WANITA DALAM ISLAM DIBANDINGKAN DENGAN WANITA DALAM TRADISI YAHUDI KRISTEN

Dr. Sherif Abdel Azeem



Alih Bahasa Oleh: H.W. Pienandoro SH

4. ANAK-ANAK PEREMPUAN YANG MEMALUKAN ?

Sebenarnyalah perbedaan antara sikap Injil dan Al Qur’an terhadap wanita bermula segera setelah seorang anak perempuan dilahirkan. Misalnya, Injil menyebutkan bahwa masa nifas seorang ibu adalah 2 x lamanya bila seorang anak perempuan lahir daripada bila seorang anak laki-laki yang lahir (Leviticus 12 : 2-5).

Injil orang Katolik sesungguhnya mengatakan:

  • "Kelahiran seorang anak perempuan adalah suatu kerugian" (Ecclesiasticus 22 : 3).

Bertolak belakang dengan pernyataan yang mengherankan ini, anak laki-laki menerima pujian yang khusus.

  • "Seorang laki-laki yang mendidik anak laki-lakinya akan menjadi kecemburuan musuhnya" (Ecclesiasticus 30 : 3).

Pendeta-pendeta Yahudi mewajibkan orang laki-laki Yahudi untuk mempunyai keturunan agar dapat memperbanyak suku bangsa Yahudi. Pada saat yang bersamaan, mereka tidak menyembunyikan kecenderungan hatinya terhadap anak laki-laki:

  • "Kebaikan bagi mereka yang anak-anaknya laki-laki, tetapi keburukan bagi mereka yang anak-anaknya perempuan",

  • "Pada saat kelahiran seorang anak laki-laki, semuanya adalah menyenangkan….. pada saat kelahiran seorang anak perempuan semuanya adalah penuh kesedihan", dan

  • "Ketika seorang anak laki-laki hadir di dunia ini, damai datang di bumi…. Ketika seorang anak perempuan datang, tak ada apapun yang datang." ( 7 Swidler, op. cit., p. 140).

Seorang anak perempuan dianggap sebagai beban yang menyakitkan, sumber potensial bagi ayahnya untuk memperoleh malu

  • "Anak perempuanmu keras kepala ? Awasilah dia bahwa dia tidak membuatmu menjadi bahan tertawaan musuh-musuhmu, bahan pembicaraan di kota, objek dari gunjingan umum, dan memalukanmu di dalam masyarakat" (Ecclesiasticus 42 : 11).

  • "Ketatkanlah kendali terhadap anak perempuan yang keras kepala, atau dia akan menyalah gunakan kebebasan yang diperolehnya. Awasilah matanya yang tidak punya malu, janganlah terperanjat bila dia memalukanmu." (Ecclesiasticus 26 : 10-11)

Gagasan perlakuan terhadap anak-anak perempuan yang persis sama inilah yang menjadi sumber malu yang menyebabkan orang Arab jahiliyah sebelum datangnya Islam, melakukan praktek pembunuhan anak bayi perempuan. Al Qur’an mencela keras praktek yang keji sekali ini.

  • "Dan bila seorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padam) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) ? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu" (16 : 58-59).

Haruslah disebutkan bahwa kejahatan mereka yang mengerikan itu tidak akan pernah berhenti di Arabia kalau saja itu bukan karena kekuatan istilah pedas dan tajam yang dipergunakan Al Qur’an untuk mencela praktek ini (16 : 59, 43 : 17, 81 : 8-9). Al Qur’an lebih lanjut tidaklah membedakan antara anak laki-laki dan anak perempuan. Bertolak belakang dengan Injil, Al Qur’an menganggap kelahiran seorang anak perempuan sebagai hadiah dan berkah dari Tuhan, sama halnya dengan kelahiran seorang anak laki-laki. Al Qur’an bahkan menyebutkan pertama-tama kelahiran anak perempuan sebagai suatu hadiah.

  • "Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi. DIA menciptakan apa yang DIA kehendaki. DIA memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang DIA kehendaki, dan memberikan anak laki-laki kepada siapa yang DIA kehendaki" (42 : 49).

Agar dapat menghapuskan semua jejak pembunuhan bayi perempuan pada masyarakat awal Muslim, Nabi Muhammad SAW menjanjikan sebuah hadiah yang besar bagi mereka yang diberkati dengan anak-anak perempuan dan mereka mau membesarkannya dengan baik:

  • "Dia yang terkait dengan pemeliharaan anak-anak perempuan , dan setuju atas perlakuan yang baik kepada mereka, maka dia akan dilindungi dari panasnya api neraka" (Bukhari dan Muslim)

  • "Barang siapa membesarkan dua anak perempuan hingga mereka menjadi dewasa, dia dan saya akan menjumpai hari perhitungan seperti ini; dan Nabi menggabungkan jari-jarinya" (Muslim)