Home | Renungan

Menyelamatkan dengan Luka

Jika kami menderita, hal itu menjadi penghiburan dan keselamatan kamu; jika kami dihibur, maka hal itu adalah untuk penghiburan kamu, sehingga kamu beroleh kekuatan untuk dengan sabar menderita kesengsaraan yang sama seperti yang kami derita juga. (2 Kor. 1:6)

Bagi keluarga besar Verma, Tej Puri adalah sahabat setia yang mengulurkan tangan saat mereka ditimpa krisis. Maka, ketika Lalit Verma menikahkan puterinya, kedatangan Tej dan isteri dari Amerika disambut dengan hangat.

Namun, Ria, salah satu keponakan Lalit, menatapnya dengan benci. Ia mengikuti gerak-gerik Tej, terutama bila pria separuh baya itu memberikan perhatian khusus pada Aliya, saudarinya yang masih praremaja.

Suatu malam, Aliya melontarkan komentar bahwa ia jijik pada ciuman orang dewasa. Tentu saja Ria tersentak. Kecurigaannya selama ini ternyata benar. Ia pun memberanikan diri menghadapi Tej dan membongkar sebuah rahasia yang pahit: saat masih kecil, ia sendiri pernah disentuh secara tidak senonoh oleh Tej!

Menyimak bagian ini dalam Monsoon Wedding, film berplot jamak garapan Mira Nair, saya tertegun. Pengalaman buruk nyatanya bisa menjadi kekuatan positif dalam hidup kita. Saat yang lain sibuk dan tidak waspada, Ria mampu mencium bau busuk dalam perlakuan Tej terhadap Aliya. Luka yang pernah dia alami justru memberinya bekal untuk "menyelamatkan" saudarinya.

Kita masing-masing rasanya memiliki pengalaman buruk tertentu. Kita bisa meratapinya dan mengasihani diri. Atau, kita bisa meminta anugerah Tuhan untuk mengubahnya menjadi sebuah kekuatan. Dengan demikian, seperti diungkapkan Paulus dalam nas malam ini, peristiwa buruk itu dapat menambah kepekaan dan empati kita terhadap orang-orang yang bergumul dengan persoalan serupa. ***

(Bandingkan dengan versi ini)

Dimuat: Renungan Malam, Maret 2004

© 2004 Denmas Marto