Praktik Lapangan
"Ia
menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia...." (Mrk. 3:14) Dalam salah satu
penampakan-Nya setelah kebangkitan, Tuhan Yesus memerintahkan kita untuk
"menjadikan murid". Apa yang muncul dalam benak Anda? Ruang
kelas, kurikulum pendalaman Alkitab yang sistematis, penerapan metode
pembelajaran paling muktahir? Kita dapat
memahami perintah Yesus ini dengan melihat bagaimana Dia sendiri
menjalankan pemuridan. Kedua belas pengikut-Nya tidak pernah dimuridkan
dalam suatu ruangan kelas. Pemuridan terjadi sewaktu mereka menjalani
kehidupan sehari-hari dengan Yesus di tempat umum, ketika bepergian
sepanjang jalan, makan malam atau melayani bersama. Pemuridan itu
berlangsung dalam situasi dan kondisi yang sewajar-wajarnya. Tujuan pemuridan
adalah pembentukan karakter yang serupa dengan Kristus. Hal ini tidak
dapat dicapai hanya dengan pengajaran di kelas atau dipelajari dari
buku-buku. Kita dapat mengembangkan talenta seorang diri, namun kita
hanya dapat mengembangkan karakter melalui interaksi dengan orang lain. Pemuridan, dengan demikian, memerlukan adanya suatu komunitas. Di gereja kami,
mereka yang bersedia menjalani pemuridan didorong untuk tinggal di center,
rumah yang kami kontrak bersama dan dijadikan semacam asrama. Dalam
suasana kehidupan keseharian itulah dilakukan pelatihan dan pembinaan,
bersama-sama belajar menerapkan firman Tuhan yang telah disampaikan
melalui khotbah dan pengajaran. Bagi mereka yang tidak mungkin tinggal
di center, kami menjalankan pemuridan melalui hubungan yang
bersifat kekeluargaan dan terbuka. Kalau dibandingkan dengan kuliah,
pemuridan itu bukan suatu mata kuliah,
melainkan "praktik lapangan"-nya. © 2003 Denmas Marto |