PENUTUP Kian lama kian sunyilah tanah Mekah. Bukit-bukit yang
telah gondol itu tegak dengan teguhnya laksana pengawal
yang menyaksikan dan menjagai orang haji yang beransur
pulang ke kampung masing-masing. Kedai-kedai kian sudah
tutup, sebab 6 bulan pula lamanya pasar akan sepi. Tidak
putus-putusnya unta berarak-arak diiringkan oleh gembalanya
bangsa Badwi sambil bernyanyi-nyanyi. Sehari sebelum kami meninggalkan Mekah, pergilah kami
berziarah ke perkuburan Ma'ala tempat Hamid dikuburkan.
Di sana masih bertemu kesannya, meskipun agak sukar
mencarinya, sebab telah banyak pula orang lain yang
berkubur. Saya hadapkan muka saya ke pusara itu dan saya
berkata: "Penghidupanmu yang tiada mengenal putus asa, kesabaran
dan ketenangan hatimu menanggung sengsara, dapatlah
menjadi tamsil dan ibarat kepada kami. Engkau telah mengambil jalan yang lurus dan jujur di
dalam memupuk dan mempertahankan cinta. "Allah adalah
Maha adil, jika sempit bagimu dunia ini berdua, maka
alam akhirat adalah lebih lapang dan luas, di sanalah
kelak makhluk menerima balasan dari kejujuran dan
kesabarannya; di sanalah penghidupan yang sebenarnya,
bukan mimpi dan bukan khayalan." Kami pun dalam menunggu titah pula, sebab ada masanya
datang dan ada masanya pergi. "Selamatlah, moga-moga
Allah memberi berkat atas jiwamu dan jiwa Zainab." Pukul 4 sore kami tawaf keliling Ka`bah "'Tawaf
Wida'" ertinya tawaf selamat berpisah. Sehari itu juga
kami akan berangkat ke Juddah. Saudaraku Salleh belayar
dengan kapal yang menuju ke Mesir…… Dan kapalku memecahkan ombak dan gelombang menuju ke
tanahair yang tercinta………..
~ T A M A T ~ |