Warta Kota, Jumat, 7 April 2006 |
|
Playboy Nekat Terbit |
|
MESKI dibayangi ancaman demonstrasi, majalah khusus pria dewasa, Playboy edisi Indonesia, terbit hari ini, Jumat (7/4). Bahkan majalah ini akan dijual di tempat umum. | |
Hanya saja, terbitan perdana Playboy memakai pengaman sampul tersegel dengan kemasan iklan telepon seluler. Maksudnya, supaya orang yang tidak masuk segmen usia pembacanya tidak bisa mengintip isi majalah itu. "Kita lebih fokus ke hal yang subtantif, bukan yang sifatnya spekulatif seperti masalah demo itu. Sekarang kami menghadirkan majalah ini ke publik dan memperkenalkannya. Biar publik bisa menilai esensinya bagaimana," kata Erwin Arnanda selaku publisher director kepada Warta Kota di Hotel Ambhara, Jakarta, Kamis (6/4). |
Dicetak 100.000 Eks Harganya Rp 39.000 ![]() |
Untuk edisi perdananya, Velvet Silver Media selaku penerbit majalah Playboy edisi Indonesia mencetak 100.000 eksemplar. Majalah yang berlogo kepala kelinqi berdasi Itu akan dijual juga di tempat umum, seperti majalah lainnya. Harga jual dipatok Rp 39.000 (Jawa) dan Rp 40.000 (luar Jawa). Tampil sebagai cover perdana adalah artis Andhara Early (26). "Pemilihan siapa yang menjadi cover, apa isi majalah ini, ditentukan dari hasil rapat redaksi. Ada kriteria tertentu yang memang harus dipenuhi," kata Erwin lagi. Yang perlu menjadi catatan, majalah yang rencana penerbitannya sempat ramai diributkan itu tidak menampilkan foto perempuan telanjang. Foto cover Andhara, misalnya, hanya sebatas dada. Di cover yang didominasi warna merah muda itu, Andhara berpose sedang memegang bola lampu berlogo kelinci berdasi di depan dadanya. |
|
Di bagian dalam, juga tidak terdapat unsur telanjang. Di rubrik wawancara dengan Andhara, ditampilkan lima foto Andhara yang memakai baju seksi seperti kemben, hotpants, dan lingerie berbahan jaring. Rubrik Playmates, kalau di luar negeri menampilkan pose telanjang, tapi di Indonesia tidak. Playmates yang ditampilkan di edisi perdana ini adalah model bernama Kartika Oktavini Gunawan. Kartika pun difoto setengah badan. Uniknya, di bagian biodata malah ditampilkan foto-foto Kartika saat masih bocah dan saat remaja. "Sudah kesepakatan bahwa Playboy Indonesia tidak akan menampilkan foto telanjang. Syarat ini sudah disetujui ketika kami mengajukan lisensi. Kalau seal foto tidak telanjang tapi seksi, itu juga ada batasannya," jelas Erwin. |
![]() |
Jadi, tambah Erwin, tidak benar kalau Velvet Silver Media pernah mencari perempuan yang bersedia difoto telanjang untuk masuk rubrik Playmates. Undangan kasting Playmates yang sempat beredar di internet bukan resmi dari pihaknya. "Itu bukan kita yang buat. Tidak penting juga diusut siapa yang menyebarkan e-mail itu. Tapi, memang karena e-mail itu, kita diprotes habis-habisan sebelum terbit," tambah Erwin. Artikel berbobot Tanpa model telanjang, Playboy mengunggulkan artikel berbobot. Pembaca yang dituju adalah pria berusia 25-40 tahun dengan kelas ekonomi AB. Mereka akan disuguhi aneka artikel tentang gaya hidup, artikel berbau ekonomi, sosial politik, dan budaya. Gaya bahasa yang dipakai pun tidak berbau main-main, melainkan gaya bahasa serius. Di edisi perdana misalnya, mereka menampilkan artikel tentang makro-ekonomi, global warming, dan membahas persaingan perdagangan otomotif. Lalu di rubrik Interview ditampilkan sastrawan Pramudya Ananta Toer, dan di rubrik 20Q tampil Jamie Aditya. Dan yang unik, di rubrik Pictures, ditampilkan foto-foto karya Toto Santiko Budi yang menampilkan anak-anak korban kekerasan dalam rumah tangga. "Kami menerapkan jurnalisme tingkat tinggi di sini. Tulisan yang ditampilkan yang berbobot dan punya aktualitas. Tidak akan ada artikel ringan seperti misalnya tip seks atau tanya jawab masalah seksual," jelas Erwin. "Rubrik-rubrik yang ada mengikuti Playboy asli. Artikel Interview, 20Q, dan Pictures adalah rubrik unggulan. Di versi luar negeri pun rubrik itu adalah unggulan. Untuk Indonesia, kita bisa juga mengambil artikel dari luar negeri dan artikel dari sini bisa saja dimuat di luar negeri," lanjutnya. Playboy diterbitkan pertama kali di Amerika Serikat tahun 1953. Hugh Hefner, pendiri majalah yang sudah diterbitkan di 22 negara ini, berhasil mengangkat nama majalahnya sebagai bacaan bergengsi untuk pria dewasa. Di versi asli, Playboy selalu menampilkan model cantik berpose panas bahkan telanjang. Saking bergengsinya majalah ini, banyak artis bersedia berpose bugil untuknya dan bahkan banyak model yang merintis kariernya dengan berpose di majalah itu. (sra) |
|