|
|
MASARIKU REPORT 127 Situasi kota Ambon dan sekitarnya relatif semakin tenang dari hari ke hari. Dalam beberapa hari belakangan ini situasi yang kondusif tersebut semakin dipertegas dengan dibukanya barikade-barikade yang sehari-harinya terasa mempersempit badan jalan. Terutama yang terletak di depan pos-pos penjagaan aparat sepanjang jalan-jalan di dalam kota Ambon. Pada beberapa titik pertemuan antara kelompok masyarakat Muslim dan Kristen, terlihat interaksi ekonomis berjalan lancar. Di depan markas PHB seputaran tugu Pattimura misalnya, setiap pagi terlihat berlangsungnya transaksi ikan mentah antara para ibu papalele Kristen, dengan penjual ikan dari Muslim. Demikian pula di seputaran tugu trikora setiap hari bisa terlihat pertemuan menarik antara para supir truk beserta para buruh Kristen dan Muslim. Biasanya para supir beragama Muslim membongkar dan membawa barang dari pelabuhan, dan kemudian diserahkan kepada para supir dan buruh bergama Kristen di seputaran tugu trikora, untuk dibawa memasuki daerah kristen. Begitu pula sebaliknya. Cara yang sama juga berlangsung pada titik pertemuan para supir di wilayah perbatasan antara Galala-Tantui-Galunggung. Di bidang pendidikan tempat pertemuan mahasiswa Kristen dan Muslim biasanya terjadi pada lokasi kuliah bersama di kantor Gubernur, atau di PGSD depan Rumah Sakit Tentara {dulunya lokasi SPG}. Biasanya mahasiswa Muslim keluar dari arah jalan Soa Bali dan kemudian berjalan kaki menuju PGSD. Perkuliahan berlangsung secara wajar, tanpa terlihat adanya tanda-tanda perselisihan. Kondisi ini terasa semakin menyejukan dengan hadirnya beberapa delegasi MUI dan ORMAS Islam sebagai peninjau yang diundang menghadiri Kongres & MPP Angkatan Muda Gereja Protestan Maluku yang baru saja selesai. Interaksi lainnya yang menarik terjadi antara para relawan PMI yang direkrut dari para pemuda kedua pihak. Dengan bebas misalnya para relawan PMI Muslim bisa memasuki Hotel Mutiara atau bahkan halaman Gereja Maranatha, yang selama ini dikenal sebagai basis Kristen yang utama di kota Ambon. Bertolak dari situasi yang semakin kondusif ini, maka direncanakan pada tanggal 01 besok jalur-jalur jalan akan dibuka kembali. Memang belum ada penetapan resmi PDS tentang jalur-jalur jalan yang akan dibuka, tetapi setidaknya ini memberikan indikasi semakin kondusifnya situasi kota Ambon. Sayangnya....... Sikap Kapolda Maluku juga semakin tidak jelas beberapa waktu belakangan ini. Ia yang biasanya sangat dinamis terkesan menjadi sangat tertutup terhadap berbagai kalangan, terutama pers. Ironisnya sikap kapolda dalam wawancara di TV swasta SCTV beberapa hari yang lalu, dengan sangat jelas turut mempertajam ketegangan yang mulai mengendap belakangan ini. KAPOLDA antara lain menegaskan belum perlunya warga desa Poka - Rumahtiga & Waai kembali ke negeri asalnya, karena tanah-tanah kediaman mereka masih merupakan tanah sengketa. Berdasarkan pernyataan ini Raja Negeri Rumahtiga telah berusaha menemui KAPOLDA untuk menyampaikan sikap protesnya. Sikap ini juga dengan segera mengkondisikan posisi kontra produktif terhadap upaya pembangunan kembali kampus UNPATTI, serta tuntutan masyarakat Poka-Rumahtiga untuk segera dikembalikan ke lokasi asal mereka. Rupa-rupanya sikap inkonsistensi KAPOLDA berkaitan dengan kasus Wijaya II yang begitu sangat memojokan dirinya, dan yang sampai saat ini masih dalam taraf penyidikan. Dalam kaitan ini kami baru saja menerima informasi dari sumber masariku di POLDA Maluku, tentang pemojokan yang dilakukan Letkol Saragih terhadap KAPOLDA Maluku, dalam pemeriksaan yang bersangkutan di Jakarta berkaitan dengan tertangkapnya dia dalam kasus Wijaya II. Jelasnya sebagaimana yang diinformasikan, bahwa dalam pemeriksaan, Saragih melemparkan kesalahan kepada KAPOLDA Maluku, sebagai pihak yang memberi order dan harus turut bertanggung jawab dalam kasus Wijaya II. Hal ini semakin jelas bila kita menyimak rekaman video perjalanan KAPOLDA Maluku Brigjen Firman Gani bersama Letkol Saragih ke komunitas laskar jihad di Tulehu yang baru saja membumi hanguskan negeri Waai. Dalam kesempatan percakapan dengan laskar jihad, jelas terlihat bagaimana Kapolda memberi ruang bagi laskar jihad untuk selalu berhubungan selalu dengan Saragih. Berbeda dengan posisi Kapolda yang dengan sendirinya telah terpojok melalui kasus Wijaya II, maka upaya mendiskreditkan PANGDAM terus menerus dilakukan oleh pihak Muslim. Tekanan mereka secara jelas dialamatkan kepada YONGAB, SGI, dan PANGDAM Pattimura. Entah berkaitan atau tidak, namun pada tanggal 24 Pebruari yang lalu Satuan Gabungan Intel {SGI} telah meninggalkan Maluku, karena ditarik kembali ke induk pasukannya. Dalam kaitan ini PANGDAM dengan tegas menekankan bahwa YONGAB tidak akan ditarik dari Maluku, karena dianggap efektif dalam upaya meredam kalangsungan konflik. Kita masih terus mengikuti dengan cermat kelangsungan kasus ini. Namun sebagaimana biasanya masyarakat cenderung pesimis terhadap upaya penegakan hukum yang akan diambil, berkaitan dengan kasus-kasus seperti ini. PENGEMBANGAN JALAN ALTERNATIF DAN Persiapan Sidang Sinode GPM ternyata tak dipengaruhi oleh beberapa situasi yang berkembang, sebagaimana digambarkan di atas. Persiapan agenda sidang saat ini tengah digodok melalui persidangan Badan Pekerja Lengkap sinode GPM yang berlangsung di negeri Kilang sejak 24 s/d 26 Pebruari. Pilihan lokasi negeri Kilang dimungkinkan dengan dibukanya jalan tembus antara negeri Passo dan negeri Soya. Jalan alternatif yang sebagiannya sudah mulai diaspal ini melalui beberapa negeri di pegunungan, antara lain Hutumuri, Rutong, Leahari, Hukurila, Naku, Kilang, Soya. Dalam kondisi jalan yang baru setengahnya diaspal ini, ongkos transport Passo-Ambon memang terasa memberatkan. Diharapkan bila keseluruhan ruas jalan sudah diaspal, maka masyarakat dapat dengan mudah dan murah akan memilih jalur alternatif ini, bilamana situasi teluk Ambon tidak memungkinkan untuk dilewati. Sehubungan dengan itu, maka saat ini juga tengah dikerjakan pengaspalan jalan alternatif yang menghubungan daerah Kudamati-Gunung Nona-Siwang-Seri. dengan demikian bila ruas jalan di daerah pohon mangga tetap tertutup, maka masyarakat bisa memilih jalur alternatif yang menghubungkan kota Ambon dengan negeri-negeri di Nusaniwe. Kondisi Pulau Seram masih tetap saja menyimpan berbagai misteri, berkaitan dengan kondisi ribuan jiwa yang mengalami proses islamisasi paksa. Saat mengirim berita ini, kami baru saja menerima invormasi via telpon dari teman-teman masariku network ambon, yang sejak Sabtu lalu pergi ke beberapa wilayah di Pulau Seram. Salah satu informasi yang disampaikan memberi gambaran betapa ironisnya kondisi pengungsi kristen di wilayah penampungan pengungsi desa Makariki. Tubuh para pengungsi yang kurus-pucat kekurangan gizi. Anak-anak balita yang ditidurkan di kolam-kolam ikan yang telah kering airnya. Tanda tangan pada blanko-blanko kosong bantuan dinas sosial, yang tak kunjung tiba. Dijadikannya pengungsi sebagai objek data bagi manipulasi dana dan bantuan yang tak pernah terlihat rupanya. Serta berbagai kondisi lainnya yang sementara dihimpun teamwork masariku ambon, sepanjang perjalanan antara Soahuku-Amahai-Masohi-Waipo-Makariki-Waipia. Masariku team bahkan berulangkali harus menerima bentakan dan caci maki para pengungsi, yang memprotes berbagai macam team pengambil data, dan yang ternyata tak pernah kembali lagi dengan bantuan yang dijanjikan. Tegasnya penderitaan para pengungsi telah diobjekan dan dimanipulasi berbagai kelompok. Dalam perjalanan tersebut masariku team ternyata berjumpa dengan beberapa pengungsi asal desa Liliama di kecamatan Werinama, yang menceritakan bagaimana proses Islamisasi paksa yang ternyata terjadi juga di desa Liliama. Ironisnya dengan gamblang mereka menceritakan keterlibatan anggota-anggota Yon 611 dalam proses penggiringan, penekanan, serta mekanisme pelaksanaan islamisasi paksa di desa Liliama. Lebih kurang 80 orang menurut mereka yang telah beralih agama menjadi Muslim. Sementara mereka yang berhasil meloloskan diri melalui pegunungan, sebagiannya saat ini menetap di wilayah penampungan pengungsi di Makariki dan sekitarnya. Dalam perjalanan yang sama masariku team juga berhasil memperoleh beberapa data confidential tentang situasi konflik di beberapa wilayah di pulau Seram, yang disusun oleh anggota intel kodim maluku tengah, dan yang telah dimasukan sebagai bahan kajian di kodim maluku tengah. Gambaran data ini cukup menarik, karena juga mengungkapkan terjadinya beberapa kasus keterlibatan militer dalam upaya-upaya aneksasi wilayah di pulau Seram. Masariku team masih akan berada disana sampai dengan hari Sabtu mendatang, untuk mengcover secara rinci beberapa hal khusus berkaitan dengan situasi yang berkembang. Sekaligus mematangkan rencana masariku team untuk lebih jauh lagi menjelajahi wilayah-wilayah pedalaman Pulau Seram yang selama ini belum pernah terekspose, berkaitan dengan proses aneksasi wilayah dan peralihan agama secara paksa. Demikian beberapa informasi terakhir yang dihimpun Masariku Network Ambon Provided By Masariku Network
|