Kompas,Minggu,25 feb 2007 > PSIKOLOGI |
Biseksual atau Homoseksual |
Sawitri Supardi Sadarjoen, Psikolog
"Ibu, saat-saat terakhir menjelang kelulusan saya di sekolah dasar, saya mengalami kejadian luar biasa yang hingga saat ini pun masih terbayang. Saya benar-benar terkesan dan sampai saat sekarang pun penghayatan perasaan yang timbul saat kejadian tersebut masih hidup dalam diri dan benak saya..." Demikian L (laki-laki, 31). Selanjutnya L mengatakan, sebenarnya dia mengalami kesulitan menceritakan pengalaman tersebut yang selama ini dia simpan sendiri. Saat ini, dia merasa dirinya harus mau membuka pengalaman ini dengan harapan dapat mencari solusi dari kebingungan yang selama ini ia pendam sebagai rahasia pribadi. "Saya adalah anak laki-laki satu-satunya dari lima bersaudara perempuan. Saya mewarisi karakteristik fisik ayah saya, yang tinggi besar, sehingga saat di sekolah dasar pun, saya murid yang paling besar tubuhnya." "Saat itu salah satu saudara jauh laki-laki dari pihak Ayah yang tinggal di luar kota datang menginap beberapa hari di rumah orangtua saya. Pada suatu sore, saudara jauh itu memasuki kamar saya dan memeluk saya, serta dengan berbagai cara melecehkan tubuh saya, yang membuat saya terangsang secara erotis. Benar-benar pengalaman itu sangat mengesankan dan saya tidak pernah bisa melupakan." "Memang saya tidak lagi pernah ketemu dengan saudara saya tersebut, tetapi sejak itu saya sering melamunkan dia, membayangkan apa yang sudah dia lakukan, dan biasanya lamunan akan dirinya membuat saya onani dan berakhir dengan ejakulasi. Sejak itu pula saya menyadari ketertarikan erotis-seksual saya lebih tertuju pada jenis kelamin yang sama, walaupun saya juga masih memiliki ketertarikan pada jenis kelamin yang lain." "Pada usia 24 tahun saya sempat berpacaran dengan perempuan, tetapi berakhir setelah sekitar enam bulan. Selama berpacaran, kami sering bertengkar dan kalau saya coba mengingatnya kembali pertengkaran hampir selalu saya yang mengawali dari ntdsalahnya sering tidak terlampau prinsip. Contohnya, saya mengeluhkan penampilannya, pilihan pakaiannya, cara dia menata rambutnya yang tentu saja membuatnya sangat jengkel dan akhirnya memutuskan hubungan." "Yang saya herankan, putus hubungan pacaran tidak membuat saya sedih, bahkan lega, karena tidak perlu lagi apel malam Minggu atau menjemputnya dari kuliah. Walaupun saya tidak lagi berpacaran dengan perempuan, tetapi saya juga tidak pernah berpacaran dengan sesama jenis. Yang saya sadari saat ini adalah berdekatan dengan teman laki-laki sering membuat saya mengalami stimulasi erotis. Untuk disebut sebagai gay, rasanya saya tidak pernah terlibat hubungan khusus dan serius dengan sesama jenis, tetapi saya juga agak sulit terstimulasi erotis-seksual oleh kedekatan fisik dengan jenis kelamin lain. Saya bingung, Bu." Demikian lanjutnya. AnalisisPakar psikoanalisa, Sigmund Freud, mengatakan, penyimpangan perkembangan psikoseksual bisa disebabkan tiga faktor:
Pada L, rupanya pelecehan saudara jauh dari pihak ayah merupakan kecelakaan (accident) yang berakibat intens karena pada usia sekitar 12 tahun, seorang anak laki-laki berada dalam masa pertumbuhan fisik yang menyertakan perkembangan dan pematangan fungsi seksual. Saat itu, sebagai anak tanggung, L mengalami kerentanan terhadap rangsangan erotis ka, rena L berada dalam masa percepatan perkembangan fisik Saat itu stimulasi erotismenya pun mulai disadari. Pelecehan yang dilakukan saudara jauhnya tersebut menjadi "peristiwa kecelakaan" yang menyadarkan L bahwa kenikinatan stimulasi erotis merupakan pengalaman pertama yang membuat L merasakan kenikmatan erotisme yang juga intens dan luar biasa sifatnya. Biseksual adalah kondisi tertentu yang membuat seseorang mampu menikmati stimulasi erotis-seksual, baik dari pasangan sejenis maupun lain jenis. Pada L, karena pengalaman erotisme pertama diperoleh dari pasangan sejenis, maka posisi stimulan sejenis menjadi lebih besar perannya daripada posisi stimulan lawan jenis. Kecuali itu, hal spesifik dari kaum biseksual adalah daya kritik terhadap ketidaksempurnaan penampilan pacar lawan jenis atau perilaku pacar lawan jenis yang dirasa kurang "pas" bisa menjadi pemicu awal pertengkaran. Jadi, dapat dipahami jika usia pacaran pun menjadi relatif singkat. Bagi L, ternyata putus dengan pacar lawan jenis pun tidak terlalu berarti. Malahan justru melegakan dirinya. Sekarang timbul pertanyaan, apakah L benar-benar biseksual atau homoseksual? Guna memperoleh kejelasan posisi orientasi erotis-seksual L, L rupanya harus menjalani rangkaian penilaian psikologis serta eksploratif anamnesa, terutama dengan pendekatan psikoanalisis. Alternatif diagnosa bagi L adalah biseksual fakultatif, biseksual murni, atau homoseksual laten. Apa pun hasil diagnosa, kejelasan posisi orientasi erotis-seksual akan lebih membuat L tidak dilanda permasalahan ketidakjelasan orientasi erotis-seksual yang membingungkan dirinya. Kejelasan tentang orientasi erotis-seksual bagi L diharapkan membuat L tahu dengan jelas apa yang terbaik bagi dirinya. |