|
|
Surya, 23/5/2001
Ambon: Ketegangan kembali terjadi Selasa (22/5) sore, pukul 13.10 wit di Halong Atas dan Hatiwe Kecil, Kecamatan Sirimau, Kodya Ambon, menyusul terjadinya rentetan tembakan dari kelompok orang tak diketahui, mengakibatkan warga panik dan berlarian mencari wilayah aman. Beberapa penduduk Halong Atas mengatakan, rentetan tembakan itu dilepaskan oleh kelompok oknum yang diduga berasal dari arah Kebun Cengkeh. Aparat keamanan di Desa Galala dan Hatiwe Kecil didukung dengan pasukan Marinir, sampai berita ini disiarkan masih terus berupaya menghalau kelompok perusuh tersebut dengan maksud menghindarkan terjadinya korban serta mengendalikan situasi keamanan. Baik Gubernur Maluku selaku Penguasa Darurat Sipil Daerah (PDSD), Dr Ir Saleh Latuconsina dan Kapolda Brigjen Pol Edi Darnadi belum bisa ditemui untuk konfirmasi situasi. Gubernur Latuconsina baru saja tiba dari Jakarta, sementara Kapolda Edi Darnadi masih memimpin pertemuan dengan pimpinan umat beragama se Maluku di Ambon. Hingga sekitar pukul 16.00 wit, Selasa sore ini, rentetan tembakan dan bom masih terdengar di kawasan Halong Atas dan Hatiwe Kecil.
Atribut TNI "Saya akan minta PDSD untuk membuat suatu ketentuan yang melarang masyarakat menggunakan seragam dan atribut lain milik TNI/Polri, apalagi dalam situasi konflik," katanya kemarin. Pernyataan itu dikeluarkan Pangdam menyusul terjadinya aksi penyerangan sekelompok orang tidak dikenal yang menyamar dengan menggunakan "loreng" yang dilengkapi senjata organik dan sangkur di Mardika, Soya Kecil, dan Karang Panjang, Kecamatan Sirimau, Minggu (20/5) malam hingga Senin (21/5) dinihari, mengakibatkan sembilan orang tewas, 17 luka-luka, dan belasan rumah penduduk terbakar. Pangdam pun membantah aksi penyerangan itu dilakukan aparat keamanan, mengingat saat insiden ia langsung memerintahkan apel bagi semua personil TNI yang bertugas maupun yang tidak bertugas, guna mencegah ada yang bertindak di luar kendali. "Saya yakin masyarakat yang menjadi korban pun tahu bahwa bukan TNI yang berbuat begitu. Guna memastikannya TNI sedang mempelajari dan menyelidiki motif penyerangan itu," ucapnya. Pangdam mengaku, telah berbicara dengan Asintel Kodam maupun Komandan Sektor I Ambon untuk meningkatkan kegiatan sweeping dengan melibatkan Pomdam dengan sasaran menyita barang-barang milik TNI/Polri yang berada di tangan masyarakat. Ditegaskannya, barang-barang milik TNI/Polri tidak selayaknya digunakan masyarakat sipil, apalagi saat konflik maupun menggunakannya untuk melakukan penyerangan terhadap salah satu kelompok. Hal ini pun dimaksudkan guna membedakan masyarakat sipil dengan aparat TNI/Polri, mengingat modus operasinya telah berubah dari penyerangan massa ke arah individual maupun penyusupan.(aro/ant)
|