Seorang waria bernama Ely diduga tewas setelah dilempar oleh petugas Tramtib DKI Jakarta ke Kali Ciliwung, saat operasi penertiban pada November 2007.
Peristiwa itu diungkapkan Ketua Divisi Advokasi Arus Pelangi, Fredy K Simanungkalit saat menggelar aksi unjuk rasa di Balaikota, Jalan Merdeka Selatan, Jakpus, kemarin. Dalam aksi tersebut, para waria menuntut Pemprov DKI bertanggungjawab atas kematian Ely.
"Kami mendesak Pemprov DKI bertanggungjawab, dan meminta maaf kepada waria atas kesalahannya. Kami berharap aparat tramtib berjanji, tidak lagi melakukan kekerasan dalam operasi penertiban," kata Fredy.
Menurut Fredy, Ely merupakan korban salah tangkap dalam razia yang dilakukan Tramtib DKI pada 17 November 2007. Waria itu bukanlah pekerja seks komersial (PSK) namun warga Jalan Kramat Raya itu, berprofesi sebagai pengrajin tata rias pengantin.
Fredy mengungkapkan, pada malam itu, Ely sedang menemui teman-temanya di Taman Lawang, guna melakukan persiapan menyambut hari waria sedunia pada tanggal 20 November.
Naas bagi Ely, pada malam itu, aparat tramtib menggelar razia. Karena tak biasa menghadapi operasi penertiban, Ely tak lihai kabur seperti teman-temannya yang lain. Waria itu pasrah dibekuk aparat tramtib.
Menurut versi Fredy, Ely sempat dianiaya sebelum diceburkan ke kali Ciliwung, di samping Taman Lawang. Karena tidak bisa berenang, waria ini akhirnya tewas tenggelam. "Kami punya saksi-saksi yang melihat kejadian itu, dan mereka siap dimintai keterangan," tandasnya.
Fredy mengatakan, akibat tewasnya Ely, kini nasib anak asuh dan sanggar pengantin yang dikelola Ely terbengkalai.
Saat ditanya apakah sudah mengadukan kasus itu ke polisi, Fredy mengaku setiap upaya mengajukan kasus ini ke jalur hukum selalu terhalang pihak keluarga Ely yang keberatan masalah ini diperkarakan.
"Tetapi kali ini, kami ingin kematian Ely diungkap. Kami berharap polisi berinisiatif mengusut kasus ini secara tuntas," ungkapnya.
Fredy mengaku sudah bertemu dengan perwakilan dari Pemprov DKI dari asisten Kesejahteraan Masyarakat. Namun pihak Pemprov DKI baru sebatas menampung aspirasi para waria.
"Kami akan menunggu selama dua minggu, jika tuntutan kami tidak ada responnya, kami akan mengambil langkah-langkah selanjutnya," imbuhnya.
Tramtib: Dia Nyemplung Sendiri
Sementara itu, Kepala Dinas Tramtib Hariyanto Badjoeri membantah anak buahnya menyeburkan Ely ke kali hingga tewas. "Saat itu kita tidak dalam posisi mengejar. Begitu melihat kita, mereka (waria-red) langsung lari kencang. Tiba-tiba dia (Ely red) nyemplung ke kali, tapi nggak bisa berenang," ujar Haryanto.
Haryanto menegaskan, pihaknya tidak membenci para waria.
Namun dia mengingatkan agar para waria tidak mejeng sembarangan, karena hal itu melanggar Perda 8 tahun 2007 tentang ketertiban umum. "Kalau mau bersolek, boleh saja. Tapi tidak harus memenuhi Taman Lawang dengan menjajakan seks. Itu dilarang," tegasnya.
Saat ditanya soal aksi kekerasan yang dilakukan anak buahnya, Haryanto menjelaskan, kemungkinan hal itu terjadi karena waria melakukan perlawanan saat penertiban.
"Kadang-kadang mereka melakukan perlawanan. Belum lama ini dua orang anggota saya hancur mukanya karena dikeroyok waria. Ini sering terjadi karena secara fisik mereka itu laki-laki. Bahkan di kawasan Taman Lawang pernah juga anak buah saya kena balok di bagian kaki," ungkapnya.
SRF |