Mitra Bangsa, Edisi 24 Tahun 2, Desember 2006 |
|
Yohanes Reza, Finalis Miss Waria 2005 |
|
Janganlah Halangi Kami Bertemu Tuhan.. |
|
Teriknya matahari memancarkan sinar yang cenderung mengancam setiap mahkluk yang "menantangnya". Mitra Bangsa mengayunkan langkah menuju ke Lembaga Bantuan Hukum bernama "Arus Pelangi" di Jl Purwodadi-Menteng. Karena sudah janjian untuk bertemu di tempat itu, seorang pria transgender/ waria sudah menanti kedatangan MB. Kedatangan MB langsung disambut hangat oleh waria berkulit hitam berparas cantik dan memiliki tubuh gemulai. Waria ini bernama Ienes Angela. | |
![]() |
Nama asli Ienes Angela adalah, Yohanes Reza, anak kedua dari enam bersaudara. Pria ini dilahirkan di Mempawah - Kalimantan dari keluarga seorang pelaut. Yohanes kecil dibesarkan dengan didikan ala rhiliter dari orang tuanya. Pekerjaan ayahnya yang seorang pelaut menyebabkan ia sangat jarang bertemu dengan sang ayah. Akibatnya Yohanes kehilangan figur seorang bapak. Masa kecil Yohanes sangat dekat dengan dunia kaum wanita. Pergaulannya dengan para wanita dan permainannya juga akrab dengan mainan wanita. Beranjak remaja memasuki bangku SMA, Yohanes mulai merasakan sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Saat itu Yohanes mulai menemukan cinta pertama dengan teman pria sekelasnya. Meskipun "pria cantik" ini belum mengerti mengapa ia bisa jatuh cinta kepada sesama jenis namun Yohanes dapat merasakan kebahagiaan penuh saat bersama dengan teman pria yang disukainya itu. Pelajaran yang paling disukainya di bangku SMA adalah pelajaran renang karena dengan demikian pria gemulai ini dapat leluasa melihat lekuk tubuh teman-teman prianya. |
Perkenalan Yohanes dengan dunia kaum waria dimulai saat ia masih di bangku SMA kelas 3. Saat itu ia diajak untuk bekerja di salon tantenya di Mempawah. Melalui dunia salon ini Yohanes bertemu dengan para waria yang bekerja di salon. Setelah lulus SMA Yohanes pindah bekerja di salon tantenya yang baru di BSD - Jakarta. Di Jakartalah pria berkulit hitam manis ini mulai berani berpenampilan cantik dengan dandanan yang menor dan suntikan hormon wanita untuk membuat tampil layaknya wanita. Yohanes Reza lalu berganti nama baru yaitu Ienes Angela. Saat ini Ienes bekerja sebagai aktivis Arus Pelangi di divisi pendidikan untuk memperjuangkan hak-hak kaum waria yang sering mendapat perlakuan tidak adil dalam masyarakat. Ienes juga bekerja sebagai administrasi keuangan di Yayasan Srikandi Sejati, sebuah yayasah kaum waria yang memperjuangkan pencegahan HIV AIDS. Menurut pria berambut panjang dan ikal ini, tujuan hidupnya adalah untuk menjadi orang baik dalam arti berpenampilan yang sopan dan berprestasi sebanyak-banyaknya. Dengan demikian harapan Ienes supaya masyarakat dapat melihat ia dan kaumnya sebagai seorang manusia dan bukan melihat dari perbedaan fisik atau orientasi seks. Prestasi yang pernah diraih Ienes pada tahun 2003 sebagai Juara III Miss "Waria se-Jawa Barat", tahun 2004 juara Umum "Ratu Kebaya Waria" se-Jakarta dan tahun 2005 masuk sebagai finalis Miss Waria se-Indonesia. Pengalaman yang pahit dan terjadi berulang-ulang dan dialaminya dari wilayah gereja. Dia merasakan perlakuan gereja yang menolak kehadiran dirinya, meski hanya untuk untuk beribadah. Hal ini membuat Ienes menjadi enggan pergi ke gereja. Menurutnya gereja tidak bersikap eksklusif dengan menolak keberadaan kaumnya karena merupakan fakta dan tidak bisa dipungkiri yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Menurutnya, apabila gereja selalu bersikap menolak kehadiran kaumnya untuk beribadah, hal ini bisa mendorong kaumnya bertambah jahat. Menurut Ienes, Tuhan datang untuk orang berdosa. Karena itu pria cantik ini berharap gereja bersedia menerima kehadiran kaumnya. "Janganlah tolak kami untuk beribadah dan bertemu dengan Tuhan. Penghakiman janganlah dari pihak gereja karena penghakiman dari Tuhan," ungkap Ienes. Jadi menurut Ienes, perkara hidup waria kepada Tuhan. Ienes berharap satu hari apabila ia dipanggil Tuhan Yang Maha Esa, ia tidak akan pernah menyalahkan siapapun juga karena pilihannya untuk menjadi waria merupakan pilihannya sendiri. Hanya saja, kelak dia ingin dikuburkan layaknya sebagai seorang pria. (Zipora Shirley) |
|