WANITA ISLAM DIBANDINGKAN DENGAN WANITA DALAM TRADISI YAHUDI KRISTEN

Dr Sherif Abdel Azeem


Alih Bahasa Oleh: H.W. Pienandoro SH


3. WARISAN HAWA

Gambaran Hawa sebagai penggoda di dalam Injil telah mengakibatkan dampak negatif yang luar biasa bagi wanita sepanjang tradisi Yahudi Kristen. Seluruh wanita diyakini telah mewarisi dari ibunya, Hawa dalam Injil, baik kesalahannya maupun tipu dayanya. Akibatnya, semua mereka tidak patut dipercaya, secara moral mereka lebih rendah, dan jahat. Menstruasi, kehamilan, dan melahirkan anak dianggap sebagai hukuman yang setimpal atas kesalahan abadi dari jenis wanita yang terkutuk. Untuk dapat mengerti betapa negatif akibat dari Hawa dalam Injil terhadap semua wanita keturunannya, kita harus melihat pada tulisan beberapa orang Yahudi dan Kristen yang sangat penting sepanjang sejarah. Marilah kita mulai dengan Perjanjian Lama dan melihat cuplikan dari apa yang disebut "Wisdom Literature" ("Literatur Kebijakan") di mana di dalamnya kita temukan:

  • "Wanita sebagai jerat yang hatinya sebagai perangkap dan yang tangannya sebagai rantai, saya pikir lebih parah daripada kematian. Orang laki-laki yang menyenangkan Tuhannya akan menghindarkan diri daripadanya, tetapi si pendosa dia akan dijeratnya… sementara saya mencari tetapi tidak menemukannya, saya temukan satu orang laki-laki yang lurus di antara seribu orang tetapi tidak seorangpun wanita lurus ada di antara mereka semua." (Ecclesiastes 7 : 26 – 28).

Dalam bagian lain dari literatur Yahudi yang dijumpai dalam Injil orang Katolik, kita baca:

  • "Tiada kejahatan yang tidak datang dekat dengan kejahatan wanita…. Dosa dimulai dengan wanita dan berterima kasihlah kepadanya bahwa kita semua harus mati." (Ecclesiastes 25 : 19, 24).

Pendeta-pendeta Yahudi mencatat sembilan kutukan bagi wanita sebagai akibat kejatuhan (dari sorga);

  • "Bagi wanita DIA memberikan sembilan kutukan dan kematian: beban darah menstruasi dan darah perawan; beban kehamilan, beban melahirkan anak; beban mengasuh anak; kepala ditutup seperti halnya orang yang sedang berkabung; dia melobangi cupingnya persis seperti budak tetap atau budak wanita yang melayani tuannya; dia tidak dipercaya sebagai saksi; dan sesudah semuanya – kematian." ( 2 Leonard J. Swidler, Women in Judaism: the Status of Women in Formative Judaism (Metuchen, N.J: Scarecrow Press, 1976) p. 115).

Hingga hari ini orang laki-laki Yahudi Ortodoks dalam do’a pagi setiap harinya mengucapkan:

  • "Berkatlah bagi Tuhan, Raja dari jagad raya bahwa ENGKAU telah tidak menjadikan aku seorang wanita."

Sebaliknya para wanita bersyukur pada Tuhan setiap pagi untuk:

  • "telah membuat aku sesuai dengan kehendakMU."( 3 Thena Kendath, "Memories of an Orthodox youth" in Susannah Heschel, ed. On being a Jewish Feminist (New York: Schocken Books, 1983), pp. 96-97).

Do’a lain yang ditemukan dalam buku-buku do’a Yahudi:

  • "Puji syukur bagi Tuhan yang telah tidak menjadikan aku seorang kafir. Terpujilah Tuhan yang telah tidak menjadikan aku seorang wanita. Terpujilah Tuhan yang telah tidak menjadikan aku seorang bodoh (ignoramus)." ( 4 Swidler, op. cit., pp. 80-81)

Hawa dalam Injil berperan jauh lebih besar dalam agama Kristen daripada dalam Judaisme. Dosanya menjadi sangat penting bagi keseluruhan iman Kristen, karena konsep Kristen tentang alasan untuk misi dari Jesus Kristus di dunia berawal dari ketidak patuhan Hawa kepada Tuhan. Dia telah berbuat dosa dan lalu membujuk Adam untuk mengikuti rayuannya. Akibatnya Tuhan mengeluarkan mereka berdua dari sorga ke bumi, yang telah dikutuk karena mereka. Mereka mewariskan dosa mereka, yang tidak diampuni oleh Tuhan, kepada seluruh keturunan mereka dan dengan demikian seluruh umat manusia dilahirkan dalam keadaan berdosa. Untuk mensucikan manusia dari dosa aslinya, Tuhan telah harus mengorbankan Jesus Kristus, yang dianggap sebagai anak Tuhan, di atas tiang salib. Karena itu Hawa bertanggung jawab untuk dosanya sendiri, dosa suaminya, dosa awal dari seluruh umat manusia, dan kematian anak Tuhan. Dengan perkataan lain, seorang wanita yang bertindak atas maunya sendiri telah menyebabkan kejatuhan seluruh umat manusia ( 5 Rosemary R. Ruether, "Christianity", in Arvind Sharma, ed., Women in World Religions (Albany: State University of New York Press, 1987) p. 209). Bagaimana dengan anak-anak perempuannya ? Mereka semua adalah pendosa seperti dia dan harus diperlakukan sedemikian rupa.

Dengarkanlah nada keras St. Paul dalam Perjanjian Baru:

  • "Seorang wanita harus belajar dalam kesunyian dan penuh kepasrahan. Saya tidak mengizinkan seorang wanita untuk mengajar atau berkuasa atas seorang laki-laki; dia harus diam. Karena Adam diciptakan pertama, dan baru kemudian Hawa. Dan Adam bukanlah seorang yang ditipu; wanitalah yang ditipu dan menjadi seorang pendosa, tetapi wanita akan diselamatkan melalui kehamilan dan melahirkan bayi…." (I Timothy 2 : 11 – 14).

St. Tertullian bahkan lebih berterus terang daripada St. Paul, ketika dia sedang berbincang dengan ‘saudara-saudara perempuan seiman yang paling disayanginya', dia berkata: ( 6 For all the sayings of the prominent Saints, see Karen Armstrong, The Gospel According to Woman (London: Elm Tree Books, 1986) pp. 52-62. See also Nancy van Vuuren, The Subversion of Women as Practiced by Churches, Witch-Hunters, and Other Sexists (Philadelphia: Westminister Press) pp. 28-30).

  • "Tidak tahukah engkau bahwa setiap engkau adalah Hawa ? Hukuman Tuhan atas jenismu hidup dalam abad ini: kesalahan itu harus hidup pula karena diperlukan. Engkau adalah pintu masuk setan. Engkau adalah pembuka larangan atas pohon terlarang: Engkau adalah orang yang pertama kali meninggalkan hukum yang suci: Engkau adalah dia yang membujuk laki-laki yang bahkan setanpun tidak cukup berani untuk menyerangnya. Engkau dengan mudah meniadakan bayangan Tuhan, orang laki-laki."

St. Augustine setia terhadap warisan para pendahulunya, dia menulis kepada seorang teman,

  • "Apakah bedanya apakah itu di dalam diri seorang isteri atau seorang ibu, tetap saja dia seorang Hawa si penggoda yang harus selalu kita waspadai dalam diri setiap wanita."

Berabad-abad kemudian, St.Thomas Aquinas masih menganggap wanita sebagai cacad,

  • "Mengenai sifat individual, wantia adalah cacat dan salah diperanakkan, karena kekuatan aktif dalam bibit pria cenderung untuk memproduksi kesamaan yang sempurna dalam jenis sex maskulin; sedang produksi wanita berasal dari suatu cacad dalam kekuatan aktif atau dari beberapa rasa tidak suka (indisposisi) material, atau bahkan dari beberapa pengaruh eksternal."

Akhirnya, Martin Luther, si pembaharu yang terkenal itu, tidak dapat melihat manfaat apapun dari seorang wanita kecuali untuk memberikan anak kepada dunia sebanyak mungkin tak peduli timbulnya akibat sampingan.

  • "Kalau mereka menjadi lelah atau bahkan mati sekalipun tidaklah menjadi masalah. Biarkan mereka mati saat melahirkan, untuk itulah mereka itu ada."

Berulang-ulang wanita dihina karena sebagai bayang-bayang Hawa si penggoda, berterima kasihlah kepada ceritera dalam Genesis. Kesimpulannya: konsep wanita dalam tradisi Yahudi Kristen telah diracuni oleh keyakinan tentang sifat dosa Hawa dan keturunan wanitanya.

Kalau sekarang kita alihkan perhatian kepada apa yang Al Qur’an katakan tentang wanita, kita akan segera menyadari bahwa konsep Islam tentang wanita berbeda secara radikal dengan konsep dalam tradisi Yahudi Kristen. Biarkanlah Al Qur’an berbicara sendiri.

  • "Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta’atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar." (33 : 35)

  • "Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, dan melarang yang mungkar, mendirikan sholat, membayar zakat, dan mereka ta’at kepada Allah dan RasulNYA. Mereka itu akan diberi rakhmat oleh Allah, sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (9 : 71)

  • "Dan Tuhan mereka memperkenankan permohonannya: Sesungguhnya AKU tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun perempuan, sebagian dari kamu adalah turunan dari sebagian yang lain." (3 : 195)

  • "Barang siapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalasi melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barang siapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk sorga, mereka diberi rezeki di dalamnya tanpa hisab." (40 : 40)

  • "Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka KAMI sesungguhnya akan memberikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan KAMI beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (16 : 97)

Jelas bahwa pandangan Al Qur’an terhadap wanita tidak berbeda dengan pandangannya terhadap laki-laki. Mereka, kedua-duanya, adalah ciptaan Tuhan yang tujuan luhurnya di bumi ini adalah untuk berbakti kepada Tuhannya., mengerjakan perbuatan-perbuatan yang benar, dan menghindarkan kejahatan, dan mereka kedua-duanya akan dimintai pertanggungan jawaban yang sama. Al Qur’an tidak pernah menyebut wanita sebagai pintu setan atau bahwa dia adalah seorang penipu alami. Juga Al Qur’an tidak pernah menyebut laki-laki adalah citra atau bayangan Tuhan, semua laki-laki dan semua perempuan adalah ciptaan Tuhan, itulah semuanya. Menurut Al Qur’an peranan wanita di dunia tidak terbatas sekedar hanya untuk mengandung dan melahirkan anak saja. Dia diharuskan melakukan sebanyak mungkin perbuatan baik sama halnya seperti dituntut dari laki-laki untuk berbuat baik. Al Qur’an tidak pernah mengatakan bahwa tak ada wanita lurus yang pernah hadir. Sebaliknya Al Qur’an telahmemerintahkan kepada semua orang-orang beriman, baik perempuan maupun lak-laki, untukmengikuti suri tauladan wanita-wanita ideal seperti perawan Siti Maryam dan isteri Fir’aun,

  • "Dan Allah membuat isteri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman ketika ia berkata: "Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisiMU dalam sorga dan selamatkan aku dari Fir'aun dan perbuatannya dan selamatkan aku dari kaum yang zalim"(66 : 11).

  • "Dan Siti Maryam puteri Imran yang memelihara kehormatannya, maka KAMI tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) KAMI; dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan Kitab-KitabNYA; dan adalah dia termasuk orang-orang yang ta’at." (66 : 12)