Indo Pos, Kamis, 7 Juni 2007 |
Dukung Yulianus Jadi Anggota Komnas HAM |
Belasan Waria Datangi Komisi III |
JAKARTA - Belasan waria, kemarin, mendatangi Komisi III DPR RI. Para waria yang terlihat "cantik-cantik" itu ternyata mendampingi rekannya, Yulianus Rettoblaut, yang sedang menyerahkan berkas calon anggota Komnas HAM ke Sekretariat Komisi III, Gedung DPR, Senayan. Maklum saja, Yulianus yang berstatus waria itu memang menjadi salah satu kandidat kuat di antara 43 calon anggota Komnas HAM periode 2007-2012. Komisi III sendiri akan mulai menggelar fit and proper test (uji kelayakan) secara maraton, mulai 11-14 Juni mendatang. "Kami harap Komisi III tidak terbentur oleh stigma dan opini publik yang terus mendiskreditkan dan mendiskriminasikan kelompok waria," kata Ketua LSM Arus Pelangi, Rido Triawan, yang juga ikut mendampingi rombongan para waria. Menurut dia, semangat untuk melindungi HAM kelompok rentan dan marginal yang telah ditunjukkan panitia seleksi awal harus terus dijaga Komisi III. Dia meminta Komisi III yang akan segera melakukan uji kelayakan tidak bersikap skeptis, parsial, dan subjektif hanya gara-gara Yulianus adalah seorang waria. "Asas keadilan, kesetaraan gender, dan penghargaan terhadap perbedaan orientasi seksual harus terus dijunjung tinggi," katanya. Dia lantas mengingatkan pasal 28H ayat 2 UUD 1945 yang menegaskan bahwa setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan. UU 39/1999 tentang HAM, tambah Rido, juga mengaturnya. Dalam pasal 5 ayat 3 disebutkan bahwa kelompok yang termasuk dalam kelompok masyarakat rentan harus dilebihkan pemenuhan haknya oleh pemerintah. "Makanya, kami berharap Komisi III tetap bisa objektif dalam uji kelayakan nanti," katanya. Munculnya Yulianus sebagai calon anggota Komnas HAM, lanjut Rido, telah membawa optimisme atas upaya pemenuhan dan perlindungan HAM bagi seluruh kelompok marginal di Indonesia. Yulianus sendiri mengaku sangat senang bisa mendapat kesempatan untuk maju sebagai calon anggota Komnas HAM. Apalagi dirinya merupakan wakil dari komunitas marginal, yaitu waria. Hanya saja, dia terkadang merasa cemas dengan proses uji kelayakan yang akan segera dijalaninya. "Sesekali ketakukan itu tetap ada, karena saya biasa hidup dalam stigma kelompok saya tidak berguna," ujarnya. Selain menyerahkan berkas pencalonan, dia juga menyerahkan 250 lembar dukungan dari masyarakat umum, LSM dan komunitas waria. "Mereka semua sangat mendukung saya," katanya. Sementara itu anggota Komisi III Arbab Paproeka SH menilai waria adalah suatu yang nyata dalam keseharian kita. Acap kali mereka membentuk komunitas sendiri, akan tetapi hukum hanya menggolongkan kelamin manusia pada lelaki dan perempuan. 'Tapi di belahan bumi lain, kehadiran mereka diakui status hukumnya, namun kesadaran hidup dan budaya bangsa Indonesia belum sampai pada tahap itu," katanya. Karena itu, tambah Arbab, posisi kelompok ini dalam jabatan-jabatan publik, apalagi pejabat negara, acapkali belum bisa diterima oleh masyarakat. "Terkecuali kalau kita hendak menafikan posisi ke-waria-annya dan menganggapnya sebagai 'pria' sebagaimana yang lain," katanya. (pri/rir) |