Seputar Indonesia, Rabu, 8 November 2006

Kami Tersisih Bukan karena Sakit,
tetapi Kami Minoritas  

Kelompok lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) di Banyumas sudah lama ada. Namun baru tahun ini, LGBT di Banyumas sepakat membentuk wadah bernama Arus Pelangi Banyumas. Wadah itu dikukuhkan kemarin malam di DD Diskotek Tirta Kembar Purwokerto.

ANGGOTANYA memang belum banyak. Arus Pelangi Banyumas kini menaungi 100 orang LGBT. Jumlah tersebut baru sebagian kecil dari kelompok LGBT di Banyumas, karena pada dasarnya jumlah LGBT di Banyumas, khususnya di Purwokerto sangat banyak. Hanya saja mereka belum bersedia bergabung di wadah ini. Anggotanya berasal dari berbagai latar belakang. Mulai dari buruh bangunan, pegawai negeri sipil (PNS), mahasiswa. dan juga dosen," tutur Kordinator Arus Pelangi Banyumas Andi Purwanto.

Meski demikian, kaum LGBT Banyumas tidak berkecil hati dengan jumlah yang masih minim itu. Minimal jika dibanding dengan kota besar seperti Jakarta dan Bandung. Andi mengatakan, LGBT Banyumas jumlahnya lebih banyak dibanding Surabaya. "Ya, jumlahnya masih kalah dengan Jakarta atau Bandung. Tetapi LGBT Banyumas lebih banyak dibanding anggota LGBT Surabaya," ungkapnya. Namun, LGBT Banyumas mencatat sejarah tersendiri. Pasalnya, LGBT Banyumas, dua bulan sebelum dikukuhkan, terpilih sebagai tuan rumah perkemahan khusus LGBT. Perkemahan di alam terbuka yang digelar di Bumi Perkemahan Kendalisada Kaliori. Kab Banyumas, ini adalah yang terbesar dan pertama di Asia. "Inilah catatan sejarah kami," kata Andi.

Sementara menurut Direktur Arus Pelaugi Pusat Jakarta Rido Triawan, yang hadir dalam pengukuhan LGBT Banyumas, lembaga legal yang dibentuk pada 15 Januari 2006 itu tidak hanya beranggotakan kaum LGBT. Sebanyak 30% anggota Arus Pelangi merupakan kaum heteroseksual. "Komunitas ini mewadahi siapa saja yang memiliki perhatian pada dunia LGBT, utamanya saat ini perjuangan untuk memperoleh hak-hak dasar LGBT," ujarnya.

Khusus di Banyumas, Rido mengaku salut dengan perkembangan LGBT Banyumas. Bahkan, dia juga mengaku salut kepada penegakan hokum untuk penanganan kasus yang menimpa kaum LGBT, Polres Banyumas juga dianggap paling proaktif. "Pengakuan ini disampaikan sendiri oleh Menteri Hukum dan HAM Hamid Awaluddin. Kebetulan selama empat bulan terakhir kami aktif berhubungan terkait isu perlindungan hukum bagi LGBT di daerah-daerah," katanya.

Sejumlah LGBT di Banyumas sudah secara terbuka menyatakan identitas seksualnya kepada lingkungannya. Namun sebagian lain belum. Menurut Rido, sebagai kelompok minoritas dibanding kaum heteroseksual, LGBT masih sering dianggap sebagai fenomena penyakit jiwa dan cacat mental. Padahal psikologi sudah mengeluarkan LGBT dari kelompok penyakit jiwa sejak tahun 1974 dan sekarang semakin terbukti bahwa jika seseorang menjadi LGBT, pengaruh lingkungan itu sangat minim," katanya. (ridwan anshori)

back