawarah serta Pemerintah, yang tak menanggapi rekomendasi PANJA MALUKU DPR RI. Bahkan Panja Maluku diinformasikan telah bubar, tanpa transparansi terhadap apa yang mereka kerjakan selama ini. Ironis memang, tapi dapat dimengerti bahwa kegilaan situasi politik belakangan ini tidak banyak memberi ruang untuk menampung aspirasi rakyat, ketimbang aspirasi dan kepentingan kelompok atau pribadi-pribadi tertentu. Paralel dengan ini, kelompok-kelompok LSM-pun seakan-akan lesu darah dalam kaitan dengan upaya advokasi hukum, politik, dan HAM di Maluku. Berbagai kelompok cenderung mencari posisi aman dengan berlindung dibalik bingkai humanitarian aid yang saling tumpang tindih satu dengan lainnya. Menariknya bahwa ditengah lesunya berbagai proses advokasi, gagasan class action rakyat Maluku kepada pemerintah Indonesia berkembang menjadi wacana percakapan menarik pada media koran lokal akhir-akhir ini. Gagasan yang muncul dari komunitas lokal di kota Ambon ini diharapkan dapat menggiring terbentuknya opini bersama, untuk memposisikan diri sebagai korban bersama dari suatu situasi manipulatif yang dilanggengkan oleh pemerintah.

Demikian beberapa berita yang dirangkum oleh Masariku Network Ambon

PROVIDED by MASARIKU NETWORK

Received via email from: Masariku@yahoogroups.com

Copyright © 1999-2001  - Ambon Berdarah On-Line * http://www.go.to/ambon
HTML pages designed and maintained by Alifuru67 * http://www.oocities.org/maluku67
Send your comments to alifuru67@egroups.com